“Dan hendaklah takut (kepada Allah SWT ) orang-orang yang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya.

Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar
(QS. An-Nisa’ : 9)

Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang keluar rumah untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sampai ia pulang

(HR. Tirmidzi)

AJF

AJF
"DALAM KEBERSAMAAN KITA ADA KEMUDAHAN. . . DALAM KEMUDAHAN ADA KEBERHASILAN & DALAM KEBERHASILAN AKAN LAHIR KEBAHAGIAN" " M A R I JALIN UKHUWAH. . . INDAHKAN DUNIA DENGAN KEBAIKAN. . . " SATUKAN TEKAD RAIHLAH IMPIAN KITA. . . S E L A M A - L A M A N Y A "

Jumat, 20 Desember 2013

"Perkuat Iman.. Kokohkan Persaudaraan"

Sahabat, sejenak kita renungkan belajar  dari Kekalahan  Perang  Uhud", telah menyadarkan kita  kembali  betapa
ummat  Islam di hari ini berada pada posisi yang  memprihatinkan, lemah  hampir dalam setiap lapangan.  Perang  Teluk  yang makin  memecah-belah  ummat, demokrasi Aljazair,  pembantaian  di Bosnia-Hercegovina, pengusiran di Myanmar, intifhadah Palestina, Afghanistan, dll.

Fakta ummat  Islam di  hari ini adalah dalam keadaan lemah;  kemampuan  militer,ekonomi,  ilmu  pengetahuan, dan kebudayaan  telah  terkubur  dan sepertinya  ingin  dilupakan, kalaupun tidak  maka  kini  menjadi nostalgia  manis  belaka. 

Padahal dahulu sejarah telah mencatat  betapa  ummat  Islam hampir-hampir   tidak  pernah  kalah  dalam  setiap   pertempuran fisik/militer,  meski dengan jumlah prajurit yang lebih  sedikit, bahkan imperium Romawi, yang besar, dikalahkan Jenderal  Shalahu
din dalam Perang Salib.
Ilmu pengetahuan dan budaya Islam  memimpin dunia lebih dari 600 tahun; 350 tahun sebelum tahun  1100 M
dan 250 tahun setelah tahun 1100 M. Karya tenun Persia,  arsitektur  Islam,  bahkan  cerita seribu satu  malam  seperti;  Aladin, Simbad, Ali Baba, Abu Nawas, memukau banyak budayawan Barat.

Pertanyaannya,  mengapa  ummat  terdahulu  demikian   anggun, cemerlang, bayangkan pemerintahan Islam di Cordoba, Spanyol  tetapi kini umat Islam menjadi lemah dan sangat lemah, bahkan terinjak dan  dihina.

Jawabannya adalah karena aqidah dan ukhuwah para shahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in dahulu sangat kuat.

Sebagaimana dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman :

"Dan barang siapa mengambil Allah, rasul-Nya dan orang-orang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama)
Allah itulah yang PASTI menang"  (QS 5:56)

Nah, selama ummat Islam hari ini tidak melaksanakan  perintah ini, maka menjadi wajar kalau menjadi kalah dalam setiap lapangan baik  fisik maupun intelektual. Andaipun kemenangan yang  datang, maka  itu bukanlah kemenangan yang haq.  Sesungguhnya  kemenangan yang haq itu hanya akan muncul setelah Allah dan rasul-Nya menancap kokoh dalam sanubari seorang mukmin, menjadikan Allah sebagai Ilah  dan  rasul-Nya  sebagai tauhidul uswah/teladan, serta  menjadikan orang-orang  beriman sebagai saudara--ukhuwah. Ummat  Islam  akan selalu menang selama 2 potensi Islam: aqidah dan ukhuwah dimiliki dan dilaksanakan dalam dunia nyata.

Potensi  ukhuwan sendiri muncul mengikuti potensi aqidah  dan ukhuwah  merupakan  ni'mat yang Allah berikan, yang  muncul  atas
kehendak Allah.
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada TALI ALLAH, dan janganlah  kamu  bercerai-berai, dan ingatlah  akan ni'mat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu (masa  jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu, lalu MENJADILAH KAMU KARENA NI'MAT ALLAH orang-orang
yang BERSAUDARA " (Qs.3:103)
Tentang Ukhuwah dapat juga Sahabat baca dalam QS. (Al-Hujarat:13)
  
Akhirnya  Sahabat, mari  kita bermuhasabah, untuk menilai  diri  kita, sudahkah aqidah tauhid ini tegak dalam diri kita, sudahkah ni'mat ukhuwah  meresapi hati dan pori-pori badan kita,  sudahkah  tali-tali Allah merapatkan kita dalam barisan yang teratur seakan-akan
seperti  bangunan  yang kokoh yang sangat disukai Allah  ? 
Kalau ummat  di  hari ini masih lebih mencintai  kaum  keluarga,  harta kekayaan/materi, perniagaan dari pada Allah, rasul-Nya, dan jihad di  jalan-Nya, maka tunnggulah sampai Allah mendatangkan  keputusan-Nya,  kekalahan  beruntun,  terinjak, dan terhinakan dalam setiap lapangan, sampai Allah menurunkan suatu kaum dimana  Allah mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya, beriskap lemah  lembut terhadap  orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang yang kafir yang memusuhi Islam.

Intisari :
Aqidah kita harus kembali diperkuat jangan sampai ter[engaruh dengan Ghazwul Fikr budaya-budaya nonMuslim, termasuk diantaranya adalah terkait dengan mengucapkan:
selamat natal dan tahun baru’ kepada masyarakat selain Islam adalah termasuk KEKUFURAN dan dapat merusak aqidah. Oleh karenanya jelas sekali hukumnya adalah HARAM.
Ibarat kita meminta mereka mengucapkan syahadataini pasti mereka tidak mau. Jadi walaupun hanya sekedar ucapan selamat natal tetapi itu tetap dapat merusak iman kita. 

Sedangkan Ukhuwah persaudaraan ummat Islam mari sama-sama kita bangun dengan kokoh, dimulai dari diri sendiri, keluarga, kerabat, tetangga, masyarakat dst. Contohnya adalah dengan bersilaturahim, berjabat tangan ketika bertemu, saling memberi salam, menghindari permusuhan, dst.

Selasa, 10 Desember 2013

Thoghut itu apa sih ?

Sahabat sekali, mungkin sering kita mendengar istilah Thoghut, 
Wah apa itu ? trus bagaimana contohnya ?
tenang ini dia..
Thoghut adalah tuhan-tuhan yang batil (sesat)
Wow ternyata, bentuknya bermacam-macam, yaitu :
  1. Jin, Silahkan baca QS.72:62
  2. Berhala, dalil : QS.7:191-198
  3. Manusia, simak QS.9:314
  4. Hawa Nafsu, terdapat dalam QS.25:43
  5. Aturan selain aturan Allah / aturan-aturan yang bertentangan dengan aturan Allah SWT, mari baca QS.4:61
Semoga kita terhindar dari segala bentuk Thoghut.. 
mari keep istiqomah fil Islam.. :)

Senin, 11 November 2013

"Hebatnya Puasa Asy-Syuura"

Ibnu Abbas berkata: “Aku tidak tahu Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memperhatikan puasa satu hari yang lebih diutamakannya atas yang lainnya selain hari ini (Hari ’Asyuura) dan bulan ini, maksudnya bulan Ramadhan.” 
(HR Bukhary dan Muslim)
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Puasa hari ‘Asyuura, saya memohon kepada Allah agar menjadikannya sebagai penebus (dosa) satu tahun sebelumnya.” 
(HR Muslim)

MENGAPA BERPUASA ASY-SYUURA ?

Suatu ketika Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari ’Asyuura. Lalu beliau bertanya mengapa mereka berpuasa pada hari itu. Merekapun menjelaskan bahwa hal itu untuk memperingati hari dimana Allah telah menolong Nabi Musa bersama kaumnya dari kejaran Fir’aun dan balatentaranya. Bahkan pada hari itu pula Allah telah menenggelamkan Fir’aun sebagai akibat kezalimannya terhadap Bani Israil. Mendengar penjelasan itu maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam-pun menyatakan bahwa ummat Islam jauh lebih berhak daripada kaum Yahudi dalam mensyukuri pertolongan Allah kepada Nabi Musa. Maka beliau-pun menganjurkan kaum muslimin agar berpuasa pada hari ’Asyuura.


Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam tiba di Madinah mendapati kaum Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyuura. Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Hari apakah ini sehingga kalian berpuasa padanya?” Mereka (kaum Yahudi) menjawab: ”Ini adalah hari agung dimana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun beserta kaumnya, lalu Musa berpuasa pada hari itu sebagai ungkapan syukur sehingga kamipun berpuasa.” Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Kami (kaum Muslimin) lebih berhak atas Musa daripada kalian (kaum Yahudi). Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam-pun berpuasa dan menyuruh (kaum muslimin) berpuasa.” 
(HR Muslim)

Para ulama berpendapat perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam , “…aku akan berpuasa tanggal sembilan (Muharram)”, mengandung kemungkinan beliau ingin memindahkan puasa tanggal 10 ke tanggal 9 Muharram dan beliau ingin menggabungkan keduanya dalam pelaksanaan puasa ‘Asyura. Tapi ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam ternyata wafat sebelum itu maka yang paling selamat adalah puasa pada kedua hari tersebut sekaligus, tanggal 9 dan 10 Muharram

hari gini masih ga' suka puasa sunnah ?
wah da yang g' beres berarti

(dari berbagai sumber)

Sabtu, 02 November 2013

THE 'FILLAH' FAMILY 2013


..TERIMAKASIH YAA ALLOH..
ALHAMDULILLAH

"BAITY... JANNATY..."



YLQi dan PPTQ GRIYA QUR'AN INDONESIA DISTRIBUSIKAN QURBAN di BLORA, KARANGANYAR, WONOGIRI, BOYOLALI & KLATEN

Sahabat, 
SUDAHKAH ANDA BERQURBAN ?
SUDAHKAH ANDA BERSEDEKAH ? :)

Berikut ini adalah informasi sekaligus dokumentasi yang bisa dijadikan teladan bersama, alhamdulillah di hari Iedul Qurban 1434 H kemarin, 
Yayasan Lentera Qur'ani bekerjasama dengan PPTQ GRIYA QUR'AN dan para Aghniya' telah melaksanakan Qurban di pelosok daerah.. 

karena kita bersaudara.. untukmu saudaraku.. 

"semoga amal shalih kita semua diterima oleh Allah Ta'ala.. amiin"

TERIMAKASIH KEPADA SEMUA PIHAK YANG IKUT MEMBANTU..

SEMOGA DITERIMA DI SISI-NYA DAN HARTA KITA SEMAKIN BERKAH.. DAN MANFAAT..

(: insyaAllah :)

Selasa, 22 Oktober 2013

MENGAPA pake MANAGEMEN ??

Sahabat sekalian.., 
Dalam menggapai tujuan sebagian orang menganggap ah itu kan teori.. wah yang penting hasilnya donk.. itu kan teknis nggak penting kalee.. atau ada juga yang berkata : wes to jalani hidup ini seperti air, mengalir saja.. (tapi tak terarah). 
Tidak ada salahnya berkata demikian, 
tetapi bagaimana kalau kita perhatikan di bawah ini :

Jika kita ingin hidup tertata pake managemen
Jika Anda ingin sukses lihatlah juga managemen
Jika dirimu dan kawan-kawan organisasi ingin maju, ya perhatikan langkah managemenmu..

MAU DIBAWA KEMANA ? ?..



So, apa pentingnya managemen ??  
Agar organisasi lebih tertata, berdaya guna dan berhasil guna,
Agar organisasi tersebut sesuai dengan VISI dan MISI yang telah ditentukan,
Agar organisasi tersebut dapat mencapai tujuan dan target-target yang telah ditentukan

"HANYA ORANG YANG ANEH YANG MEMIMPIKAN CITA-CITA YANG BESAR TETAPI TIDAK MEMPERHATIKAN PROSES YANG IA LAKUKAN SEKARANG.."

"YANG PALING MEMBUAT KITA SENGSARA ADALAH PUNYA HARAPAN YANG TINGGINAMUN TAK MAU BERBUAT UNTUK HARI INI, ESOK DAN NANTI"

"selamat merenungkan.. lalu action.."

Senin, 07 Oktober 2013

Sejarah Ibadah Haji 2

..episode ini tentunya lanjutan dari bulan kemarin..



MASA NABI MUHAMMAD SAW

1. Dari segi sejarah, ibadah haji seperti yang sekarang ini merupakan syariat yang dibawa oleh Nabi  Muhammad SAW, sebagai langkah memperbaharui dan menyambung ajaran Nabi Allah Ibrahim as. Ibadah haji mula diwajibkan ke atas umat Islam pada tahun ke-6 Hijrah, mengikuti turunnya QS Al-Imran 97, artinya : “..... mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.
Pada tahun tersebut, Rasulullah SAW bersama-sama lebih kurang 1500 orang berangkat ke Makkah untuk menunaikan fardhu haji tetapi tidak dapat mengerjakannya karena dihalangi oleh kaum kafir Quraisy sehingga melahirkan satu perjanjian yang dinamakan Perjanjian Hudaibiah. Perjanjian itu membuka jalan bagi perkembangan Islam di mana pada tahun berikutnya ( tahun ke-7 Hijrah ), Rasulullah telah mengerjakan Umrah bersama-sama 2000 orang umat Islam. Pada tahun ke-9 Hijrah, barulah ibadah Haji dapat dikerjakan di mana Rasulullah SAW menyerahkan kepada Saidina Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk memimpin 300 orang umat Islam mengerjakan haji.
2. Rasulullah SAW mengerjakan haji
Nabi Muhammad SAW telah menunaikan fardhu haji sekali saja dan umroh 4 kali semasa hayatnya. Haji itu dinamakan Hijjatul Wada/ Hijjatul Balagh/ Hijjatul Islam atau Hijjatuttamam Wal Kamal kerana selepas haji itu tidak berapa lama kemudian beliau pun wafat. Beliau berangkat dari Madinatul Munawwarah pada hari Sabtu, 25 Zulqo’dah tahun 10 Hijrah bersama isteri dan sahabat-sahabatnya bersama kurang lebih 90,000 orang Islam. Setelah menginap satu malam di Zulhulaifah, sekarang dikenali dengan nama Bir Ali, 10 km dari Madinah, esoknya Nabi mengenakan pakaian ihram diikuti seluruh anggota rombongan. Mereka berjalan bersama-sama dengan pakaian putih yang sederhana, perlambang kesederhanaan dan persamaan yang amat jelas.
Dengan seluruh qalbu Muhammad SAW menengadahkan wajahnya kepada Tuhan sembari mengucapkan talbiyah sebagai tanda syukur atas nikmat karunia-Nya diikuti kaum muslimin di belakangnya: "Labbaik Allahumma Labbaik,Labbaika laa syarikka laka labbaik, Innal haamda wanni'mata laka wal mulk Laa syariika laka“, artinya : "Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Nya, Ya Allah aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan kebesaran untuk-Mu semata-mata.Segenap kerajaan untuk-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu”.Di bawah sengatan matahari gurun, di padang pasir yang tidak dikenal banyak umat, bergerak arus manusia dan kafilah menuju satu titik. Mereka menyambut panggilan Nabi Ibrahim as beberapa abad silam. Tidak ada peristiwa yang membedakan seseorang dengan lainnya. Tidak pula perbedaan ras, bangsa atau warna kulit. Sesungguhnya, inilah pemandangan paling indah tentang asas persamaan bahwa semua makhluk sama di depan Tuhan. Yang membedakan, hanya kadar iman dan takwa seseorang. Mereka memenuhi seruan Nabi untuk saling mengenal, merajut kasih sayang, keikhlasan hati dan semangat ukhuwah islamiah. Dengan penuh kesabaran pula mereka menanti tibanya Haji Akbar, dan rasa rindu bertemu Baitullah, dengan jantung berdegup keras.


Pada tanggal 4 Dzulhijjah rombongan masuk Makkah, selanjutnya Nabi menuju Ka’bah, melakukan thawaf dan mencium Hajar Aswad. Sesudah tawaf, Nabi shalat dua rakaat di Maqam Ibrahim, lalu mencium Hajar Aswad untuk kedua kalinya. Kemudian menghadapkan wajahnya ke arah bukit Shafa, lalu lari-lari kecil antara bukit Shafa dan bukit Marwah. Di situ dimaklumatkan barangsiapa yang tidak membawa hadyu (ternak kurban untuk disembelih) hendaknya mengakhiri ihramnya (tahallul) dan menjadikan ibadah itu sebagai umrah. Awalnya maklumat itu dilaksanakan tanpa sepenuh hati. Nabi marah, sampai-sampai beliau kembali ke kemahnya. "Bagaimana aku tidak marah, aku menyuruh mereka melakukan sesuatu, tapi mereka tidak menaatiku," jawab Nabi atas pertanyaan Aisyah. Namun akhirnya seluruh rombongan menyesali perbuatannya. Mereka segera ber-tahallul seperti yang dilakukan Fathimah putri Nabi, dan semua istrinya. 


Hari ke-8 Zulhijjah yaitu Hari Tarwiyah, beliau pergi ke Mina bersama rombongannya. Selama satu hari melakukan shalat dan tinggal bersama kaumnya. Malamnya di saat sang fajar menyembul setelah Shalat Subuh, dengan menunggang untanya al-Qashwa’, tatkala matahari mulai tampak, beliau menuju Padang Arafah. Dalam perjalanan yang diikuti ribuan muslim yang mengucapkan talbiyah dan bertakbir, Nabi mendengarkan dan membiarkan mereka dalam kekhusyu’an. Pada tanggal 09 Zulhijjah yang jatuh pada hari Jumaat, Rasulullah SAW melakukan wukuf di Arafah. Ketika berada di perut wadi di bilangan Urana, masih di atas unta, Nabi berdiri dan berkhutbah di depan lebih 90.000 orang yang mengelilinginya. Itulah peristiwa bersejarah yang dikenal dengan julukan “Al-Hijjatul Wada” atau “Haji Perpisahan’. Peristiwa yang begitu mengesankan dan indah, serta merupakan khulasha (kesimpulan) ajaran Islam dan sunnahnya yang ia wariskan kepada masyarakat Islam. Khutbah berlangsung di bawah panas matahari yang mampu membakar ubun-ubun, dan didengarkan dengan khidmat. Kepada Umayyah bin Rabi’ah bin Khalaf diminta mengulang keras setiap kalimat yang beliau sampaikan, agar didengar di tempat yang jauh. Sore harinya, rombongan Rasulullah SAW bergerak ke arah Muzdalifah untuk bermalam di sana. Menjelang fajar, rombongan menuju ke Mina untuk melakukan pelemparan jumroh kubro (Aqabah), menyembelih ternak kurban. Kemudian menuju Baitullah untuk melaksanakan thawaf Ifadha’ dan kembali lagi ke Mina untuk melanjutkan pelemparan jumroh.
Catatan : melempar jumrah berawal dari mimpi Nabi Ibrahim as yang diperintah untuk menyembelih putranya Ismail as, dimana pada awalnya beliau tidak percaya akan mimpi itu, namun karena selalu datang berturut-turut, karena yakin akan kebenaran mimpi itu Ibrahim as melaksanakan perintah itu dengan membawa Ismail as melewati tiga tempat dimana beliau diganggu agar mengurungkan niatnya, namun atas petunjuk Allah diketahui bahwa mereka yang mengganggu adalah syetan, sampai Ibrahim as melempar batu di tiga tempat itu. Dalam rangkaian ibadah haji dikenal dengan Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah.


Rasulullah SAW telah menyempurnakan semua rukun dan wajib haji hingga tanggal 13 Zulhijjah. Dan pada tanggal 14 Zulhijjah, Rasulullah SAW berangkat meninggalkan Makkah Al-Mukarramah kembali menuju Madinah Al-Munawwarah.


SAHABAT, 

Kapan ya, mau naik Haji ?

Semoga kita segera ke sana, sebelum ruh ini kembali

Wallahu A'lam Bishshowab




Rabu, 25 September 2013

Sejarah Ibadah Haji (1)

MASA NABI IBRAHIM AS :

1.Sahabat yang Budiman, jika kita bicara tentang Haji di bulan Dzulhijjah ini, sejarahnya tidak bisa terlepas dari sejarah pembangunan Ka’bah seperti yang diperintahkan Allah SWT kepada Nabi Ibrahim as. Ketika Nabi Ibrahim as. selesai membangun Ka’bah, Allah SWT memerintahkannya untuk menyeru manusia agar melaksanakan haji. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman, artinya, "Serukanlah kepada seluruh manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh“. Nabi Ibrahim as berkata kepada Allah SWT, "Wahai Tuhan ! Bagaimana suaraku akan sampai kepada manusia yang jauh ?“, Allah SWT berfirman, "Serulah ! Aku yang akan membuat suaramu sampai“.
2.Kemudian Nabi Ibrahim as naik ke Jabal Qubays (sebuah bukit di selatan Ka’bah) dan memasukkan jari tangannya ke telinganya sambil menghadapkan wajahnya ke Timur dan Barat beliau berseru, "Wahai sekalian manusia telah diwajibkan kepadamu menunaikan ibadah haji ke Baitul Atiq, maka sambutlah perintah Tuhanmu Yang Maha Agung“. Seruan tersebut telah didengar oleh setiap yang berada dalam sulbi laki-laki dan rahim wanita. Seruan itu disambut oleh orang yang telah ditetapkan dalam ilmu Allah SWT bahwa ia akan melaksanakan haji, sampai hari Kiamat mereka berkata, “LABBAIK ALLAAHUMMA LABBAIK”, artinya, "Telah saya penuhi panggilan-Mu, Ya Allah! Telah saya penuhi panggilan-Mu“.
3. Seusai Nabi Ibrahim as menyeru manusia untuk melaksanakan haji, malaikat Jibril as mengajaknya pergi. Kepada beliau diperlihatkan bukit Safa, Marwah dan perbatasan tanah Haram, lalu diperintahkan untuk menancapkan batu-batu pertanda. Ibrahim as adalah orang yang pertama menegakkan batasan tanah Haram setelah ditunjukkan oleh malaikat Jibril as. Pada tanggal 7 Zulhijah, Nabi Ibrahim as berkhutbah di Mekah ketika matahari condong ke Barat (tergelincir), sementara Nabi Ismail as duduk mendengarkan. Pada esok harinya, keduanya keluar berjalan kaki sambil bertalbiyah dalam keadaan berihram. Masing-masing membawa bekal makanan dan tongkat untuk bersandar. Hari itu dinamakan hari Tarwiah.

Di Mina, keduanya melaksanakan salat Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan Subuh. Mereka tinggal di sebelah kanan Mina sampai terbit matahari dari gunung Tsubair (waktu Dhuha), kemudian keduanya keluar Mina menuju Arafah. Malaikat Jibril as menyertai mereka berdua sambil menunjukkan tanda-tanda batas sampai akhirnya mereka tiba di Namirah. Malaikat Jibril as menunjukkan pula tanda-tanda batas Arafah. Nabi Ibrahim as sudah mengetahui sebelumnya lalu berkata, : عَرَفْتُ ,artinya: “Aku sudah mengetahui”, maka daerah itu dinamakan Arafah.

4.Ketika tergelincir matahari, malaikat Jibril as bersama keduanya menuju suatu tempat (sekarang tempat berdirinya Masjid Namirah), kemudian Nabi Ibrahim as berkhutbah dan Nabi Ismail as duduk mendengarkan, lalu mereka salat jamak taqdim Zuhur dan Asar. Kemudian malaikat Jibril as mengangkat keduanya ke bukit dan mereka berdua berdiri sambil berdoa hingga terbenam matahari dan hilang cahaya merah. Kemudian mereka meninggalkan Arafah berjalan kaki hingga tiba di Juma‘ (daerah Muzdalifah sekarang). Mereka salat Maghrib dan Isya di sana, sekarang tempat jamaah haji melaksanakan salat. Mereka bermalam di sana hingga terbit fajar keduanya diam di Quzah. Sebelum terbit matahari, mereka berjalan kaki hingga tiba di Muhassir. Di tempat ini mereka mempercepat langkahnya. Ketika sudah melewati Muhassir, mereka berjalan seperti sebelumnya. Ketika tiba di tempat jumrah, mereka melontar jumrah Aqabah tujuh kerikil yang dibawa dari Juma'. Kemudian mereka tinggal di Mina pada sebelah kanannya, lalu keduanya menyembelih hewan kurban di tempat sembelihan. Setelah itu memotong rambut dan tinggal beberapa hari di Mina untuk melontar tiga jumrah pulang bali saat matahari mulai naik. Pada hari Shadr, mereka keluar untuk salat Zuhur di Abthah. Itulah ritual ibadah haji yang ditunjukkan oleh malaikat Jibril as sesuai permintaan Nabi Ibrahim as, ".....tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami...." (QS Al Baqarah : 128).  

5.Sejarah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as di Makkah
PERINTAH ibadah haji sebagai seruan Nabi Ibrahim as dilakukan segera setelah Ibrahim as beserta putranya Ismail as menyelesaikan pembangunan Ka’bah. "Monumen" bagi keduanya kini adalah Maqam Ibrahim dan Hijr Ismail. Pembangunan Baitullah ini dilakukan oleh Ibrahim as ketika beliau datang ke Mekah untuk yang kelima kalinya sekaligus yang terakhir. Lalu saat peristiwa apa saja Ibrahim as ke Makkahh ?
Pertama : Mengantar Siti Hajar dan Ismail
Ibrahim as, Siti Hajar, dan Ismail as berangkat dari Hebron bergerak ke arah tenggara menyusuri rute kafilah yang dikenal sebagai rute wewangian (incense route) sejauh  1.200 km dan tiba di lembah tandus pegunungan Sirat yang puncak-puncaknya meliputi Jabal Ajyad, Jabal Qubais, Jabal Qu'aiq'an, Jabal Hiro, dan Jabal Tsur. Lembah itu bernama Bakkah (Mekah). Siti Hajar dan Ismail as diantarkan ke Mekah karena istri tua Ibrahim Siti Sarah mencemburui Hajar yang telah memberikan putra kepada Ibrahim. Atas perintah Allah SWT Siti Hajar dan putranya ditinggal di bawah sebuah pohon oleh Ibrahim as yang kembali ke Palestina menemui Sarah. Nabi Ibrahim as berdoa menengadahkan tangan, menyebut nama Allah, menitipkan Siti Hajar dan Ismail as di bawah perlindungan dan keselamatan Allah SWT.
Saat air susu habis dan tak ada air, Siti Hajar menaiki bukit Shafa mencari air untuk putranya atau kalau-kalau ada kafilah yang dapat membantu. Ketika tak ada siapapun yang lewat, Siti Hajar berjalan menuruni bukit, lembah, dan mendaki ke bukit Marwah. Melihat ke sekeliling namun tak ada apa-apa pula. Tujuh kali balik dilakukan, hingga akhirnya Allah mengeluarkan air zamzam di tempat Ismail ditinggalkan. Kelak inilah yang mendasari prosesi haji yang bernama Sai.
Kedua: Menyembelih Ismail as
Saat Ismail berusia 11-12 tahun, Ibrahim as menemui keluarganya di Mekah yang telah berubah dibandingkan situasi saat pertama datang. Baru saja melepas rindu, Allah SWT. memerintahkan melalui mimpi agar menyembelih Ismail as. 

Meskipun mengalami kegalauan, namun akhirnya berkat ketaatan Ibrahim as dan kesabaran Ismail as, "yaa abati af'al maa tu'maru" - wahai ayahku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, maka perintah itu dapat dilaksanakan. Allah pun menggantikannya dengan sembelihan Qibas (salah satu jenis kambing).
Soal ujian pengorbanan dalam bentuk apapun, Allah sebenarnya tidak bermaksud menganiaya hamba-hamba-Nya, melainkan sekadar "sarana" untuk meningkatkan mutu keimanan dan amal salehnya semata. Dalam ibadah haji, penyembelihan hewan "hadyu" ini dilaksanakan setelah Jumratul Aqabah atau pada hari-hari tasyrik.
Ketiga: Mengganti palang pintu rumah
Setelah Ismail as berumah tangga dengan memperistri wanita dari suku Jurhum dan Siti Hajar telah meninggal, Ibrahim as datang bersilaturahmi. Namun tidak bertemu dengan putranya karena sedang berburu dalam waktu yang cukup lama. Hanya menantunya yang ada, namun Ibrahim merahasiakan identitas dirinya. Ketika ditanyakan bagaimana keadaan rumah tangga mereka, istri Ismail as tersebut mengeluh tentang kesulitan dan kemiskinan hidup mereka, serta tak ada kebahagiaan sama sekali. Ketika pamit, Ibrahim berpesan kepada menantunya jika Ismail pulang sampaikan salam dan disarankan agar mengganti palang pintu rumahnya. Ketika Ismail as kembali, lalu mendengar cerita istrinya tentang kedatangan tamu beserta pesan-pesannya itu, maka Nabi Ismail as mengerti. Kemudian ia segera menceraikan istrinya yang dinilai rewel, tak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, tidak sabar, serta tidak menghargai usaha suaminya tersebut.
Keempat: Mempertahankan palang pintu rumah
Setahun setelah kedatangan ketiga, Ibrahim as datang lagi ke Mekah untuk menemui putranya, lagi-lagi tak bertemu. Hanya istri Ismail as yang baru yang ditemui. Ia adalah putri sekh suku Jurhum yang bernama As Sayyidah binti Madad bin Amr. Sebagaimana yang lalu, Ibrahim as yang menyembunyikan identitas dirinya, menanyakan pula keadaan rumah tangga mereka

Ibrahim berdoa "Ya Allah berkahi daging dan air mereka." (HR Bukhori). Seraya berpesan apabila suaminya pulang nanti agar palang pintunya tak perlu diganti. Demikianlah istri saleh yang senantiasa bersyukur dan tak pernah mengeluh atas hasil usaha suaminya.
Meskipun kedatangan ketiga dan keempat tidak berhubungan dengan ibadah haji, namun bangunan rumah tangga merupakan indikator kesuksesan haji. Hal ini sejalan dengan doa agar sekembalinya dari melaksanakan ibadah haji senantiasa mendapat perlindungan Allah dari "suu il munqolabi fiil maali wal ahli" (kejelekan harta dan keluarga).
Kelima: Membangun Ka’bah
Tanah yang menggunduk agak tinggi dekat sumur zamzam adalah lokasi pilihan "Ini adalah tempat yang dipilih Allah," kata Ibrahim as kepada Ismail as (HR Bukhari), lalu keduanya membangun Ka’bah itu. Berbeda dengan bangunan Ka’bah sekarang, dahulu Ka’bah lebih pendek, tak berpintu, serta memanjang meliputi Hijr Ismail sekarang. Ada dua batu istimewa dalam proses pembangunan tersebut, yaitu Hajar al Aswad dan Maqam Ibrahim. Nantinya dalam ritual haji Hajar Aswad menjadi tempat mengawali dan mengakhiri tawaf. Setiap melewatinya mengecup atau ber-istilam. Adapun setelah tawaf, jemaah haji mesti salat 2 (dua) rakaat di belakang Maqam Ibrahim. Allah SWT pun berfirman, "dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, orang-orang yang beribadah, dan orang-orang yang ruku-sujud." (QS Al Hajj 26).
Kita mengira bahwa Ibrahim as akan meluangkan waktu panjang di Mekah, namun nyatanya tidak, setelah Ka’bah dibangun, Ibrahim as kembali ke Bersyeba Palestina. Sebelumnya itu, Allah menyuruh Ibrahim as untuk mengumumkan kewajiban ibadah haji, berziarah ke Baitullah dengan tata cara (manasik) yang diajarkan Allah kepada Ibrahim a.s, ".....tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami...." (QS Al-Baqarah :128) dan Allah berfirman, "serulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang dengan berjalan kaki, mengendarai unta kurus, datang dari segenap penjuru yang jauh".

(bersambung..)