WANITA memang menjadi sumber fitnah
terbesar bagi para laki-laki sebagaimana sabda Nabi SAW. Seraut wajah seorang
wanita, bisa saja membuat seorang lelaki terbayang-bayang dan mabuk kepayang.
Oleh karena itu, ada sebagian utama yang mewajibkan menutup wajah karena
besarnya peluang fitnah yang bisa ditimbulkan.
Terlepas dari pendapat mana yang kita pilih antara sufur (membuka wajah) atau
menutupnya dengan niqab (cadar), yang harus diperhatikan adalah penjagaan
fitnah yang harus dilakukan. Karena, hari ini banyak kita temui kurangnya
ihtimam terhadap penjagaan tersebut.
Banyak kita temui di jejaring sosial, para akhawat memasang profilepicture
alias foto dirinya baik yang bercadar atau pun tidak. Ada yang rame-rame
bersama akhawat lain, ada juga yang sendirian. Termasuk, ada pula yang memasang
foto closeup-nya lengkap dengan cadarnya. Padahal tidak jelas apa tujuannya dan
kepentingannya.
Pun demikian dengan akhawatyang membuka wajahnya. Dengan pede-nya ia tebar
senyuman dan pesona. Berdandan dengan maksud supaya terlihat cantik dan
menarik. Ditambah suara yang dibuat serenyah mungkin dan gesture yang
sok manis. Justru ketika dirinya berada di tempat bertemunya ia dengan para
ikhwan, seperti di kampus, pameran buku, atau selainnya. Lengkap sudah menjadi
sumber fitnah. Naudzubillah!
Untuk bisa selamat dari fitnah kecantikan, kita harus jelas memaknai potensi
kecantikan yang kita miliki agar kecantikan tersebut justru membawa pahala dan
barakah untuk kita. Bukannya menjadi peluang fitnah dan maksiat, balk bagi diri
kita maupun orang lain.
Cantik Barakah vs Penuh Fitnah
Kecantikan yang barakah adalah kecantikan lahiriah seseorang yang mensyukuri
bahwa hal itu adalah karunia Allah. Takpatut rasanya jika ia merasa bangga dan
sombong atas kecantikannya. Ia juga menjaga kecantikan itu dari dua hal.
Pertama, menjaganya dari perkaraperkara yang diharamkan Allah dan tetap menjaga
kesucian diri dan kehormatannya. Kedua, menjaga dan merawat kecantikan yang
dimilikinya. Selain itu, ia tidak memamerkannya kepadaorang-orangyang tidak
berhak menikmati kecantikannya, juga tidak melakukan tabarruj atas wajah
cantiknya.
Ia julurkan di, atas kecantikannya pakaian ketakwaan yang merupakan
sebaik-baik pakaian dan menutup auratnya. Ia hiasi paras ayu nya dengan hiasan
kesalehan yang merupakan sebaikbaik perhiasan. Ia kendalikan hawa nafsunya
untuk tidak melanggar perintah dan mengerjakan larangan, terutama yang
berkaitan dengan kecantikan miliknya. Orang-orang cantik inilah yang akan
selamat dari ujian kesabaran atas karunia kecantikan. Bersabar untuk tidak
bermaksiat dan tetap taat. Bersabar supaya tidak mengikuti dorongan nafsu untuk
mengeksploitasi kecantikannya. Sabar dan syukur, itulah sifat yang dimiliki
oleh pemilik kecantikan yang barakah. lnilah kecantikan yang mendatangkan kecintaan
Allah ataspemiliknya.
Berlawanan dengan itu, kecantikan penuh fitnah adalah kecantikan yang merugikan
sipemilik dan mengundang kemuraan Allah atasnya.
Yaitu kecantikan yang digunakan sebagai sarana untuk bermakslat kepada
Allah.Kecantikan yang mana pemiliknya 'diperkosa' oleh nafsunya supaya mau
memamerkan kecantikannya, menyombongkannya dan menonjolkannya. Bahkan ia merasa
bangga jika dapat memuaskan penglihatan lawanjenis (yang tidak berhak) atas
kecantikan miliknya.
Dengan kecantikan yang ia miliki, ia justru terseret jauh dari keridhaan Allah.
Karena ia telah menyia-nyiakan karunia kecantikan yang diberikanoleh-Nya.
Bukannya menjaga keindahan dirinya dari fitnah, ia justru menjadikannya sebagai
peluang fitnah. Kecantikan yang seharusnya menjadi potensi ketaatan, malah ia
jadikan sebagai modal kemaksiatan. Inilah kecantikan penuh fitnah, yang sia-sia
dan dibencioleh Allah. Walaupun kecantikannya tiada tara, namun tak ada artinya
(di sisi Allah).
Suami yang Paling Berhak Menikmati
Kecantikan yang mendatangkan pahala adalah yang tepat penikmatnya. Suami adalah
situ-satunya penikmat
kecantikan kita yang paling tepat. Karena itulah, berhias dan tampil cantik
harusnya ditujukan khusus untuk suami kita.
Meski sering kali kita temui, banyak yang begitu rebut dan ribet dalam
memperhatikan penampilan ketika akan keluar rumah. Berbagai persiapan akan
dilakukan untuk sebisa mungkin tampil cantik dan mengundang perhatian publik.
Padahal ketika berada di rumah, mereka cuek dan acuh terhadap dandanan mereka,
meski di hadapan suami tercinta. Cukup tampil apaadanya, kusut, semrawut dan
berantakan, plus daster yang sudah using dan perludi tambal. Bukanlah hal yang
mengherankan jika suami akhirnya lebih memilih untuk mencari
"pemandangan" di luar yang lebih indah dan menarik.
Oleh karena itu, bagi akhawat yang telah menikah, suami mendapat prioritas
penting sebagai tujuan utama berhias. Berdandan untuk suami bernilai ibadah.
Seorang istri yang sadar akan kewajibannya, akan berupaya maksimal untuk dapat
menarik perhatian suami dengan mengerahkan setiap potensi keindahan dan
kecantikannya. Sehingga, ia bias tampil untuk menjadi penyejuk mata, penyenang
jiwa dan penentram hati bagi suami. Pun ia sanggup, menjaga pandangan suami dan
kemaluannya, hingga tak ada. kata berpaling kecuali hanya pada istrinya.
Dan jika belum menikah, jaga dan rawat kecantikan tersebut hingga pada saat
yang tepat nanti, kita bisa menampilkannya dengan baik.Jangan biarkan laki-laki
lain sedikit pun men ikmatinya. Karena tak ada hak secuil pun baginya.
Kecantikan kita adalah sesuatu yang spesial. Hanya orang spesial yang bisa
mendapatkannya. Dialah suami kita nantinya.
Berhias pun dapat berpahala, jika kita meniatkannya karena Allah dan tepat
dalam menempatkannya.
Dalam hal ini..
Hanya wanita shalihah yang senantiasa selamat di segala zaman..
Hanya wanita shalihah saja.. yang tidak menjadi fitnah..
#nurisfm
Wanita
memang menjadi sumber fitnah terbesar bagi para laki-laki sebagaimana
sabda Nabi SAW. Seraut wajah seorang wanita, bisa saja membuat seorang
lelaki terbayang-bayang dan mabuk kepayang. Oleh karena itu, ada
sebagian utama yang mewajibkan menutup wajah karena besarnya peluang
fitnah yang bisa ditimbulkan.
Terlepas dari pendapat mana yang
kita pilih antara sufur (membuka wajah) atau menutupnya dengan niqab
(cadar), yang harus diperhatikan adalah penjagaan fitnah yang harus
dilakukan. Karena, hari ini banyak kita temui kurangnya ihtimam terhadap
penjagaan tersebut.
Banyak kita temui di jejaring sosial, para
akhawat memasang profilepicture alias foto dirinya baik yang bercadar
atau pun tidak. Ada yang rame-rame bersama akhawat lain, ada juga yang
sendirian. Termasuk, ada pula yang memasang foto closeup-nya lengkap
dengan cadarnya. Padahal tidak jelas apa tujuannya dan kepentingannya.
Pun
demikian dengan akhawatyang membuka wajahnya. Dengan pede-nya ia tebar
senyuman dan pesona. Berdandan dengan maksud supaya terlihat cantik dan
menarik. Ditambah suara yang dibuat serenyah mungkin dan gesture yang
sok
manis. Justru ketika dirinya berada di tempat bertemunya ia dengan para
ikhwan, seperti di kampus, pameran buku, atau selainnya. Lengkap sudah
menjadi sumber fitnah. Naudzubillah!
Untuk bisa selamat dari
fitnah kecantikan, kita harus jelas memaknai potensi kecantikan yang
kita miliki agar kecantikan tersebut justru membawa pahala dan barakah
untuk kita. Bukannya menjadi peluang fitnah dan maksiat, balk bagi diri
kita maupun orang lain.
Cantik Barakah vs Penuh Fitnah
Kecantikan
yang barakah adalah kecantikan lahiriah seseorang yang mensyukuri bahwa
hal itu adalah karunia Allah. Takpatut rasanya jika ia merasa bangga
dan sombong atas kecantikannya. Ia juga menjaga kecantikan itu dari dua
hal. Pertama, menjaganya dari perkaraperkara yang diharamkan Allah dan
tetap menjaga kesucian diri dan kehormatannya. Kedua, menjaga dan
merawat kecantikan yang dimilikinya. Selain itu, ia tidak memamerkannya
kepadaorang-orangyang tidak berhak menikmati kecantikannya, juga tidak
melakukan tabarruj atas wajah cantiknya.
Ia julurkan di, atas kecantikannya pakaian ketakwaan yang merupakan
sebaik-baik
pakaian dan menutup auratnya. Ia hiasi paras ayu nya dengan hiasan
kesalehan yang merupakan sebaikbaik perhiasan. Ia kendalikan hawa
nafsunya untuk tidak melanggar perintah dan mengerjakan larangan,
terutama yang berkaitan dengan kecantikan miliknya. Orang-orang cantik
inilah yang akan selamat dari ujian kesabaran atas karunia kecantikan.
Bersabar untuk tidak bermaksiat dan tetap taat. Bersabar supaya tidak
mengikuti dorongan nafsu untuk mengeksploitasi kecantikannya. Sabar dan
syukur, itulah sifat yang dimiliki oleh pemilik kecantikan yang barakah.
lnilah kecantikan yang mendatangkan kecintaan Allah ataspemiliknya.
Berlawanan dengan itu, kecantikan penuh fitnah adalah kecantikan yang merugikan
sipemilik dan mengundang kemuraan Allah atasnya.
Yaitu
kecantikan yang digunakan sebagai sarana untuk bermakslat kepada
Allah.Kecantikan yang mana pemiliknya 'diperkosa' oleh nafsunya supaya
mau memamerkan kecantikannya, menyombongkannya dan menonjolkannya.
Bahkan ia merasa bangga jika dapat memuaskan penglihatan lawanjenis
(yang tidak berhak) atas kecantikan miliknya.
Dengan kecantikan yang
ia miliki, ia justru terseret jauh dari keridhaan Allah. Karena ia telah
menyia-nyiakan karunia kecantikan yang diberikanoleh-Nya. Bukannya
menjaga keindahan dirinya dari fitnah, ia justru menjadikannya sebagai
peluang fitnah. Kecantikan yang seharusnya menjadi potensi ketaatan,
malah ia jadikan sebagai modal kemaksiatan. Inilah kecantikan penuh
fitnah, yang sia-sia dan dibencioleh Allah. Walaupun kecantikannya tiada
tara, namun tak ada artinya (di sisi Allah).
Suami yang Paling Berhak Menikmati
Kecantikan yang mendatangkan pahala adalah yang tepat penikmatnya. Suami adalah situ-satunya penikmat
kecantikan kita yang paling tepat. Karena itulah, berhias dan tampil cantik harusnya ditujukan khusus untuk suami kita.
Meski
sering kali kita temui, banyak yang begitu rebut dan ribet dalam
memperhatikan penampilan ketika akan keluar rumah. Berbagai persiapan
akan dilakukan untuk sebisa mungkin tampil cantik dan mengundang
perhatian publik.
Padahal ketika berada di rumah, mereka cuek dan
acuh terhadap dandanan mereka, meski di hadapan suami tercinta. Cukup
tampil apaadanya, kusut, semrawut dan berantakan, plus daster yang sudah
using dan perludi tambal. Bukanlah hal yang mengherankan jika suami
akhirnya lebih memilih untuk mencari "pemandangan" di luar yang lebih
indah dan menarik.
Oleh karena itu, bagi akhawat yang telah
menikah, suami mendapat prioritas penting sebagai tujuan utama berhias.
Berdandan untuk suami bernilai ibadah. Seorang istri yang sadar akan
kewajibannya, akan berupaya maksimal untuk dapat menarik perhatian suami
dengan mengerahkan setiap potensi keindahan dan kecantikannya.
Sehingga, ia bias tampil untuk menjadi penyejuk mata, penyenang jiwa dan
penentram hati bagi suami. Pun ia sanggup, menjaga pandangan suami dan
kemaluannya, hingga tak ada. kata berpaling kecuali hanya pada istrinya.
Dan
jika belum menikah, jaga dan rawat kecantikan tersebut hingga pada saat
yang tepat nanti, kita bisa menampilkannya dengan baik.Jangan biarkan
laki-laki lain sedikit pun men ikmatinya. Karena tak ada hak secuil pun
baginya. Kecantikan kita adalah sesuatu yang spesial. Hanya orang
spesial yang bisa mendapatkannya. Dialah suami kita nantinya.
Berhias
pun dapat berpahala, jika kita meniatkannya karena Allah dan tepat
dalam menempatkannya. Semoga barakahlah yang kita raih atas kecantikan
kita.
- See more at:
http://nurisfm.blogspot.com/2012/04/fitnah-kecantikan.html#sthash.n7I10KZN.dpuf
Wanita
memang menjadi sumber fitnah terbesar bagi para laki-laki sebagaimana
sabda Nabi SAW. Seraut wajah seorang wanita, bisa saja membuat seorang
lelaki terbayang-bayang dan mabuk kepayang. Oleh karena itu, ada
sebagian utama yang mewajibkan menutup wajah karena besarnya peluang
fitnah yang bisa ditimbulkan.
Terlepas dari pendapat mana yang
kita pilih antara sufur (membuka wajah) atau menutupnya dengan niqab
(cadar), yang harus diperhatikan adalah penjagaan fitnah yang harus
dilakukan. Karena, hari ini banyak kita temui kurangnya ihtimam terhadap
penjagaan tersebut.
Banyak kita temui di jejaring sosial, para
akhawat memasang profilepicture alias foto dirinya baik yang bercadar
atau pun tidak. Ada yang rame-rame bersama akhawat lain, ada juga yang
sendirian. Termasuk, ada pula yang memasang foto closeup-nya lengkap
dengan cadarnya. Padahal tidak jelas apa tujuannya dan kepentingannya.
Pun
demikian dengan akhawatyang membuka wajahnya. Dengan pede-nya ia tebar
senyuman dan pesona. Berdandan dengan maksud supaya terlihat cantik dan
menarik. Ditambah suara yang dibuat serenyah mungkin dan gesture yang
sok
manis. Justru ketika dirinya berada di tempat bertemunya ia dengan para
ikhwan, seperti di kampus, pameran buku, atau selainnya. Lengkap sudah
menjadi sumber fitnah. Naudzubillah!
Untuk bisa selamat dari
fitnah kecantikan, kita harus jelas memaknai potensi kecantikan yang
kita miliki agar kecantikan tersebut justru membawa pahala dan barakah
untuk kita. Bukannya menjadi peluang fitnah dan maksiat, balk bagi diri
kita maupun orang lain.
Cantik Barakah vs Penuh Fitnah
Kecantikan
yang barakah adalah kecantikan lahiriah seseorang yang mensyukuri bahwa
hal itu adalah karunia Allah. Takpatut rasanya jika ia merasa bangga
dan sombong atas kecantikannya. Ia juga menjaga kecantikan itu dari dua
hal. Pertama, menjaganya dari perkaraperkara yang diharamkan Allah dan
tetap menjaga kesucian diri dan kehormatannya. Kedua, menjaga dan
merawat kecantikan yang dimilikinya. Selain itu, ia tidak memamerkannya
kepadaorang-orangyang tidak berhak menikmati kecantikannya, juga tidak
melakukan tabarruj atas wajah cantiknya.
Ia julurkan di, atas kecantikannya pakaian ketakwaan yang merupakan
sebaik-baik
pakaian dan menutup auratnya. Ia hiasi paras ayu nya dengan hiasan
kesalehan yang merupakan sebaikbaik perhiasan. Ia kendalikan hawa
nafsunya untuk tidak melanggar perintah dan mengerjakan larangan,
terutama yang berkaitan dengan kecantikan miliknya. Orang-orang cantik
inilah yang akan selamat dari ujian kesabaran atas karunia kecantikan.
Bersabar untuk tidak bermaksiat dan tetap taat. Bersabar supaya tidak
mengikuti dorongan nafsu untuk mengeksploitasi kecantikannya. Sabar dan
syukur, itulah sifat yang dimiliki oleh pemilik kecantikan yang barakah.
lnilah kecantikan yang mendatangkan kecintaan Allah ataspemiliknya.
Berlawanan dengan itu, kecantikan penuh fitnah adalah kecantikan yang merugikan
sipemilik dan mengundang kemuraan Allah atasnya.
Yaitu
kecantikan yang digunakan sebagai sarana untuk bermakslat kepada
Allah.Kecantikan yang mana pemiliknya 'diperkosa' oleh nafsunya supaya
mau memamerkan kecantikannya, menyombongkannya dan menonjolkannya.
Bahkan ia merasa bangga jika dapat memuaskan penglihatan lawanjenis
(yang tidak berhak) atas kecantikan miliknya.
Dengan kecantikan yang
ia miliki, ia justru terseret jauh dari keridhaan Allah. Karena ia telah
menyia-nyiakan karunia kecantikan yang diberikanoleh-Nya. Bukannya
menjaga keindahan dirinya dari fitnah, ia justru menjadikannya sebagai
peluang fitnah. Kecantikan yang seharusnya menjadi potensi ketaatan,
malah ia jadikan sebagai modal kemaksiatan. Inilah kecantikan penuh
fitnah, yang sia-sia dan dibencioleh Allah. Walaupun kecantikannya tiada
tara, namun tak ada artinya (di sisi Allah).
Suami yang Paling Berhak Menikmati
Kecantikan yang mendatangkan pahala adalah yang tepat penikmatnya. Suami adalah situ-satunya penikmat
kecantikan kita yang paling tepat. Karena itulah, berhias dan tampil cantik harusnya ditujukan khusus untuk suami kita.
Meski
sering kali kita temui, banyak yang begitu rebut dan ribet dalam
memperhatikan penampilan ketika akan keluar rumah. Berbagai persiapan
akan dilakukan untuk sebisa mungkin tampil cantik dan mengundang
perhatian publik.
Padahal ketika berada di rumah, mereka cuek dan
acuh terhadap dandanan mereka, meski di hadapan suami tercinta. Cukup
tampil apaadanya, kusut, semrawut dan berantakan, plus daster yang sudah
using dan perludi tambal. Bukanlah hal yang mengherankan jika suami
akhirnya lebih memilih untuk mencari "pemandangan" di luar yang lebih
indah dan menarik.
Oleh karena itu, bagi akhawat yang telah
menikah, suami mendapat prioritas penting sebagai tujuan utama berhias.
Berdandan untuk suami bernilai ibadah. Seorang istri yang sadar akan
kewajibannya, akan berupaya maksimal untuk dapat menarik perhatian suami
dengan mengerahkan setiap potensi keindahan dan kecantikannya.
Sehingga, ia bias tampil untuk menjadi penyejuk mata, penyenang jiwa dan
penentram hati bagi suami. Pun ia sanggup, menjaga pandangan suami dan
kemaluannya, hingga tak ada. kata berpaling kecuali hanya pada istrinya.
Dan
jika belum menikah, jaga dan rawat kecantikan tersebut hingga pada saat
yang tepat nanti, kita bisa menampilkannya dengan baik.Jangan biarkan
laki-laki lain sedikit pun men ikmatinya. Karena tak ada hak secuil pun
baginya. Kecantikan kita adalah sesuatu yang spesial. Hanya orang
spesial yang bisa mendapatkannya. Dialah suami kita nantinya.
Berhias
pun dapat berpahala, jika kita meniatkannya karena Allah dan tepat
dalam menempatkannya. Semoga barakahlah yang kita raih atas kecantikan
kita.
- See more at:
http://nurisfm.blogspot.com/2012/04/fitnah-kecantikan.html#sthash.n7I10KZN.dpuf
Wanita
memang menjadi sumber fitnah terbesar bagi para laki-laki sebagaimana
sabda Nabi SAW. Seraut wajah seorang wanita, bisa saja membuat seorang
lelaki terbayang-bayang dan mabuk kepayang. Oleh karena itu, ada
sebagian utama yang mewajibkan menutup wajah karena besarnya peluang
fitnah yang bisa ditimbulkan.
Terlepas dari pendapat mana yang
kita pilih antara sufur (membuka wajah) atau menutupnya dengan niqab
(cadar), yang harus diperhatikan adalah penjagaan fitnah yang harus
dilakukan. Karena, hari ini banyak kita temui kurangnya ihtimam terhadap
penjagaan tersebut.
Banyak kita temui di jejaring sosial, para
akhawat memasang profilepicture alias foto dirinya baik yang bercadar
atau pun tidak. Ada yang rame-rame bersama akhawat lain, ada juga yang
sendirian. Termasuk, ada pula yang memasang foto closeup-nya lengkap
dengan cadarnya. Padahal tidak jelas apa tujuannya dan kepentingannya.
Pun
demikian dengan akhawatyang membuka wajahnya. Dengan pede-nya ia tebar
senyuman dan pesona. Berdandan dengan maksud supaya terlihat cantik dan
menarik. Ditambah suara yang dibuat serenyah mungkin dan gesture yang
sok
manis. Justru ketika dirinya berada di tempat bertemunya ia dengan para
ikhwan, seperti di kampus, pameran buku, atau selainnya. Lengkap sudah
menjadi sumber fitnah. Naudzubillah!
Untuk bisa selamat dari
fitnah kecantikan, kita harus jelas memaknai potensi kecantikan yang
kita miliki agar kecantikan tersebut justru membawa pahala dan barakah
untuk kita. Bukannya menjadi peluang fitnah dan maksiat, balk bagi diri
kita maupun orang lain.
Cantik Barakah vs Penuh Fitnah
Kecantikan
yang barakah adalah kecantikan lahiriah seseorang yang mensyukuri bahwa
hal itu adalah karunia Allah. Takpatut rasanya jika ia merasa bangga
dan sombong atas kecantikannya. Ia juga menjaga kecantikan itu dari dua
hal. Pertama, menjaganya dari perkaraperkara yang diharamkan Allah dan
tetap menjaga kesucian diri dan kehormatannya. Kedua, menjaga dan
merawat kecantikan yang dimilikinya. Selain itu, ia tidak memamerkannya
kepadaorang-orangyang tidak berhak menikmati kecantikannya, juga tidak
melakukan tabarruj atas wajah cantiknya.
Ia julurkan di, atas kecantikannya pakaian ketakwaan yang merupakan
sebaik-baik
pakaian dan menutup auratnya. Ia hiasi paras ayu nya dengan hiasan
kesalehan yang merupakan sebaikbaik perhiasan. Ia kendalikan hawa
nafsunya untuk tidak melanggar perintah dan mengerjakan larangan,
terutama yang berkaitan dengan kecantikan miliknya. Orang-orang cantik
inilah yang akan selamat dari ujian kesabaran atas karunia kecantikan.
Bersabar untuk tidak bermaksiat dan tetap taat. Bersabar supaya tidak
mengikuti dorongan nafsu untuk mengeksploitasi kecantikannya. Sabar dan
syukur, itulah sifat yang dimiliki oleh pemilik kecantikan yang barakah.
lnilah kecantikan yang mendatangkan kecintaan Allah ataspemiliknya.
Berlawanan dengan itu, kecantikan penuh fitnah adalah kecantikan yang merugikan
sipemilik dan mengundang kemuraan Allah atasnya.
Yaitu
kecantikan yang digunakan sebagai sarana untuk bermakslat kepada
Allah.Kecantikan yang mana pemiliknya 'diperkosa' oleh nafsunya supaya
mau memamerkan kecantikannya, menyombongkannya dan menonjolkannya.
Bahkan ia merasa bangga jika dapat memuaskan penglihatan lawanjenis
(yang tidak berhak) atas kecantikan miliknya.
Dengan kecantikan yang
ia miliki, ia justru terseret jauh dari keridhaan Allah. Karena ia telah
menyia-nyiakan karunia kecantikan yang diberikanoleh-Nya. Bukannya
menjaga keindahan dirinya dari fitnah, ia justru menjadikannya sebagai
peluang fitnah. Kecantikan yang seharusnya menjadi potensi ketaatan,
malah ia jadikan sebagai modal kemaksiatan. Inilah kecantikan penuh
fitnah, yang sia-sia dan dibencioleh Allah. Walaupun kecantikannya tiada
tara, namun tak ada artinya (di sisi Allah).
Suami yang Paling Berhak Menikmati
Kecantikan yang mendatangkan pahala adalah yang tepat penikmatnya. Suami adalah situ-satunya penikmat
kecantikan kita yang paling tepat. Karena itulah, berhias dan tampil cantik harusnya ditujukan khusus untuk suami kita.
Meski
sering kali kita temui, banyak yang begitu rebut dan ribet dalam
memperhatikan penampilan ketika akan keluar rumah. Berbagai persiapan
akan dilakukan untuk sebisa mungkin tampil cantik dan mengundang
perhatian publik.
Padahal ketika berada di rumah, mereka cuek dan
acuh terhadap dandanan mereka, meski di hadapan suami tercinta. Cukup
tampil apaadanya, kusut, semrawut dan berantakan, plus daster yang sudah
using dan perludi tambal. Bukanlah hal yang mengherankan jika suami
akhirnya lebih memilih untuk mencari "pemandangan" di luar yang lebih
indah dan menarik.
Oleh karena itu, bagi akhawat yang telah
menikah, suami mendapat prioritas penting sebagai tujuan utama berhias.
Berdandan untuk suami bernilai ibadah. Seorang istri yang sadar akan
kewajibannya, akan berupaya maksimal untuk dapat menarik perhatian suami
dengan mengerahkan setiap potensi keindahan dan kecantikannya.
Sehingga, ia bias tampil untuk menjadi penyejuk mata, penyenang jiwa dan
penentram hati bagi suami. Pun ia sanggup, menjaga pandangan suami dan
kemaluannya, hingga tak ada. kata berpaling kecuali hanya pada istrinya.
Dan
jika belum menikah, jaga dan rawat kecantikan tersebut hingga pada saat
yang tepat nanti, kita bisa menampilkannya dengan baik.Jangan biarkan
laki-laki lain sedikit pun men ikmatinya. Karena tak ada hak secuil pun
baginya. Kecantikan kita adalah sesuatu yang spesial. Hanya orang
spesial yang bisa mendapatkannya. Dialah suami kita nantinya.
Berhias
pun dapat berpahala, jika kita meniatkannya karena Allah dan tepat
dalam menempatkannya. Semoga barakahlah yang kita raih atas kecantikan
kita.
- See more at:
http://nurisfm.blogspot.com/2012/04/fitnah-kecantikan.html#sthash.n7I10KZN.dpuf