“Dan hendaklah takut (kepada Allah SWT ) orang-orang yang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya.

Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar
(QS. An-Nisa’ : 9)

Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang keluar rumah untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sampai ia pulang

(HR. Tirmidzi)

AJF

AJF
"DALAM KEBERSAMAAN KITA ADA KEMUDAHAN. . . DALAM KEMUDAHAN ADA KEBERHASILAN & DALAM KEBERHASILAN AKAN LAHIR KEBAHAGIAN" " M A R I JALIN UKHUWAH. . . INDAHKAN DUNIA DENGAN KEBAIKAN. . . " SATUKAN TEKAD RAIHLAH IMPIAN KITA. . . S E L A M A - L A M A N Y A "

Senin, 02 November 2015

Persahabatan Orang-orang Bertaqwa

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Az-Zukhruf : 67)

Sahabat,
Allah Swt menegaskan bahwa setiap persahabatan yang bukan karena Allah, maka kelak di hari Kiamat persahabatan itu akan berbalik menjadi permusuhan. Sedangkan, persahabatan yang terjalin antara orang-orang bertaqwa demi memperjuangkan agama dan meraih ridha Allah, maka persahabatan ini akan kekal abadi.
Ali bin abi Thalib ra. berkata, ”Ada dua orang mukmin yang bersahabat dan ada dua orang kafir yang bersahabat. Salah seorang dari kedua sahabat mukmin ini meninggal dan mendapat kabar gembira akan masuk surga. Namun, ia teringat akan sahabatnya, lalu berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya fulan adalah sahabatku. Ia dulu senantiasa memerintahkan agar aku mentaati-Mu dan mentaati Rasul-Mu. Ia selalu menyuruh aku berbuat kebajikan dan mencegahku berbuat keburukan. Ia selalu memberitahukan bahwa aku pasti akan bertemu dengan-Mu. Ya Allah, janganlah Engkau menyesatkannya sepeninggalku hingga Engkau memperlihatkan kepadanya apa yang Engkau perlihatkan kepadaku. Ya Allah, ridhailah ia sebagaimana Engkau ridha kepada diriku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Pergilah, seandainya kamu mengetahui apa yang Aku simpan untuknya di sisi-Ku, niscaya kamu akan banyak  tertawa dan sedikit menangis.’ Beberapa waktu kemudian sahabat mukmin yang lain itu meninggal, dan Allah mempertemukan arwah keduanya seraya berfirman, ‘Hendaknya masing-masing dari kalian saling memuji sahabatnya.’ Lalu masing-masing dari keduanya saling memuji sahabatnya seraya berkata, ‘Ia adalah sebaik-baik saudara, sebaik-baik teman, dan sebaik-baik sahabat.
Sebaliknya, apabila salah seorang dari dua orang kafir meninggal dan diberi ancaman akan masuk neraka, ia teringat dengan sahabatnya lalu berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya sahabatku, si fulan, dulu memerintahkan aku agar mendurhakai-Mu dan mendurhakai Rasul-Mu. Ia selalu memerintahkan aku agar berbuat kejahatan dan melarang aku berbuat kebajikan. Ia memberitahuku bahwa aku tidak akan pernah bertemu dengan-Mu. Ya Allah, janganlah Engkau memberi petunjuk kepadanya sepeninggalku hingga Engkau memperlihatkan kepadanya apa yang telah Engkau perlihatkan kepadaku. Engkau membencinya sebagaimana Engkau membenciku.’ Kemudian sahabat lain yang kafir itu pun meninggal hingga Allah mempertemukan arwahnya seraya berfirman, ‘Hendaknya masing-masing dari kalian saling memuji sahabatnya.” Lalu masing-masing dari kedua sahabat ini saling melaknat seraya berkata, ‘Ia adalah seburuk-buruk saudara, seburuk-buruk teman, dan seburuk-buruk sahabat.’” (HR Ibnu Abi Hatim)

Empat Kriteria dalam Memilih Sahabat
Dalam kitab Adabud Dunya wad Diin, Al-Mawardi menyebutkan empat sifat yang seharusnya menjadi perhatian bagi setiap orang yang ingin menjalin persahabatan yang kekal abadi. Keempat sifat ini harus ada pada diri orang yang akan menjadi sahabatnya :
1.              Kecerdasan akal
Sifat ini akan membimbing pemiliknya pada hal-hal yang terbaik. Karena kebodohan hanya akan merusak cinta kasih dan menghancurkan keistiqamahan pemiliknya. Dalam sebuah atsar disebutkan, ”Perkataan yang kasar akan mendatangkan celaan. Bersahabat dengan orang yang bodoh hanya akan menyebabkan sial.”
2.              Komitmen terhadap agama
Sifat ini akan mampu mendorong seseorang melakukan berbagai kebajikan. Karena seorang yang meninggalkan agama akan menjadi musuh bagi dirinya sendiri, maka bagaimana mungkin ia dapat mencintai orang lain. Seorang penyair berkata, ”Barangsiapa yang menjalin persahabatan bukan karena Allah, maka ia akan menjadi sumber bahaya bagi sahabatnya.”
3.            Kebaikan akhlak
Sifat ini mendorong seseorang mencintai dan melakukan berbagai kebajikan dan benci keburukan.
4.              Kecenderungan kepada orang baik dan keinginan menjalin ikatan persahabatan dengan mereka.

Kiat-Kiat Melanggengkan Persahabatan
Di samping memperhatikan keempat kriteria di atas, seorang muslim hendaknya melakukan upaya-upaya konkrit untuk mewujudkan persahabatan yang abadi, di antaranya :
  1. Memperbanyak sisi-sisi persamaan dan meminimalkan perbedaan.
Adanya banyak persamaan maka persahabatan akan semakin kuat. ”Segala sesuatu yang berlawanan tidak akan bersatu padu, dan segala sesuatu yang memiliki kesamaan tidak akan berpecah belah.”
2.      Menjalin komunikasi intensif dengan sahabatnya.
Komunikasi dapat dilakukan dengan cara mengunjungi langsung, melalui telepon, maupun surat-menyurat. Komunikasi ini akan melahirkan keinginan kuat untuk bertemu dan kecintaan yang semakin teguh di antara mereka.
3.      Meningkatkan keikhlasan dan ketulusan dalam setiap tutur kata dan tindakan.
Sifat ini akan berdampak pada dirinya yakni ia juga akan mendapatkan perlakuan yang sama dari sahabatnya. Ahli hikmah, ”Apa yang keluar dari hati, maka akan bersemayam pula dalam hati.”
4.      Meningkatkan kepercayaan kepada sahabat.
Kepercayaan akan menumbuhkan kecintaan sahabat terhadap diri kita.
5.      Melihat sisi-sisi baiknya, terutama kebaikan akhlak dan kepribadiannya.
Melihat sisi-sisi baik pada diri seseorang akan mendorong kita untuk mencintainya dan menutup mata dari sebagian aib atau kekurangannya.

Hanya Orang yang Bertaqwa yang Layak menjadi Sahabat Sejati
Mengapa hanya orang bertaqwa yang layak dijadikan sebagai sahabat sejati?
  1. Karena  mereka mempunyai kecerdasan berkat pengajaran dari Allah. (Al-Baqarah: 282)
  2. Komitmen  keagamaan mereka sangat tinggi berkat petunjuk dan pengajaran Al-Qur’an. (Ali Imran: 138)
Daya furqan yang diberikan kepada mereka untuk membedakan yang hak dan yang bathil. (Al-Anfal: 29)
  1. Kemuliaan akhlak mereka jelas terlihat karena Allah yang membenahi perbuatan dan perkataan mereka dan menghapuskan pengaruh buruk dari berbagai dosa yang pernah mereka lakukan sebelumnya. (Al-Ahzab: 71)
  2. Kecenderungan untuk menjalin persahabatan dengan sesama orang bertaqwa sangat kuat sekali, karena pelindung mereka semua adalah Allah (Al-Jatsiyah: 19)
  3. Allah akan menghimpun mereka dalam golongan-Nya. (Maryam: 85)

Hanya orang bertaqwa yang mampu mewujudkan persahabatan abadi
Mengapa hanya orang bertaqwa yang dapat bersahabat dengan baik?
  1. Karena persamaan di antara mereka berpijak pada sendi-sendi rabbaniyah. Sendi ini bertumpu pada aspek keagamaan yang hanya mencari ridha dan pahala dari Allah serta kebahagiaan di akhirat, bukan pada aspek fisik, status ekonomi, sosial, budaya atau aspek keduniaan lainnya. Sebab, seringkali aspek-aspek keduniaan justru menjadi sumber konflik dalam persahabatan. Seorang syaikh bersama para santrinya pernah menyaksikan sekelompok anjing yang terlihat amat rukun dan saling mencari kutu yang ada pada tubuh temannya. Syaikh alim tersebut berkata, ”Lihatlah, betapa rukunnya anjing-anjing itu!” Namun,  beberapa saat setelah itu ada seseorang yang melemparkan tulang di tengah kerumunan anjing. Maka, anjing-anjing  itu pun berkelahi dan saling menyerang untuk memperebutkan tulang tersebut. Syaikh itu pun berkata, ”Lihatlah, ketika tidak ada ambisi duniawi anjing-anjing itu rukun, tetapi ketika masing-masing memiliki ambisi duniawi mereka pun saling berkelahi!”
  2. Karena ikatan di antara mereka  adalah ikatan aqidah dan ikatan hati.
Sesungguhnya ini adalah umatmu, umat yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya’: 92) Komunikasi di antara mereka pun komunikasi ruhani dan batin. “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kecintaan, kasih sayang, dan kesetiakawanan adalah perumpamaan suatu tubuh, jika ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka yang lainnya ikut merasakan sakit dengan berjaga atau merasakan demam.” (Muttafaq alaih)
Sarana dalam membangun komunikasi di antara mereka sangat banyak dan beragam, seperti shalat berjamaah, puasa ramadhan, zakat dan shadaqah, doa dan zikir, serta berbagai bentuk ibadah lainnya.
  1. Orang bertaqwa senantiasa tulus dalam tutur kata dan tindakan, jauh dari kemunafikan dan kepura-puraan. Mereka mencari bukan sekedar keridhaan sesama manusia, tetapi yang terpenting adalah keridhaan Allah Ta’ala. “Barangsiapa mencari ridha Allah dengan menyebabkan kebencian manusia, maka Allah akan ridha kepadanya dan akan menyebabkan manusia pun juga ridha kepadanya. Barangsiapa mencari ridha manusia dengan menyebabkan  kebencian Allah, maka Allah akan benci kepadanya dan akan menyebabkan manusia pun juga benci kepadanya.”
  2. Orang bertaqwa memiliki kepercayaan yang sangat tinggi kepada sahabatnya.  Orang bertaqwa memandang sahabatnya bagaikan memandang diri sendiri, seperti cermin yang memantulkan kepribadiannya. “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lain.” (Al-Hadits)
Bahkan, mereka selalu memandang bahwa sahabatnya jauh lebih baik dari dirinya sehingga tidak pernah meragukannya, apa lagi sampai berburuk sangka kepadanya.
Orang bertaqwa menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada seorang pun yang terpelihara dari salah dan dosa. Sehingga, apabila ada sahabat yang berbuat salah, mereka tetap mencintainya dengan memberikan nasihat dan bimbingan secara bijaksana, tanpa berniat menyakiti atau menyudutkannya. Mereka memiliki parameter bahwa selama sisi-sisi baik seseorang lebih banyak dari sisi-sisi buruknya maka ia adalah orang baik.

Rabu, 30 September 2015

Sejenak..


Hijrah Bersama Islam

HIJRAH

Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (At-Taubah : 20)



Esensi ayat
1). Hijrah harus dilakukan semata-mata karena Allah swt.
2). Orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad, sesungguhnya merekalah yang dimaksud mukmin sejati.
3). Hijrah dan Jihad, keduanya adalah bagian dari perjuangan yang dilakukan dengan mengorbankan harta bahkan jiwa.
4). Terkandung tiga prinsip kehidupan : Iman yang bermakna keyakinan, Hijrah yang bermakna perubahan, dan Jihad yang bermakna perjuangan.
5). Kemenangan yang hakiki dalam perjuangan adalah ketika Allah mengangkat derajat kemuliaan seseorang. Itulah beruntungan manusia yang sebenarnya.

Pengertian Hijrah
Kata Hijrah berasal dari bahasa Arab yang berarti berpisah; pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain; berjalan pada tengah hari, dll.
Raqib al-Isfahani, pakar bahasa al-qur’an, berpendapat bahwa sebagai istilah, kata hijrah biasa mengacu pada tiga pengertian, yaitu :
1). Meninggalkan negeri yang berpenduduk kafir menuju negeri yang berpenduduk muslim, sebagaimana hijrahkan Rasulullah saw dan para shahabat dari Makkah ke Madinah.
2). Meninggalkan syahwat, mengganti perbuatan buruk dan dosa-dosa dengan perbuatan baik yang diperintahkan Allah dan Rasul saw.
3). Mujahadah an-nafs, yakni menundukkan hawa nafsu untuk mencapai hakikat kemanusiaan yang hakiki.

Makna Hijrah
Secara garis besar, hijrah dibedakan menjadi dua macam yakni Hijrah Makaniyah dan Hijrah Maknawiyah.
Hijrah Makaniyah (pindah atau ganti tempat) yaitu berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain karena dalam rangka mempertahankan keimanan, gangguan kesehatan, keamanan harta dan jiwa, dll.
Hijrah Maknawiyah (berubah atau berganti keyakinan), didasari 4 kategori:
a.     Hijrah I’tiqodiyah, berpindah keyakinan dari kemusyrikan dan kekufuran menuju keimanan.
b.     Hijrah Fikriyah, meninggalkan pemikiran komunisme, sekularisme, kapitalisme, liberalism, pluralisme, sosialisme, dan isme-isme lain kepada pola dan pemikiran Islam yang murni.
c.      Hijrah Syu’uriyah, meninggalkan kesenangan, kegemaran, hobbi, maupun citarasa yang kurang atau tidak Islami kepada yang Islami.
d.     Hijrah Sulukiyah, meninggalkan kepribadian, tingkahlaku atau akhlak tercela menuju akhlaqul karimah (kepribadian yang terpuji).

Refleksi Diri
Berakhirnya tahun 1436 H dan datangnya tahun 1437 H, adalah sebuah jawaban bahwa usia kita bertambah dan jatah umur kita semakin berkurang. Maka, hendaknya kita segera menghisab diri sebelum datangnya penghisaban Allah.
-). Evaluasi diri, apakah kita lebih banyak melakukan ketaatan kepada Allah atau sebaliknya banyak melanggar aturan Allah?
-). Apakah kehidupan kita banyak disibukkan dengan ibadah atau maksiat?
-). Apakah kita sudah termasuk ahlu sholah (sudah baik shalatnya, senantiasa menjaga kualitas ) atau belum?
-). Apakah kehidupan kita sudah bermanfaat bagi orang lain atau belum?
-). Apakah harta benda kita sudah terbebas dari nilai-nilai syubhat (tidak pasti kehalalannya) dan haram?
-). Apakah lisan kita sudah baik atau malah banyak membicarakan perkara yang sia-sia bahkan dusta? Dan lain-lain.

Tanda-tanda orang yang celaka di akhirat menurut syaikh Utsman ibn Hasan ibn Ahmad As-Syakir :
1.     Terlalu gampang melupakan dosa.
Orang seperti ini akan cenderung malas bertaubat, memperbaiki kesalahan, dan bahkan ringan mengulangi perbuatan dosa.
2.     Bangga atas jasa dan amal shalih yang dilakukan.
Orang seperti ini akan mudah takabur sehingga cenderung enggan bahkan berat mengulangi perbuatan baiknya.
3.     Selalu merasa iri dalam urusan dunia.
Orang seperti ini akan selalu kagum dengan keadaan dunia yang ada pada orang lain, selalu mengejar dunia seperti mereka. Sehingga, hidupnya tidak terhiasai dengan cahaya tawadhu’.
4.     Selalu merasa cukup dalam urusan agama.
Orang seperti ini akan cepat puas diri dalam kebaikan, sebab ia selalu merasa lebih shalih daripada orang lain.
                                 
Wallahu a’lam

Kamis, 10 September 2015

Teruslah berQurban.. lanjutkanlah :)

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)” 
(QS Al-An’am: 162-163)


Rabu, 02 September 2015

Teruslah Melangkah..



berlarilah terus berlari.. bergeraklah terus bergerak..
berjalanlah terus berjalan..

tetap setialah bersama kebaikan..
hingga akhir detak nafas telah hilang..

Rabu, 01 Juli 2015

Apa Saja Program Anda Selama Ramadhan ?



Sahabat, hari semakin berlalu., waktu demi waktu terus berputar..
jamuan Alloh Ta'ala yakni Bulan Ramadhan telah cepat berlalu..

apa saja yang sudah kita lakukan ?
sudahkah memperbanyak iabadah ?
bigimana sholat kita ?
sedekah ?
baca Qur'an kita ?

luar biasa... bertambah...

atau biasa biasa saja..
sampai kapan biasa-biasa saja ?

bukankah hidup di bumi ini tidak abadi ?

Minggu, 08 Maret 2015

Menjaga Iman Islam



Sahabat, ada beberapa sebab mengapa tema ini begitu sangat perlu mendapat perhatian serius, apa saja itu ?  mari simak :


Pertama, pada zaman ini kaum muslimin hidup di tengah berbagai macam fitnah, syahwat dan syubhat. Semua itu sangat berpotensi menggerogoti iman. Maka kekuatan iman merupakan kebutuhan muthlak. Bahkan lebih dibutuhkan dibanding pada masa generasi sahabat, karena kerusakan manusia di segala bidang telah menjadi fenomena umum.

Kedua, banyak terjadi pemurtadan dan konversi (perpindahan) agama. Jika pada awal kemerdekaan jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 90 % maka saat ini jumlah itu telah berkurang hampir 10%. Ini tentu menimbulkan kekhawatiran mendalam. Untuk mengatasinya diperlukan jalan keluar, sehingga setiap muslim tetap memiliki kekuatan iman.

Ketiga, pembahasan masalah tsabat berkait erat dengan masalah hati. Padahal Rasululullah saw bersabda:

إِنَّمَا سُمِّيَ الْقَلْبُ مِنْ تَقَلُّبِهِ إِنَّمَا مَثَلُ الْقَلْبِ كَمَثَلِ رِيشَةٍ مُعَلَّقَةٍ فِي أَصْلِ شَجَرَةٍ يُقَلِّبُهَا الرِّيحُ ظَهْرًا لِبَطْنٍ

“Dinamakan hati karena ia (selalu) berbolak-balik. Perumpamaan hati itu bagaikan bulu yang ada di pucuk pohon yang diombang-ambingkan oleh angin.” (HR. Ahmad)

Dibawah ini hanya beberapa tips dari sekian banyak yang dapat kita lakukan agar iman tetap kuat dalam hati.

1.    Akrab dengan Al Qur’an.

Al Qur’an merupakan petunjuk utama mencapai tsabat. Al Qur’an adalah tali penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Siapa akrab dan berpegang teguh dengan Al Qur’an niscaya Allah memeliharanya; siapa mengikuti Al Qur’an, niscaya Allah menyelamatkannya; dan siapa yang mendakwahkan Al Qur’an, niscaya Allah menunjukinya ke jalan yang lurus. Dalam hal ini Allah berfirman: “Orang-orang kafir berkata, mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami teguhkan hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (Al Furqan: 32-33)

2.    Iltizam (komitmen) terhadap syari’at Allah.

Allah berfirman: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akherat. Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Dan Allah berbuat apa saja yang Ia kehendaki.” (Ibrahim: 27)

Di ayat lain Allah menjelaskan jalan mencapai tsabat yang dimaksud. “Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran).” (An Nisa’: 66)

3.    Mempelajari Kisah Para Nabi.

Mempelajari kisah dan sejarah itu penting. Apalagi sejarah para Nabi. Ia bahkan bisa menguatkan iman seseorang. Secara khusus Allah menyinggung masalah ini dalam firman-Nya: “Dan Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah para rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran , pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud: 120)

4.    Berdo’a.

Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah mereka memohon kepada Allah agar diberi keteguhan iman, seperti do’a yang tertulis dalam firmanNya:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

“Ya Rabb, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (Ali Imran: 8).

Agar hati tetap teguh maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam banyak memanjatkan do’a berikut ini terutama pada waktu duduk takhiyat akhir dalam shalat.

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ.

“Wahai (Allah) yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada din-Mu.” (HR. Turmudzi)

5.    Berdakwah

Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu dicarikan medan yang tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah.

Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah dan berkurang. Jika seorang da’i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.

6.    Dekat dengan Ulama

Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al Madini Rahimahullah: “Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan din ini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad.”

7.    Meyakini Pertolongan Allah

Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah dan meminta pertolongan Allah, tetapi pertolongan yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian. Dalam keadaan seperti ini manusia banyak membutuh-kan tsabat agar tidak berputus asa.

Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do’a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akherat. ” (Ali Imran: 146-148)

8.    Mengetahui Hakekat Kebatilan

Allah berfirman: “Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak dalam negeri .” (Ali Imran: 196)

“Dan demikianlah Kami terang-kan ayat-ayat Al Qur’an (supaya jelas jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh Islam).” (Al An’am: 55)

“Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap.” (Al Isra’: 81)

Berbagai keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran akan menang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada dalam keimanannya.

9.    Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat

Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:”Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabar-an.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama mencapai tsabat.

10.    Mendengar nasehat Orang Shalih

Nasehat para shalihin sungguh amat penting artinya bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam segala tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu meminta nasehat orang-orang shalih saat mengalami berbagai ujian, saat diberi jabatan, saat mendapat rezki yang banyak dan lain-lain.

Jumat, 23 Januari 2015

FAKTA fitnah WANITA





Sahabat,

WANITA memang menjadi sumber fitnah terbesar bagi para laki-laki sebagaimana sabda Nabi SAW. Seraut wajah seorang wanita, bisa saja membuat seorang lelaki terbayang-bayang dan mabuk kepayang. Oleh karena itu, ada sebagian utama yang mewajibkan menutup wajah karena besarnya peluang fitnah yang bisa ditimbulkan.

Terlepas dari pendapat mana yang kita pilih antara sufur (membuka wajah) atau menutupnya dengan niqab (cadar), yang harus diperhatikan adalah penjagaan fitnah yang harus dilakukan. Karena, hari ini banyak kita temui kurangnya ihtimam terhadap penjagaan tersebut.

Banyak kita temui di jejaring sosial, para akhawat memasang profilepicture alias foto dirinya baik yang bercadar atau pun tidak. Ada yang rame-rame bersama akhawat lain, ada juga yang sendirian. Termasuk, ada pula yang memasang foto closeup-nya lengkap dengan cadarnya. Padahal tidak jelas apa tujuannya dan kepentingannya.

Pun demikian dengan akhawatyang membuka wajahnya. Dengan pede-nya ia tebar senyuman dan pesona. Berdandan dengan maksud supaya terlihat cantik dan menarik. Ditambah suara yang dibuat serenyah mungkin dan gesture yang
sok manis. Justru ketika dirinya berada di tempat bertemunya ia dengan para ikhwan, seperti di kampus, pameran buku, atau selainnya. Lengkap sudah menjadi sumber fitnah. Naudzubillah!

Untuk bisa selamat dari fitnah kecantikan, kita harus jelas memaknai potensi kecantikan yang kita miliki agar kecantikan tersebut justru membawa pahala dan barakah untuk kita. Bukannya menjadi peluang fitnah dan maksiat, balk bagi diri kita maupun orang lain.

Cantik Barakah vs Penuh Fitnah

Kecantikan yang barakah adalah kecantikan lahiriah seseorang yang mensyukuri bahwa hal itu adalah karunia Allah. Takpatut rasanya jika ia merasa bangga dan sombong atas kecantikannya. Ia juga menjaga kecantikan itu dari dua hal. Pertama, menjaganya dari perkaraperkara yang diharamkan Allah dan tetap menjaga kesucian diri dan kehormatannya. Kedua, menjaga dan merawat kecantikan yang dimilikinya. Selain itu, ia tidak memamerkannya kepadaorang-orangyang tidak berhak menikmati kecantikannya, juga tidak melakukan tabarruj atas wajah cantiknya.

Ia julurkan di, atas kecantikannya pakaian ketakwaan yang merupakan
sebaik-baik pakaian dan menutup auratnya. Ia hiasi paras ayu nya dengan hiasan kesalehan yang merupakan sebaikbaik perhiasan. Ia kendalikan hawa nafsunya untuk tidak melanggar perintah dan mengerjakan larangan, terutama yang berkaitan dengan kecantikan miliknya. Orang-orang cantik inilah yang akan selamat dari ujian kesabaran atas karunia kecantikan. Bersabar untuk tidak bermaksiat dan tetap taat. Bersabar supaya tidak mengikuti dorongan nafsu untuk mengeksploitasi kecantikannya. Sabar dan syukur, itulah sifat yang dimiliki oleh pemilik kecantikan yang barakah. lnilah kecantikan yang mendatangkan kecintaan Allah ataspemiliknya.

Berlawanan dengan itu, kecantikan penuh fitnah adalah kecantikan yang merugikan
sipemilik dan mengundang kemuraan Allah atasnya.
Yaitu kecantikan yang digunakan sebagai sarana untuk bermakslat kepada Allah.Kecantikan yang mana pemiliknya 'diperkosa' oleh nafsunya supaya mau memamerkan kecantikannya, menyombongkannya dan menonjolkannya. Bahkan ia merasa bangga jika dapat memuaskan penglihatan lawanjenis (yang tidak berhak) atas kecantikan miliknya.
Dengan kecantikan yang ia miliki, ia justru terseret jauh dari keridhaan Allah. Karena ia telah menyia-nyiakan karunia kecantikan yang diberikanoleh-Nya. Bukannya menjaga keindahan dirinya dari fitnah, ia justru menjadikannya sebagai peluang fitnah. Kecantikan yang seharusnya menjadi potensi ketaatan, malah ia jadikan sebagai modal kemaksiatan. Inilah kecantikan penuh fitnah, yang sia-sia dan dibencioleh Allah. Walaupun kecantikannya tiada tara, namun tak ada artinya (di sisi Allah).

Suami yang Paling Berhak Menikmati

Kecantikan yang mendatangkan pahala adalah yang tepat penikmatnya. Suami adalah situ-satunya penikmat
kecantikan kita yang paling tepat. Karena itulah, berhias dan tampil cantik harusnya ditujukan khusus untuk suami kita.
Meski sering kali kita temui, banyak yang begitu rebut dan ribet dalam memperhatikan penampilan ketika akan keluar rumah. Berbagai persiapan akan dilakukan untuk sebisa mungkin tampil cantik dan mengundang perhatian publik.
Padahal ketika berada di rumah, mereka cuek dan acuh terhadap dandanan mereka, meski di hadapan suami tercinta. Cukup tampil apaadanya, kusut, semrawut dan berantakan, plus daster yang sudah using dan perludi tambal. Bukanlah hal yang mengherankan jika suami akhirnya lebih memilih untuk mencari "pemandangan" di luar yang lebih indah dan menarik.

Oleh karena itu, bagi akhawat yang telah menikah, suami mendapat prioritas penting sebagai tujuan utama berhias. Berdandan untuk suami bernilai ibadah. Seorang istri yang sadar akan kewajibannya, akan berupaya maksimal untuk dapat menarik perhatian suami dengan mengerahkan setiap potensi keindahan dan kecantikannya. Sehingga, ia bias tampil untuk menjadi penyejuk mata, penyenang jiwa dan penentram hati bagi suami. Pun ia sanggup, menjaga pandangan suami dan kemaluannya, hingga tak ada. kata berpaling kecuali hanya pada istrinya.

Dan jika belum menikah, jaga dan rawat kecantikan tersebut hingga pada saat yang tepat nanti, kita bisa menampilkannya dengan baik.Jangan biarkan laki-laki lain sedikit pun men ikmatinya. Karena tak ada hak secuil pun baginya. Kecantikan kita adalah sesuatu yang spesial. Hanya orang spesial yang bisa mendapatkannya. Dialah suami kita nantinya.

Berhias pun dapat berpahala, jika kita meniatkannya karena Allah dan tepat dalam menempatkannya.

Dalam hal ini..
Hanya wanita shalihah yang senantiasa selamat di segala zaman..
Hanya wanita shalihah saja.. yang tidak menjadi fitnah..

#nurisfm


Wanita memang menjadi sumber fitnah terbesar bagi para laki-laki sebagaimana sabda Nabi SAW. Seraut wajah seorang wanita, bisa saja membuat seorang lelaki terbayang-bayang dan mabuk kepayang. Oleh karena itu, ada sebagian utama yang mewajibkan menutup wajah karena besarnya peluang fitnah yang bisa ditimbulkan.

Terlepas dari pendapat mana yang kita pilih antara sufur (membuka wajah) atau menutupnya dengan niqab (cadar), yang harus diperhatikan adalah penjagaan fitnah yang harus dilakukan. Karena, hari ini banyak kita temui kurangnya ihtimam terhadap penjagaan tersebut.

Banyak kita temui di jejaring sosial, para akhawat memasang profilepicture alias foto dirinya baik yang bercadar atau pun tidak. Ada yang rame-rame bersama akhawat lain, ada juga yang sendirian. Termasuk, ada pula yang memasang foto closeup-nya lengkap dengan cadarnya. Padahal tidak jelas apa tujuannya dan kepentingannya.

Pun demikian dengan akhawatyang membuka wajahnya. Dengan pede-nya ia tebar senyuman dan pesona. Berdandan dengan maksud supaya terlihat cantik dan menarik. Ditambah suara yang dibuat serenyah mungkin dan gesture yang
sok manis. Justru ketika dirinya berada di tempat bertemunya ia dengan para ikhwan, seperti di kampus, pameran buku, atau selainnya. Lengkap sudah menjadi sumber fitnah. Naudzubillah!

Untuk bisa selamat dari fitnah kecantikan, kita harus jelas memaknai potensi kecantikan yang kita miliki agar kecantikan tersebut justru membawa pahala dan barakah untuk kita. Bukannya menjadi peluang fitnah dan maksiat, balk bagi diri kita maupun orang lain.

Cantik Barakah vs Penuh Fitnah

Kecantikan yang barakah adalah kecantikan lahiriah seseorang yang mensyukuri bahwa hal itu adalah karunia Allah. Takpatut rasanya jika ia merasa bangga dan sombong atas kecantikannya. Ia juga menjaga kecantikan itu dari dua hal. Pertama, menjaganya dari perkaraperkara yang diharamkan Allah dan tetap menjaga kesucian diri dan kehormatannya. Kedua, menjaga dan merawat kecantikan yang dimilikinya. Selain itu, ia tidak memamerkannya kepadaorang-orangyang tidak berhak menikmati kecantikannya, juga tidak melakukan tabarruj atas wajah cantiknya.

Ia julurkan di, atas kecantikannya pakaian ketakwaan yang merupakan
sebaik-baik pakaian dan menutup auratnya. Ia hiasi paras ayu nya dengan hiasan kesalehan yang merupakan sebaikbaik perhiasan. Ia kendalikan hawa nafsunya untuk tidak melanggar perintah dan mengerjakan larangan, terutama yang berkaitan dengan kecantikan miliknya. Orang-orang cantik inilah yang akan selamat dari ujian kesabaran atas karunia kecantikan. Bersabar untuk tidak bermaksiat dan tetap taat. Bersabar supaya tidak mengikuti dorongan nafsu untuk mengeksploitasi kecantikannya. Sabar dan syukur, itulah sifat yang dimiliki oleh pemilik kecantikan yang barakah. lnilah kecantikan yang mendatangkan kecintaan Allah ataspemiliknya.

Berlawanan dengan itu, kecantikan penuh fitnah adalah kecantikan yang merugikan
sipemilik dan mengundang kemuraan Allah atasnya.
Yaitu kecantikan yang digunakan sebagai sarana untuk bermakslat kepada Allah.Kecantikan yang mana pemiliknya 'diperkosa' oleh nafsunya supaya mau memamerkan kecantikannya, menyombongkannya dan menonjolkannya. Bahkan ia merasa bangga jika dapat memuaskan penglihatan lawanjenis (yang tidak berhak) atas kecantikan miliknya.
Dengan kecantikan yang ia miliki, ia justru terseret jauh dari keridhaan Allah. Karena ia telah menyia-nyiakan karunia kecantikan yang diberikanoleh-Nya. Bukannya menjaga keindahan dirinya dari fitnah, ia justru menjadikannya sebagai peluang fitnah. Kecantikan yang seharusnya menjadi potensi ketaatan, malah ia jadikan sebagai modal kemaksiatan. Inilah kecantikan penuh fitnah, yang sia-sia dan dibencioleh Allah. Walaupun kecantikannya tiada tara, namun tak ada artinya (di sisi Allah).

Suami yang Paling Berhak Menikmati

Kecantikan yang mendatangkan pahala adalah yang tepat penikmatnya. Suami adalah situ-satunya penikmat
kecantikan kita yang paling tepat. Karena itulah, berhias dan tampil cantik harusnya ditujukan khusus untuk suami kita.
Meski sering kali kita temui, banyak yang begitu rebut dan ribet dalam memperhatikan penampilan ketika akan keluar rumah. Berbagai persiapan akan dilakukan untuk sebisa mungkin tampil cantik dan mengundang perhatian publik.
Padahal ketika berada di rumah, mereka cuek dan acuh terhadap dandanan mereka, meski di hadapan suami tercinta. Cukup tampil apaadanya, kusut, semrawut dan berantakan, plus daster yang sudah using dan perludi tambal. Bukanlah hal yang mengherankan jika suami akhirnya lebih memilih untuk mencari "pemandangan" di luar yang lebih indah dan menarik.

Oleh karena itu, bagi akhawat yang telah menikah, suami mendapat prioritas penting sebagai tujuan utama berhias. Berdandan untuk suami bernilai ibadah. Seorang istri yang sadar akan kewajibannya, akan berupaya maksimal untuk dapat menarik perhatian suami dengan mengerahkan setiap potensi keindahan dan kecantikannya. Sehingga, ia bias tampil untuk menjadi penyejuk mata, penyenang jiwa dan penentram hati bagi suami. Pun ia sanggup, menjaga pandangan suami dan kemaluannya, hingga tak ada. kata berpaling kecuali hanya pada istrinya.

Dan jika belum menikah, jaga dan rawat kecantikan tersebut hingga pada saat yang tepat nanti, kita bisa menampilkannya dengan baik.Jangan biarkan laki-laki lain sedikit pun men ikmatinya. Karena tak ada hak secuil pun baginya. Kecantikan kita adalah sesuatu yang spesial. Hanya orang spesial yang bisa mendapatkannya. Dialah suami kita nantinya.

Berhias pun dapat berpahala, jika kita meniatkannya karena Allah dan tepat dalam menempatkannya. Semoga barakahlah yang kita raih atas kecantikan kita. - See more at: http://nurisfm.blogspot.com/2012/04/fitnah-kecantikan.html#sthash.n7I10KZN.dpuf
Wanita memang menjadi sumber fitnah terbesar bagi para laki-laki sebagaimana sabda Nabi SAW. Seraut wajah seorang wanita, bisa saja membuat seorang lelaki terbayang-bayang dan mabuk kepayang. Oleh karena itu, ada sebagian utama yang mewajibkan menutup wajah karena besarnya peluang fitnah yang bisa ditimbulkan.

Terlepas dari pendapat mana yang kita pilih antara sufur (membuka wajah) atau menutupnya dengan niqab (cadar), yang harus diperhatikan adalah penjagaan fitnah yang harus dilakukan. Karena, hari ini banyak kita temui kurangnya ihtimam terhadap penjagaan tersebut.

Banyak kita temui di jejaring sosial, para akhawat memasang profilepicture alias foto dirinya baik yang bercadar atau pun tidak. Ada yang rame-rame bersama akhawat lain, ada juga yang sendirian. Termasuk, ada pula yang memasang foto closeup-nya lengkap dengan cadarnya. Padahal tidak jelas apa tujuannya dan kepentingannya.

Pun demikian dengan akhawatyang membuka wajahnya. Dengan pede-nya ia tebar senyuman dan pesona. Berdandan dengan maksud supaya terlihat cantik dan menarik. Ditambah suara yang dibuat serenyah mungkin dan gesture yang
sok manis. Justru ketika dirinya berada di tempat bertemunya ia dengan para ikhwan, seperti di kampus, pameran buku, atau selainnya. Lengkap sudah menjadi sumber fitnah. Naudzubillah!

Untuk bisa selamat dari fitnah kecantikan, kita harus jelas memaknai potensi kecantikan yang kita miliki agar kecantikan tersebut justru membawa pahala dan barakah untuk kita. Bukannya menjadi peluang fitnah dan maksiat, balk bagi diri kita maupun orang lain.

Cantik Barakah vs Penuh Fitnah

Kecantikan yang barakah adalah kecantikan lahiriah seseorang yang mensyukuri bahwa hal itu adalah karunia Allah. Takpatut rasanya jika ia merasa bangga dan sombong atas kecantikannya. Ia juga menjaga kecantikan itu dari dua hal. Pertama, menjaganya dari perkaraperkara yang diharamkan Allah dan tetap menjaga kesucian diri dan kehormatannya. Kedua, menjaga dan merawat kecantikan yang dimilikinya. Selain itu, ia tidak memamerkannya kepadaorang-orangyang tidak berhak menikmati kecantikannya, juga tidak melakukan tabarruj atas wajah cantiknya.

Ia julurkan di, atas kecantikannya pakaian ketakwaan yang merupakan
sebaik-baik pakaian dan menutup auratnya. Ia hiasi paras ayu nya dengan hiasan kesalehan yang merupakan sebaikbaik perhiasan. Ia kendalikan hawa nafsunya untuk tidak melanggar perintah dan mengerjakan larangan, terutama yang berkaitan dengan kecantikan miliknya. Orang-orang cantik inilah yang akan selamat dari ujian kesabaran atas karunia kecantikan. Bersabar untuk tidak bermaksiat dan tetap taat. Bersabar supaya tidak mengikuti dorongan nafsu untuk mengeksploitasi kecantikannya. Sabar dan syukur, itulah sifat yang dimiliki oleh pemilik kecantikan yang barakah. lnilah kecantikan yang mendatangkan kecintaan Allah ataspemiliknya.

Berlawanan dengan itu, kecantikan penuh fitnah adalah kecantikan yang merugikan
sipemilik dan mengundang kemuraan Allah atasnya.
Yaitu kecantikan yang digunakan sebagai sarana untuk bermakslat kepada Allah.Kecantikan yang mana pemiliknya 'diperkosa' oleh nafsunya supaya mau memamerkan kecantikannya, menyombongkannya dan menonjolkannya. Bahkan ia merasa bangga jika dapat memuaskan penglihatan lawanjenis (yang tidak berhak) atas kecantikan miliknya.
Dengan kecantikan yang ia miliki, ia justru terseret jauh dari keridhaan Allah. Karena ia telah menyia-nyiakan karunia kecantikan yang diberikanoleh-Nya. Bukannya menjaga keindahan dirinya dari fitnah, ia justru menjadikannya sebagai peluang fitnah. Kecantikan yang seharusnya menjadi potensi ketaatan, malah ia jadikan sebagai modal kemaksiatan. Inilah kecantikan penuh fitnah, yang sia-sia dan dibencioleh Allah. Walaupun kecantikannya tiada tara, namun tak ada artinya (di sisi Allah).

Suami yang Paling Berhak Menikmati

Kecantikan yang mendatangkan pahala adalah yang tepat penikmatnya. Suami adalah situ-satunya penikmat
kecantikan kita yang paling tepat. Karena itulah, berhias dan tampil cantik harusnya ditujukan khusus untuk suami kita.
Meski sering kali kita temui, banyak yang begitu rebut dan ribet dalam memperhatikan penampilan ketika akan keluar rumah. Berbagai persiapan akan dilakukan untuk sebisa mungkin tampil cantik dan mengundang perhatian publik.
Padahal ketika berada di rumah, mereka cuek dan acuh terhadap dandanan mereka, meski di hadapan suami tercinta. Cukup tampil apaadanya, kusut, semrawut dan berantakan, plus daster yang sudah using dan perludi tambal. Bukanlah hal yang mengherankan jika suami akhirnya lebih memilih untuk mencari "pemandangan" di luar yang lebih indah dan menarik.

Oleh karena itu, bagi akhawat yang telah menikah, suami mendapat prioritas penting sebagai tujuan utama berhias. Berdandan untuk suami bernilai ibadah. Seorang istri yang sadar akan kewajibannya, akan berupaya maksimal untuk dapat menarik perhatian suami dengan mengerahkan setiap potensi keindahan dan kecantikannya. Sehingga, ia bias tampil untuk menjadi penyejuk mata, penyenang jiwa dan penentram hati bagi suami. Pun ia sanggup, menjaga pandangan suami dan kemaluannya, hingga tak ada. kata berpaling kecuali hanya pada istrinya.

Dan jika belum menikah, jaga dan rawat kecantikan tersebut hingga pada saat yang tepat nanti, kita bisa menampilkannya dengan baik.Jangan biarkan laki-laki lain sedikit pun men ikmatinya. Karena tak ada hak secuil pun baginya. Kecantikan kita adalah sesuatu yang spesial. Hanya orang spesial yang bisa mendapatkannya. Dialah suami kita nantinya.

Berhias pun dapat berpahala, jika kita meniatkannya karena Allah dan tepat dalam menempatkannya. Semoga barakahlah yang kita raih atas kecantikan kita. - See more at: http://nurisfm.blogspot.com/2012/04/fitnah-kecantikan.html#sthash.n7I10KZN.dpuf
Wanita memang menjadi sumber fitnah terbesar bagi para laki-laki sebagaimana sabda Nabi SAW. Seraut wajah seorang wanita, bisa saja membuat seorang lelaki terbayang-bayang dan mabuk kepayang. Oleh karena itu, ada sebagian utama yang mewajibkan menutup wajah karena besarnya peluang fitnah yang bisa ditimbulkan.

Terlepas dari pendapat mana yang kita pilih antara sufur (membuka wajah) atau menutupnya dengan niqab (cadar), yang harus diperhatikan adalah penjagaan fitnah yang harus dilakukan. Karena, hari ini banyak kita temui kurangnya ihtimam terhadap penjagaan tersebut.

Banyak kita temui di jejaring sosial, para akhawat memasang profilepicture alias foto dirinya baik yang bercadar atau pun tidak. Ada yang rame-rame bersama akhawat lain, ada juga yang sendirian. Termasuk, ada pula yang memasang foto closeup-nya lengkap dengan cadarnya. Padahal tidak jelas apa tujuannya dan kepentingannya.

Pun demikian dengan akhawatyang membuka wajahnya. Dengan pede-nya ia tebar senyuman dan pesona. Berdandan dengan maksud supaya terlihat cantik dan menarik. Ditambah suara yang dibuat serenyah mungkin dan gesture yang
sok manis. Justru ketika dirinya berada di tempat bertemunya ia dengan para ikhwan, seperti di kampus, pameran buku, atau selainnya. Lengkap sudah menjadi sumber fitnah. Naudzubillah!

Untuk bisa selamat dari fitnah kecantikan, kita harus jelas memaknai potensi kecantikan yang kita miliki agar kecantikan tersebut justru membawa pahala dan barakah untuk kita. Bukannya menjadi peluang fitnah dan maksiat, balk bagi diri kita maupun orang lain.

Cantik Barakah vs Penuh Fitnah

Kecantikan yang barakah adalah kecantikan lahiriah seseorang yang mensyukuri bahwa hal itu adalah karunia Allah. Takpatut rasanya jika ia merasa bangga dan sombong atas kecantikannya. Ia juga menjaga kecantikan itu dari dua hal. Pertama, menjaganya dari perkaraperkara yang diharamkan Allah dan tetap menjaga kesucian diri dan kehormatannya. Kedua, menjaga dan merawat kecantikan yang dimilikinya. Selain itu, ia tidak memamerkannya kepadaorang-orangyang tidak berhak menikmati kecantikannya, juga tidak melakukan tabarruj atas wajah cantiknya.

Ia julurkan di, atas kecantikannya pakaian ketakwaan yang merupakan
sebaik-baik pakaian dan menutup auratnya. Ia hiasi paras ayu nya dengan hiasan kesalehan yang merupakan sebaikbaik perhiasan. Ia kendalikan hawa nafsunya untuk tidak melanggar perintah dan mengerjakan larangan, terutama yang berkaitan dengan kecantikan miliknya. Orang-orang cantik inilah yang akan selamat dari ujian kesabaran atas karunia kecantikan. Bersabar untuk tidak bermaksiat dan tetap taat. Bersabar supaya tidak mengikuti dorongan nafsu untuk mengeksploitasi kecantikannya. Sabar dan syukur, itulah sifat yang dimiliki oleh pemilik kecantikan yang barakah. lnilah kecantikan yang mendatangkan kecintaan Allah ataspemiliknya.

Berlawanan dengan itu, kecantikan penuh fitnah adalah kecantikan yang merugikan
sipemilik dan mengundang kemuraan Allah atasnya.
Yaitu kecantikan yang digunakan sebagai sarana untuk bermakslat kepada Allah.Kecantikan yang mana pemiliknya 'diperkosa' oleh nafsunya supaya mau memamerkan kecantikannya, menyombongkannya dan menonjolkannya. Bahkan ia merasa bangga jika dapat memuaskan penglihatan lawanjenis (yang tidak berhak) atas kecantikan miliknya.
Dengan kecantikan yang ia miliki, ia justru terseret jauh dari keridhaan Allah. Karena ia telah menyia-nyiakan karunia kecantikan yang diberikanoleh-Nya. Bukannya menjaga keindahan dirinya dari fitnah, ia justru menjadikannya sebagai peluang fitnah. Kecantikan yang seharusnya menjadi potensi ketaatan, malah ia jadikan sebagai modal kemaksiatan. Inilah kecantikan penuh fitnah, yang sia-sia dan dibencioleh Allah. Walaupun kecantikannya tiada tara, namun tak ada artinya (di sisi Allah).

Suami yang Paling Berhak Menikmati

Kecantikan yang mendatangkan pahala adalah yang tepat penikmatnya. Suami adalah situ-satunya penikmat
kecantikan kita yang paling tepat. Karena itulah, berhias dan tampil cantik harusnya ditujukan khusus untuk suami kita.
Meski sering kali kita temui, banyak yang begitu rebut dan ribet dalam memperhatikan penampilan ketika akan keluar rumah. Berbagai persiapan akan dilakukan untuk sebisa mungkin tampil cantik dan mengundang perhatian publik.
Padahal ketika berada di rumah, mereka cuek dan acuh terhadap dandanan mereka, meski di hadapan suami tercinta. Cukup tampil apaadanya, kusut, semrawut dan berantakan, plus daster yang sudah using dan perludi tambal. Bukanlah hal yang mengherankan jika suami akhirnya lebih memilih untuk mencari "pemandangan" di luar yang lebih indah dan menarik.

Oleh karena itu, bagi akhawat yang telah menikah, suami mendapat prioritas penting sebagai tujuan utama berhias. Berdandan untuk suami bernilai ibadah. Seorang istri yang sadar akan kewajibannya, akan berupaya maksimal untuk dapat menarik perhatian suami dengan mengerahkan setiap potensi keindahan dan kecantikannya. Sehingga, ia bias tampil untuk menjadi penyejuk mata, penyenang jiwa dan penentram hati bagi suami. Pun ia sanggup, menjaga pandangan suami dan kemaluannya, hingga tak ada. kata berpaling kecuali hanya pada istrinya.

Dan jika belum menikah, jaga dan rawat kecantikan tersebut hingga pada saat yang tepat nanti, kita bisa menampilkannya dengan baik.Jangan biarkan laki-laki lain sedikit pun men ikmatinya. Karena tak ada hak secuil pun baginya. Kecantikan kita adalah sesuatu yang spesial. Hanya orang spesial yang bisa mendapatkannya. Dialah suami kita nantinya.

Berhias pun dapat berpahala, jika kita meniatkannya karena Allah dan tepat dalam menempatkannya. Semoga barakahlah yang kita raih atas kecantikan kita. - See more at: http://nurisfm.blogspot.com/2012/04/fitnah-kecantikan.html#sthash.n7I10KZN.dpuf