Sahabat "Joko S. Al-Hanif, S.Pd.I."
“Dan hendaklah takut (kepada Allah SWT ) orang-orang yang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya.
Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar
(QS. An-Nisa’ : 9)
Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang keluar rumah untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sampai ia pulang
(HR. Tirmidzi)
AJF
Jumat, 05 April 2024
Jangan Putuskan Silaturahmi Gaes..
PENTINGNYA SILATURAHMI :
v Perintah Allah Swt
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا ١
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah mengembang biakan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (perilaharalah) HUBUNGAN SILATURAHIM. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (An-Nisa : 1)
وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا وَبِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡجَارِ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالٗا فَخُورًا ٣٦
"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan BERBUAT-BAIKLAH kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (An-Nisa : 36)
يَسَۡٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡأَنفَالِۖ قُلِ ٱلۡأَنفَالُ لِلَّهِ وَٱلرَّسُولِۖ فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَأَصۡلِحُواْ ذَاتَ بَيۡنِكُمۡۖ وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ١
"Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: 'Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan PERBAIKILAH PERHUBUNGAN DI ANTARA SESAMAMU; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman." (Al-Anfal : 1)
v Manusia tidak dapat hidup sendirian, butuh orang lain ; Nabi Adam AS. di Surga butuh Hawa, dst
v Perlu TEMAN AKRAB/SAHABAT YANG BERTAQWA agar lebih mudah berbuat kebaikan
ٱلۡأَخِلَّآءُ يَوۡمَئِذِۢ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلۡمُتَّقِينَ ٦٧
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”(Az-Zukhruf : 67)
BAHAYA MEMUTUS SILATURAHMI :
1. Rezeki akan seret dan sempit
Silaturahmi merupakan sarana munculnya rezeki. Jika silaturahmi diputus, maka otomatis putus pula jalan rezeki. Rasulullah Saw bersabda : “Siapa saja yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahmi.” (HR. Bukhari)
Menurut Imam Nawawi, yang dimaksud “dilapangkan rezekinya” : diluaskan dan dibanyakkan hartanya. menurut pendapat lain, arti dari “dilapangkan rezekinya” yaitu harta yang dimiliki menjadi berkah dan dari harta tersebut didekatkan dengan aktivitas kebaikan.
2. Mendapat Siksa
Rasulullah Saw bersabda : “Tidak ada dosa yang lebih patut dipercepat sanksinya oleh Allah begitu pula dosa-dosa (yang sanksinya diberikan) di akhirat kelak, daripada dosa memutuskan ikatan silaturahmi dan perbuatan zalim.” (HR. Bukhari).
3. Tidak akan mendapatkan rahmat Allah
“Sesungguhnya rahmat Allah tidaklah turun pada suatu kaum yang diantara mereka terdapat orang yang memutuskan tali silaturahmi.” (HR. Bukhari)
4. Tidak akan masuk surga
Rasulullah Saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahmi.” (HR. Bukhari).Jumat, 13 Oktober 2023
Senin, 12 Juni 2023
7 HAL YANG MERUSAK
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan!"
Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa sajakah tujuh perkara tersebut?"
Beliau Saw. Menjawab :
Minggu, 05 Maret 2023
Jika datang masalah, jangan mengeluh..
Kembalikan semuanya kepada Allah Swt.. mohonlah solusinya kepada Allah Swt..
Senin, 05 Desember 2022
MEMAHAMI MAHRAM KITA
Tahukah Anda, Apa itu Mahram ?
Apa itu Muhrim ?
jawabannya : Mahram berbeda dengan Muhrim
Ø Mahram : Laki-laki atau perempuan yang masih termasuk sanak saudara dekat karena keturunan, sesusuan, dan hubungan perkawinan sehingga tidak boleh menikah di antara keduanya.
Ø Muhrim : orang yang sedang berihram.
Macam-macam Mahram :
ü Mahram Mu’abbad (Permanen/Abadi) : perempuan-perempuan yang tidak boleh dinikahi selamanya.
ü Mahram Mu’aqqat (Sementara) : perempuan-perempuan yang haram dinikah karena sebab tertentu. Jika sebabnya hilang, maka hilang pula keharamannya.
Bagaimana penjelasannya ? mari kita pelajari bersama..
Kamis, 07 Juli 2022
TAQWA & IKHLAS DALAM BERQURBAN - AL-HAJJ : 37
TAQWA & IKHLAS DALAM BERQURBAN
Allah Ta’ala berfirman :
“ Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. “ (Al Hajj: 37)
Syaikh As Sa’di mengenai ayat di atas : “bukanlah yang dimaksudkan hanyalah menyembelih saja dan yang Allah harap bukanlah daging dan darah kurban tersebut karena Allah tidaklah butuh pada segala sesuatu dan Dialah yang pantas diagung-agungkan. Yang Allah harapkan dari kurban tersebut adalah KEIKHLASAN, IHTISAB (selalu mengharap-harap pahala dari-Nya) dan NIAT YANG SHOLIH. Oleh karena itu, Allah katakan (yang artinya), “Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapai ridho-Nya”. Inilah yang seharusnya menjadi motivasi ketika seseorang berkurban yaitu ikhlas, bukan riya’ atau berbangga dengan harta yang dimiliki, dan bukan pula menjalankannya karena sudah jadi rutinitas tahunan. Inilah yang mesti ada dalam ibadah lainnya. Jangan sampai amalan kita hanya nampak kulit saja yang tak terlihat isinya atau nampak jasad yang tak ada ruhnya.” (Tafsir Al Karimir Rahman, hal. 539).
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,
mudarris tafsir Universitas Islam Madinah :
ü (Daging-daging unta itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah) Yakni : daging-daging unta yang kalian sedekahkan ini tidak akan naik kepada-Nya dan mencapai keridhaan-Nya.
ü (dan begitu pula darahnya) Yakni : darah yang tumpah pada saat penyembelihannya.
ü (tetapi yang dapat mencapainya) Yakni : yang dapat mencapainya adalah ketakwaan dari hati kalian, itulah yang akan diterima Allah dan akan dibalas.
ü (Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah) Yakni : ucapan penyembelih “Allahu Akbar” ketika menyembelih. Ini merupakan dalil disyariatkan untuk mengucapkan basmalah dan takbir saat menyembelihnya.
ü (terhadap hidayah-Nya kepada kamu) Sesuai dengan apa yang ditunjukkan Allah kepada kalian berupa pengetahuan tentang cara mendekatkan diri kepada Allah.
ü (Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik) Yakni : semua orang yang mengerjakan kebaikan karena mengharap ridha Allah dengan penuh kesungguhan dalam beramal dan perasaan diawasi Allah.
Ibnu Mundzir mengeluarkan hadits dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: dahulu orang-orang musyrik apabila menyembelih hewan, mereka mengarahkan darahnya ke Ka’bah agar darah itu mengucur ke Ka’bah. Kemudian kaum muslimin hendak melakukan hal itu. Maka Allah menurunkan ayat tersebut.
BAHAYA RIYA’
عDari Mahmud bin Labid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya yang paling kukhawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashgor.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik ashgor, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Syirik ashgor adalah) riya’. Allah Ta’ala berkata pada mereka yang berbuat riya’ pada hari kiamat ketika manusia mendapat balasan atas amalan mereka: ‘Pergilah kalian pada orang yang kalian tujukan perbuatan riya’ di dunia. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?’
(HR. Ahmad 5: 429. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Contoh Riya : ingin pamer, dipuji orang lain, dst
Referensi :
rumaysho.com
tafsirweb.com