“Dan hendaklah takut (kepada Allah SWT ) orang-orang yang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya.

Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar
(QS. An-Nisa’ : 9)

Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang keluar rumah untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sampai ia pulang

(HR. Tirmidzi)

AJF

AJF
"DALAM KEBERSAMAAN KITA ADA KEMUDAHAN. . . DALAM KEMUDAHAN ADA KEBERHASILAN & DALAM KEBERHASILAN AKAN LAHIR KEBAHAGIAN" " M A R I JALIN UKHUWAH. . . INDAHKAN DUNIA DENGAN KEBAIKAN. . . " SATUKAN TEKAD RAIHLAH IMPIAN KITA. . . S E L A M A - L A M A N Y A "

Kamis, 29 Desember 2011

Sucikan Iman Seindah Mawar

                                                                                                                                                             
"Sucikan iman seindah mawar
 Tetaplah tegar walau lainnya pudar
 Secerah salju, sesegar taman
 Janganlah galau, jika kau beriman :-)


"Manisnya madu, berwarna coklat
 Janganlah ragu, tetaplah kuat
 Hujan turun, mendayu-dayu
 Karena dirimu, tergantung amalmu :-)

Sedihnya Bujangan

 
عن عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ  رضى الله  تعالى عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ؛ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ،
وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
Artinya :

Dari ‘Abdillah bin Mas’ud Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu berkata: bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam: “Wahai para pemuda..! Barang siapa diantara kalian yang telah mampu untuk menikah maka menikahlah, karena sesungguhnya yang demikian itu akan lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaknya ia shaum karena sesungguhnya shaum itu akan menjadi perisai baginya”. (Dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Syaikhani dan Arba’ah, Rahimakumullahu Ta’ala ‘ajmain).
 
Mengapa dikau enggan menikah...

Menjaga Tertawa



Amirul Mukminin, Umar bin Khattab -Radhiyallohu Ta'ala anhu, berkata:
"Barang siapa yang banyak ketawa, maka akan sedikit sekali wibawanya...
Barang siapa yang suka sendagurau, maka akan dianggap remeh...
Barang siapa yang memperbanyak dari sesuatu, maka akan diketahui jatidirinya...
Barang siapa yang banyak ucapannya, maka dia akan banyak jatuh dalam kesalahan...
Barang siapa yang banyak terjatuh dalam kesalahan, maka akan sedikit rasa malunya...
Barang siapa yang dia sedikit rasa malunya, maka akan sedikit pula rasa hati-hatinya...
Barang siapa yang sedikit sekali rasa hati-hatinya, maka akan mati hatinya"

Bagaimana Barisan Sholat



''Mari biasakan kebenaran jangan membiasakan kebiasaan. . . .
 termasuk dalam shof / barisan sholat...


Sholatku Selalu



SHOLAT.... SHOLAT.... dan  SHOLAT

Jadi Ulama, tetep sholat...
Jadi Ustadz, tetep sholat...
Jadi Dokter, tetap sholat...
Jadi Pengusaha, tetep sholat...
Jadi Insinyur, tetap sholat...
Jadi Pak Guru, tetep sholat...
Jadi Bu Guru, tetep sholat...
Jadi Dosen, tetep sholat...
Jadi Mahasiswa, tetep sholat...
Jadi Mahasiswi, tetep sholat...
Jadi Pengantin baru, tetep sholat...
Jadi, Pengantin lama pun, tetep sholat...
Belum Menikah, wah tetep sholat dunk..

Jadi apapun Anda, tetaplah melaksanakan Sholat Berjama'ah.. ^_^

mereka juga perlu beriman dan sholat
















Untuk Apa Berbuat Sombong




Waspada Dua Perilaku Orang Sombong


Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah pada kedua ibu bapak, karib kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi membanggakan diri. (QS An-Nisa': 36)

Takabur (sombong) adalah penyakit hati yang sangat dibenci Allah. Orang takabur, hakikatnya tidak tahu diri dan tidak tahu malu. Ia mengaku-ngaku sesuatu yang bukan miliknya. Yang Mahabesar dan berhak takabur hanyalah Allah SWT.
Takabur bagaikan bau busuk yang sulit sekali disembunyikan. Orang yang mengidap penyakit ini sangat mudah dilihat oleh orang awam sekali pun, serta mudah dirasakan hati siapa pun.

Dari Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: “Ada tiga orang yang kelak di hari kiamat Allah tidak akan berbicara dengannya, tidak akan memuliakannya, serta tidak akan memandangnya, dan bagi mereka siksa yang sangat menyakitkan. Mereka adalah orang tua yang berzina, pemimpin yang berkhianat, dan orang fakir yang takabur.” (HR. Muslim dan Nasa'i)

Apakah ciri orang yang sombong ? 



عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَّلَم
 لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
قَفَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً
قَالَ: إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Dari Abdillah bin Mas’ud ra berkata, bahwa Nabi saw telah bersabda: “Seseorang yang di dalam hatinya masih terdapat rasa takabur walau hanya seberat biji sawi dia tidak akan berhak masuk sorga.” Kemudian ada seorang lelaki berkata: “Ya Rasulullah, terus bagaimana halnya dengan seseorang yang suka memakai pakaian bagus dan sepatu bagus?” Jawab Rasulullah: “Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang bagus, dan cinta kepada segala kebagusan. Sedang yang dinamakan takabur adalah mengingkari/mendustakan kebenaran dan merendahkan orang lain.” 
(HR. Muslim dan Tirmidzi)



Mendustakan kebenaran
Meremehkan agama. Orang sombong hidupnya jauh dari agama. Ia memiliki kebenaran versinya sendiri, sehingga tidak menyukai orang-orang shalih. Tidak mau dan tidak menyempatkan belajar agama. Waktunya tersita untuk mencari dunia dan memuaskan hawa nafsu.
Malas beribadah. Ada saja alasan untuk tidak beribadah. Tidak menyukai nasehat berkaitan dengan kebenaran. Tidak mau ingat dan taat pada Allah. Meremehkan dan tidak mau meneladani para nabi. Dia lebih suka meniru idolanya sendiri.
Tidak percaya pada hal-hal gaib. Tidak mau dekat dengan orang shalih kecuali kalau ada maunya. Bila kesombongannya sudah memuncak, ia akan memusuhi agama dan akan melakukan pelbagai cara agar sinar agama meredup. Bila ia punya kekuasaan, maka kekuasaan itu akan dipakai menumpas kebenaran.

Merendahkan Orang Lain
Ingin selalu kelihatan lebih tinggi. Ingin selalu diistimewakan. Ia akan tersinggung bila disamakan dengan orang yang levelnya dianggap lebih rendah. Suka mendominasi pembicaraan, senang memotong perkataan orang lain, nadanya pun cenderung lebih keras dan merendahkan yang mendengar. Ia pun selalu ingin menang sendiri saat bicara.
Kurang suka mendengarkan orang lain. Bila orang lain berbicara dan pembicaranya dianggap lebih rendah levelnya, dia tak akan mau memperhatikan. Ada saja yang dilakukannya: ngobrol, menelpon, atau lainya. Akibatnya, orang yang bicara merasa direndahkan.
Kalau ia menyuruh, maka yang disuruh akan sakit hati. Cara duduk, berdiri, dan menunjuk pun cenderung tidak menghormati orang lain
Mudah marah dan kasar. Sering menghina, mencaci maki. Jarang sekali mau memuji dan mengakui kelebihan orang lain. Jarang berterima kasih. Tidak mau meminta maaf. Pantang menerima kritik dan saran. Tidak suka bermusyawarah. Tidak mau mengakui kesalahan atau kekurangan. Sering dengki pada yang lain. 


Semoga Allah SWT memberikan kekuatan pada kita untuk menghindari ketakaburan sekecil apa pun.. Amiin.

Rabu, 28 Desember 2011

Terimakasih Kau Telah Pergi

CERITA CINTA YANG BINASA 

Tit tuut... Tit tuut... 
Halow.. Assalamu’alaikum... Akh, pekan depan bisa ngisi pengajian di majelis taklim mushalla Al-Ikhlas akh? Materinya tentang pentingnya akhlaq dalam pergaulan. Syukron”
“Ya. Insya Allah akh”.
Hampir tiap pekan akh Farid mendapatkan sms atau telepon seperti itu. Dari yang sekedar ngisi kultum sampai menjadi khatib Jum’at. Wajar saja, karena ia kuliah di salah satu kampus syariah ternama di kotanya. Namun tidak hanya itu, ia juga aktif dalam kegiatan sosial di lingkungannya.
“Akh Farid, pekan depan ada pengobatan gratis dan bazzar juga. Tempatnya di dekat rumah Antum. Bisa kan Antum kondisikan dan sekaligus publikasi buat acaranya.”
“Siap akh. Insya Allah. Berapa target pesertanya?”
“Kalau untuk pengobatan 100 orang Akh, kalau bazar mah satu kampung aja Ente ajak, biar laris dagangan kita.. Haha”
“Haha… Oke bro.. Siap laksanakan.. Kalau begitu Ana duluan. Langsung persiapkan strategi nih. Assalamu’alaikum”
“Waalaikumsalam”
Farid bergegas meninggalkan masjid, tubuhnya yang tegap meski sedikit kurus melangkah dengan cepat menuju sepeda motor yang diparkir di halaman. Itu memang sifatnya. Selalu bersegera dalam menyambut amal dakwah.
Ini data ibu-ibu RW 4, ini RW  tetangga, em.. gimana kalau RW tetangga diajak juga biar tambah rame. . Pikir Farid.
Kamar kosnya yang berukuran 3×3 meter itu dipenuhi dengan berkas dan data warga yang sering ikut dalam kegiatan sosial.
Ada juga data peserta majelis taklim rutin di mushalla. Kamar itu seakan menjadi kantor besar yang penuh dengan gagasan dan rencana masa depan. Malam itu, saat teman-teman yang lain sudah pulang dari “lingkaran malam”, Farid berbincang dengan murabbinya.
Semilir angin dingin yang menusuk menemani perbincangan malam itu.
“Afwan, Ustadz, sebenarnya, ada yang ingin Ana sampaikan sama ustadz.”
“Iya, akh, Tafadhal, Ana siap mendengarkan.”
“Sebenarnya sejak beberapa bulan yang lalu, pikiran Ana sedikit terganggu ustadz.
ini mungkin yang menyebabkan kerja-kerja dakwah ini sedikit berkurang.”
“Memangnya, apa yang Antum pikirkan?”
“Dalam setiap agenda-agenda dakwah, Ana selalu bertemu dan bekerja dalam bidang yang sama dengan seorang akhwat. Awalnya sih biasa aja, Ana tetap menjaga hijab dan pergaulan. beliau pun juga demikian sangat menjaga hijab dan pandangannya. Namun lama-lama, entah kenapa, ane selalu menanti-nanti agenda-agenda sosial datang, selalu menanti saat rapat tiba, bahkan kalau belum ada, Ana sendiri yang inisiatif mengadakan agenda. Dan sekarang, pikiran ane jadi aneh ustadz, sering melamun, semangat yang naik turun, dan yang lebih parah lagi, selalu saja ingin bertemu dengan akhwat itu.”
“Antum sedang jatuh cinta akhi..”
“Jatuh cinta?? Apa iyah ini yang namanya cinta ustadz?? Ane hanya kagum aja sama beliau.”
“Iyah, itu cinta, cinta bisa timbul karena rasa kagum. Kalau memang Antum sudah siap, dan berani, Ana bisa bantu akhi”.
“Maksudnya Ustadz??”
“Iya, Ana bantu ta’aruf dengan akhwat itu, daripada Antum galau kayak gini, lebih baik dihalalkan saja”, papar ustadz dengan tegas.
“Aduh, Ana gak berani ustadz, Ana belum siap sepertinya, tabungan Ana aja masih sedikit, Ana masih kuliah sambil ngajar les dan bimbel. Ana masih harus nabung dan siapin mental dulu nih ustadz.”
“Ya sudah, kalau belum siap. nanti kalau udah, Antum bisa hubungi Ana ya”
“Iya Ustadz, insya Allah. Syukron ustadz. Sudah malam. Ana pamit dulu. Assalamu’alaikum.”
“Iyah. Afwan, alaykumsalam”
Farid menjadi lebih bersemangat, setelah curhat pada malam itu, ia semakin bersemangat dalam aktivitasnya, ia mulai menabung dan mempersiapkan ilmu rumah tangga. Setelah beberapa bulan, akhirnya Farid bertemu dengan ustadznya, persis sama dengan malam ketika ia mencurahkan hatinya kepada sang Ustadz. Setelah teman-temannya pulang dalam lingkaran ukhuwah itu, ia mengutarakan maksudnya.
“Ustadz, afwan, Ana insya Allah sekarang sudah siap, tabungan Ana juga sudah cukup sepertinya. Gimana nih ustadz, kapan kira-kira Ana bisa ta’aruf dengan akhwat itu?”
Sang Ustadz kemudian meminum teh hangat di depannya, sambil mengambil nafas dalam-dalam, ia kemudian bercerita,
“Afwan akhi, sepertinya, Ana gak bisa membantu Antum untuk ta’aruf dengan akhwat itu”.
“Loh, memang kenapa Ustadz? Bukannya waktu itu Antum mau membantu Ana ta’aruf dengannya?”
“Iyah Akhi, masalahnya, akhwatnya sudah dikhitbah oleh lelaki lain. Afwan, kabar ini baru Ana dapatkan minggu lalu, dan baru Ana kabarkan ke Antum malam ini.”
Hening… sunyi… malam itu, Farid terdiam, perasaannya tak menentu, kadang ada rasa menyesal, kadang marah, kadang sabar dan pasrah, segalanya membaur dalam hati dan pikirannya.
Malam itu, ia pulang dengan tertunduk. Badannya yang tegap tiap kali melangkah, sekarang terlihat bungkuk dan lemah.
Ia marah, terhadap dirinya, terhadap kehendakNya yang tidak sesuai dengan harapannya. Malam itu, seakan semuanya gelap, ia sudah tidak bisa melihat dengan jernih, emosinya, amarahnya, rasa kesalnya, telah menutupi hati dan pikirannya.
“Sudah kumpul semua nih, afwan, Ana agak terlambat, tadi anak Ana agak sedikit panas, alhamdulillah, sekarang sudah tidur”
“Afwan, ustadz, akh Farid belum datang, sudah Ana sms dan telepon, tapi tidak ada jawaban.”
“Oh gitu, sudah coba cek ke rumahnya?”
“Belum ustadz”
“Thayyib, gak apa-apa, mungkin beliau telat dan ada urusan, kita mulai aja. MC-nya siapa malam ini?”
“MC-nya akh Irsad, khatirul imaniyah akh Rijal, konsumsi biasa, tuan rumah, hehe”
Setelah hampir satu bulan, akh Farid tidak pernah datang dalam halaqah pekanan, pun dalam agenda-agenda rabthul’am, dan dalam agenda-agenda dakwah. Teman-temannya sudah tidak bisa membujuknya, segala cara sudah dilakukan, namun, tetap tiada hasilnya.
akh Farid semakin sulit untuk diajak kembali. Cinta, telah membuatnya buta, dan mundur tanpa berita.
Perbaharui kembali niat kita dalam dakwah ini,
Walaupun cinta kadang datang karena kekaguman,
Walaupun cinta kadang menjadi semangat dalam berjuang,
Namun, tetapkan cintamu, hanya pada yang Maha Mencintai
Cinta yang mengantarkan kita ke Surga,
Bukan Cinta yang membuat kita mundur tanpa berita,
Bukan cinta karena hawa nafsu semata
'Afwan, kalau ada nama-nama yang mirip atau sama, itu hanya permisalan ja  

Selasa, 27 Desember 2011

Jadilah Pemimpin Bijak Tanpa Takabur

Amanah Itu Bukan Untuk Diperebutkan 
Tetapi Untuk Dilaksanakan dan Dipertanggungjawabkan Dengan Baik



Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al Kahfi: 28)
Saudara-saudaraku yang di rahmati Allah,
Wacana saat ini sering sekali membutakan mata hati yang mendengar dan melihatnya, tak heran kenapa jika banyak orang yang bernafsu dengan wacana ini. Bahkan, bukan hanya itu, apa pun disembah-sembah demi mewujudkan wacana yang sedang naik daun ini.
Fakta-fakta yang menarik banyak sekali terjadi dewasa ini, terutama di Senayan, tempat dimana mereka para pemain drama beraksi. Busuk, kejam, bengis, sadis, kata-kata itu lah yang pas untuk keadaan yang sedang terjadi di sana saat ini. Jangan heran jikalau di sana terjadi pengorbanan orang, pengkhianatan, saling tikam, dan perbuatan yang tidak pantas dipertontonkan oleh rakyat kita saat ini. Walaupun ada beberapa orang di sana yang masih bisa bertahan untuk mempertahankan idealismenya, keislamannya, walau jumlah mereka minoritas.
Lembaran kertas-kertas merah mereka tumpuk, karena terlalu banyaknya, jika disusun bisa melebihi ketinggian Monas. Lapangan-lapangan sepak bola yang mewah mereka jadikan tempat tinggal bagi, tanpa memikirkan kiri kanannya. Saling menghargai, yang maksudnya di sini adalah terus saling menjilat-jilat orang demi harga yang terletak di wajahnya terus naik dan menjadi sangat mahal. Haus akan kekuasaan, dimana mereka selalu membusungkan dada dan tidak ingat siapa mereka sebenarnya. Mereka tidak lebih dari seorang manusia yang biasa-biasa saja, tetapi pandai mempermainkan lidah dan banyak muka. Itu adalah statemen yang tepat untuk kita lontarkan kepada orang-orang ini.
Saudara-saudaraku yang di rahmati Allah
Bahayanya, itu sekarang sudah menjadi virus yang sekarang sudah mulai menyebar ke mana-mana. Sangat mudah untuk menghitung orang-orang yang tetap bertahan karena saking banyaknya orang yang terjangkit virus ini. Orang-orang yang terjangkit virus ini sekarang sudah putus urat kemaluannya (tidak tahu malu), makanya mereka pede-pede saja melakukan itu. Otak mereka sudah berceceran sehingga tidak mampu lagi untuk berfikir, gumpalan daging di dalam dada mereka telah membatu, sehingga tidak mampu lagi merasa, atau mungkin saja mereka sebenarnya sudah mati, dan jasad mereka dikendalikan oleh syetan laknatullah.
Lalu, bagaimanakah cara mengatasinya?
Begitu mudah cara mengatasinya yaitu, jangan pernah memberikan amanat kepada orang yang seperti itu. Yang mereka kejar adalah urusan pribadi semata, sehingga ketika mereka tidak memiliki dasar maka akan sangat mudah untuk membantahnya. Mereka mengambil sebuah amanah karena ada keuntungannya buat mereka. Mereka adalah orang-orang yang hanya mementingkan pribadinya, bukan untuk kepentingan ALLAH SWT.
Kutipan yang menarik saya dapatkan dari kitab fawa’id:
Barang siapa yang sibuk karena ALLAH dengan mengorbankan dirinya maka ALLAH menjamin dirinya; barang siapa yang sibuk karena ALLAH dengan tidak mempedulikan kata orang lain maka ALLAH menjamin dirinya dari bergantung kepada orang lain; barang siapa yang lebih mementingkan dirinya dari pada ALLAH maka ALLAH serahkan urusannya kepada dirinya; dan barang siapa yang lebih mementingkan manusia dari pada ALLAH maka ALLAH menyerahkan urusan dirinya ke tangan manusia lain.
Hadits riwayat Ibnu Umar RA:
… Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. (Shahih Muslim No.3408)
Hadits di atas dapat kita renungkan dengan mulai berfikir tentang sebuah amanah. Betapa beratnya memegang dan menjalani suatu amanah, akan tetapi kenapa sangat banyak orang yang berlomba-lomba dalam meraih amanah? Padahal Rasulullah SAW telah memperingatkan kita akan hal itu. Ya mungkin karena dibalik perlombaan itu ada suatu perkara busuk yang menguntungkan dia sehingga peringatan yang diberikan pun tidak ampuh untuk menghentikannya.
Rasulullah SAW  berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Saudara-saudaraku yang di rahmati Allah
Hendaklah pada akhirnya apa yang kita perbuat itu bukan untuk diri kita semata tetapi untuk kepentingan ALLAH SWT. Semuanya kita niatkan untuk Nya, dan jangan pernah mengubah perkara itu dari dalam hati ini. Sesungguhnya Allah akan membantu kita selama apa yang kita perbuat hanya untuk-Nya. Tanamkan itu ke dalam hati ini.
Maka berhati-hatilah dengan amanah, karena itu bukanlah suatu perkara yang mudah. Tetapi ketika kita diberi amanah, maka jangan pernah juga untuk menolak dikarenakan ketidakmampuan kita, sungguh ketika kita emban amanah itu dan kita niatkan hanya untuk Allah SWT, maka yakinlah bahwa ketidakmampuan itu akan menjadi pemicu kita untuk mengubah diri kita.

Hadits Tentang Cabang Iman

Al-Aqidah Al-Islamiyah




    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ اْلإِيْمَانِ. وَ لِمُسْلِمٍ : اْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ اْلإِيْمَانِ
"Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu (r.a.) dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: 
"Iman itu lebih dari enam puluh cabang (antara 63-69), dan malu adalah salah satu di antara cabang-cabang iman".
Menurut riwayat Muslim, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Iman itu lebih dari tujuh puluh cabang (antara 73-79), atau lebih dari enam puluh cabang (antara 63-69). Yang paling utama adalah ucapan, Laa ilaaha illallahu (tidak ada ilah (tuhan) selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu satu di antara cabang-cabang iman."
(HR. Bukhari, juz 1, hal 6, kitab al-Iman, bab 2/ Muslim, juz 1, hal 29, kitab al-Iman, bab 13/ Abu Dawud, juz 4, hal 319, kitab as-Sunnah, bab 15/ Tirmidzi, juz 10, hal 86, kitab al-Iman, bab 6, Hadits Hasan Shahih/ Nasai, juz 8, hal 110, kitab al-Iman, bab 16/ Ibnu Majah, juz 1, hal 29, Muqaddimah, bab 9/ Ahmad, juz 1, hal 379, 414, dan 445)  

IMAN TAK DAPAT DIJUAL BELI
IMAN TAK DAPAT DIWARISI
NAMUN 
IMAN DAPAT TERKIKIS
IMAN DAPAT BERAKHIR
BILA TAK DIJAGA DAN TAK BERHATI-HATI





Seputar Natal dan Tahun Baru

Bolehkah mengucapkan 'selamat natal' dan atau ikut merayakannya ? ?

Sahabat..., 
sadarilah kita mempunyai prinsip sejati yang telah terbukti kebenarannya....
sadarilah Addiinul Islam adalah agama yang haq.... yang dapat menyelamatkan kita di dunia hingga akhirat...
sadarilah dan tingkatkanlah keimanan dan ketaqwaan kita.... agar tidak goyah dalam kondisi dan situasi apapun.... karena perubahan zaman akan semakin mengancam dan menjadi tantangan....

Jika iman kita kuat tak kan pernah tergoyahkan godaan-godaan ghazwul fikr, diantaranya adalah budaya natal dan tahun baru.
Perayaan Keagamaan Adalah Perkara Aqidah Bukan Muamalah
Pemikiran ini harus dibangun dalam diri kaum muslimin,  bahwa perayaan keagamaan adalah masalah aqidah, bukan masalah muamalah (hubungan interaksi sosial), bukan pula budaya. Dalam masalah aqidah kita memiliki batasan-batasan yang jelas, yakni:
 لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (QS. Al Kafirun (109): 6)
 
Tidak sedikit kaum muslimin yang keliru dalam menempatkan teks-teks agama. Mereka berdalih dengan ungkapan: Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Ungkapan ini benar jika ditempatkan dalam hubungan sosial, seperti pinjam meminjam, hutang piutang, kerja sama dalam kebaikan sosial, dan yang semisalnya. Dalam hal ini Islam sangat membuka diri dan luwes. Bahkan dalam hukum Islam, kaum kafir dzimmi mendapatkan perlindungan dari pemerintahan Islam dan masyarakatnya. Mereka sama sekali tidak boleh diganggu, kecuali jika mereka mengumumkan perang terhadap umat Islam.
Nah, mari kita lihat bagaimana Al Quran dan As Sunnah menyikapi perayaan hari besar keagamaan non muslim.
Kesetiaan Kaum Muslimin Hanya Kepada Allah, RasulNya, dan Kaum Muslimin
 
Dapat kita perhatikan bahwa ada sebagian kaum muslimin yang begitu enggan dengan undangan sesama muslim, ajakan saudaranya, dan acara sesama umat Islam, seperti majelis ta’lim dalam rangka menggali ilmu-ilmu agama. Tetapi anehnya, mereka bersemangat dengan ajakan dan undangan orang kafir kepada mereka. Sungguh aneh! Mereka pun merasa bangga dengan kebersamaannya dengan orang-orang kafir tersebut. Persis seperti yang Allah Ta’ala sindir dalam Al Quran.
Allah Ta’ala berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi  wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An Nisa (4):139)
Ayat lainya:        
“Sesungguhnya wali kalian hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang beriman yang menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan mereka orang-orang yang ruku’ (tunduk). (QS. Al Maidah (5): 55)
Ayat lainnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali (pemimpin-pemimpinmu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Maidah (5) : 51)
Apakah makna wali ? Wali jamaknya adalah auliya’ yang berati penolong dan kekasih. Bisa juga bermakna teman dekat, yang mengurus urusan, yang mengusai (pemimpin).
Maka, jelaslah bahwa umat Islam tidak dibenarkan menjadikan orang kafir sebagai penolong, kekasih, teman dekat, dan pemimpin mereka. Sebab wali kita hanyalah kepada Allah, RasulNya, dan orang-orang beriman.
 
Adapun dalam hadits: 
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda bersabda :

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” 
(HR. Ahmad dan Abu Dawud.

So, Apa Hukumnya ? 
Berdasarkan dalil-dalil di atas maka hukumnya adalah haram bagi kaum muslimin menyerupai orang kafir dengan mengadakan pesta natal, atau saling tukar kado (hadiah), atau membagi-bagikan permen atau makanan (yang disimbolkan dengan ‘santa clause’ yang berseragam merah-putih, lalu membagi-bagikan hadiah, pen) atau dengan sengaja meliburkan kerja dan atau mewajibkan karyawan memakai atribut dan pernak pernik natal (karena bertepatan dengan hari natal). 



"Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dan keluarga serta kaum muslimin wal muslimat dari kekufuran"

Sahabatku seiman . . . waspadalah. . .



Jumat, 16 Desember 2011

"Muslim Fighter"

'Kondisi Apapun Tetaplah Melakukan Sholat'
Kepada para Lelaki...
Kepada para Muslim di penjuru bumi...
Kepada para Pebisnis laki-laki...
Kepada para Politikus laki-laki...
Kepada para Guru laki-laki...
Kepada para Suami...
Kepada para Petani laki-laki...
Kepada para Pelajar dan Mahasiswa laki-laki....
Termasuk saya pribadi... 
Karena saya juga laki-laki... :-)


Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya....

Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.....

Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa ...




..ANA YAKIN BISSA..

Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah...

Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan...

Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu...

Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tetapi komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya...

Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia mengahdapi lika-liku kehidupan...

Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca Al-Quran, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca...
 "MARI JADIKAN DIRI LELAKI SHOLIH YANG BERKUALITAS..."
MENJADI SOLUSI DALAM BIDANG POLITIK
SOLUSI DALAM BIDANG EKONOMI
SOLUSI DALAM BIDANG PENDIDIKAN
SOLUSI DALAM BIDANG-BIDANG LAINNYA...

'Muslimah Fighter'



"Siapa bilang jadi muslimah itu ketinggalan zaman... 
Siapa bilang jadi muslimah itu nggak berprestasi... 
Siapa bilang jadi muslimah itu aneh
Siapa bilang jadi muslimah nggak bisa beladiri...

so, jadilah mujahidah sholihah...

Akhwat Sejati, Anti Pacaran,  Anti Pornografi,  Anti Pornoaksi

Beratnya Menutup Aurat

SEBENARNYA...
aurat kita adalah seluruhnya kecuali telapak tangan dan wajah
sebenarnya punya uangnya...
sebenarnya tahu dimana membelinya...
sebenarnya punya busananya...
sebenarnya punya kerudungnya...
sebenarnya sudah memahami ilmunya...
sebenarnya sudah tahu cara memakainya...

tapi....

ternyata masih berat menutup aurat...

KATA MEREKA...
kata mereka sekarang kan musim hujan...
kata mereka g punya celana 'jeans' ah ketinggalan zaman...
kata mereka g punya celana 'pencil' ihh... ndesoo...
kata mereka sekarang kan zamannya modis...
kata mereka sekarang kan bukan di Arab Saudi....
kata mereka sekarang kan kalau menutup aurat nggak gaul...
kata mereka aduh... menutup aurat... gimana bisa dapat jodoh....

laki-laki juga harus menutup aurat !
astaghfirullahal'adziim. . .

Kamis, 15 Desember 2011

Berhasil Tidak Harus Nanti Ketika Tua






Mengapa menjadi hebat harus menunggu tua...

Padahal belum tentu kita sampai di usia tua...

Berhasil adalah sebuah pilihan...

Selasa, 06 Desember 2011

Mudaku, Prestasiku


Sebelum 24 Tahun


Pernahkah Anda bertanya kepada diri sendiri tentang sebuah visi hidup, cita-cita dan impian masa depan Anda, untuk apakah kita hidup, dan apakah kesuksesan hidup itu..

Umur berapakah Anda sekarang ?
kapankah Anda akan berhasil ?

Haruskah aku memilih berhasil nanti ketika tua ?
Atau aku berhasil di usia muda ?

Karena hidup adalah perjuangan
Karena hidup adalah pilihan
Karena usia tua belum tentu menghampiri kita, maka selagi masih muda ayo tunjukkan prestasi kita....

bagi pelajar, jadilah berprestasi...
bagi mahasiswa, jadilah berguna...
bagi guru, jadilah teladan kebaikan...
bagi pebisnis, jadilah solusi ekonomi umat...
bagi pemimpin, tegakkan kebenaran, kearifan dan keadilan...
bagi anak-anak, yuuk taati orang tua...
bagi yang muda mudi lum nikah, yuuk nikah tanpa pacaran...
bagi bapak ibu, didiklah anak dengan benar dan santun...

Bukalah Potensi Diri Anda

Teladan prestasi hidup :
Imam Syafi’i yang telah menguasai berbagai macam ilmu agama saat usianya baru lima belas tahun dan ia pun telah menjadi mufti kota Mekah pada usia itu. Pada usia 7 tahun di Kuttab, yaitu lembaga pendidikan terendah yang ada pada masa itu, kemudian karena ingatannya sangat kuat ia selalu dapat menghafal setiap pelajarannya yang diberikan oleh gurunya.  Ia menghafalkan pula kitab Imam Malik “kitab Muwattha” pada usia 10 tahun, kemudian setelah ia berumur 15 tahun oleh seorang gurunya, yaitu Muslim bin Khalid az-Zanji ia diizinkan untuk mengajar dan memberi fatwa kepada khalayak ramai.

Sahabat Rasulullah SAW Usamah bin Zaid, ketika berumur 17 tahun dipercayakan sebagai komando pasukan dalam berperang menghadapi adidaya Romawi dan sukses memenangkan pertempuran. Pada usianya 15 tahun ia telah terjun dalam perang khandaq.

Muhammad Al Fatih sang penakluk Konstantinopel. Sejak kecil obsesi tujuh abad itu telah bergemuruh di dalam dadanya. Ia tahu hanya seorang yang bertaqwa yang bisa mendapatkannya. Sebab kata Rasul yang bisa menaklukkan Konstantinopel adalah sebaik-baik pasukan dan pemimpinnya adalah sebaik-baik panglima. Akhirnya pada usia 23 tahun ia berhasil menaklukkan Konstantinopel pusat kerajaan romawi timur. Yang sekarang kita kenal dengan kota Istanbul di Turki.

Imam Syahid Hasan Al Banna, beliau lahir pada tahun 1906, di sebuah kota Mahmudiah Provinsi Buhairah di Mesir. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang amat kuat berpegang pada Islam. Pada usia 16 tahun, ayahnya menghantarkannya ke Darul Ulum, sebuah pusat latihan perguruan di Kairo. Ketika sampai di sana beliau terkejut melihat kerusakan moral orang-orang Islam di kota Kairo. Pada tahun 1927, di usia 21 tahun Hassan Al Banna lulus dan meninggalkan Darul Ulum, Beliau adalah pelajar yang pintar dan mendapat tempat pertama dalam kelasnya. Kemudian setelah beberapa bulan beliau mengajar di Ismailiah, di sebuah sekolah menengah pemerintahan, di situ beliau dengan resmi mendirikan Harakah Islamiyah “Al-Ikhwanul Muslimin.”

Khalifah Harun Ar Rasyid yang diangkat ketika masih berumur 23 tahun. Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, seorang khalifah yang taat beragama, shalih, dermawan, hampir bisa disamakan dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Bani Umayyah. Jabatan khalifah tidak membuatnya terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada malam hari, tujuannya untuk melihat keadaan rakyat yang sebenarnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi dan menimpa kaum lemah dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan bantuan.

Mushab bin Umair, ketika usianya 24 tahun, beliau diutus oleh Rasul saw untuk menjadi duta Islam pertama untuk menyebarluaskan Islam ke Madinah, karena seseorang dari kaum Anshor datang kepada Nabi saw meminta untuk diutus salah seorang dari sahabat yang pandai membaca Al-Qur’an untuk mengajarkan kepada mereka tentang Al-Qur’an dan perkara agama

Khadijah binti Khuwailid, sejak muda telah menjadi pengusaha handal dan menjadi wanita shalihah tersukses pada masanya..

Aisyah binti Abu Bakar, sejak muda pula telah hafal 2.210 hadits dan menjadi faqihah dalam bidang agama..

Hafshoh binti Umar, Sejak muda mengisi hidupnya sebagai seorang ahli ibadah dan ta’at kepada Allah, rajin shaum dan juga shalat. Dialah satu-satunya orang yang dipercaya untuk menjaga keamanan dari undang-undang umat ini, dan kitabnya yang paling utama yang sebagai mukjizat yang kekal, sumber hukum yang lurus dan ‘aqidahnya yang utuh.

Fathimah Azzahra, seorang putri muda yang lihai mengurusi keluarga, sehingga mendapat julukan ibu dari ayahnya..

So, bagaimanakah dengan kita?

Ingatlah Anda mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, fokuslah pada kelebihanmu.... lalu kembangkan... dan beranilah bertindak... mulailah hal-hal kecil yang dapat Anda lakukan untuk meraih cita-cita...


QT BISA JADI SHOLIH (SHOLIHAH), PANDAI, KREATIF, KEREN DAN MENJADI SOLUSI UMAT




(^_^)











With Istiqomah

 ISTIQOMAH

عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
[رواه مسلم]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث   :
Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata : Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah.
(Riwayat Muslim).

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1.     Iman kepada Allah ta’ala harus mendahului ketaatan.
2.     Amal shalih dapat menjaga keimanan
3.     Iman dan amal saleh keduanya harus dilaksanakan.
4.     Istiqomah merupakan derajat yang tinggi.
5.     Keinginan yang kuat dari para shahabat dalam menjaga agamanya dan merawat   keimanannya.
6.     Perintah untuk istiqomah dalam tauhid dan ikhlas beribadah hanya kepada Alloh SWT semata hingga mati.

Hidup ini bagai mengarungi samudera luas, tetaplah bersama iman dan istiqomah