“Dan hendaklah takut (kepada Allah SWT ) orang-orang yang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya.
Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar
(QS. An-Nisa’ : 9)
Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang keluar rumah untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sampai ia pulang
(HR. Tirmidzi)
AJF
Rabu, 25 Mei 2016
Rabu, 11 Mei 2016
Do'a Ketegaran Iman
Sahabat hebat,
Kita ini sebagai Muslim belum tentu akhir hidup
kita sebagai Muslim.
Begitu juga orang kafir, siapa tahu akhir hidupnya sebagai
seorang muslim. Mengenai hal ini Rasulullah pernah
bersabda yang tercatat dalam riwayat Imam Tirmidzi, sebagai berikut :
Nabi Muhammad bersabda : “lngatlah,
sesungguhnya anak Adam (umat manusia) diciptakan dari berbagai macam lapisan.
Diantara mereka ada yang dilahirkan sebagai orang mukmin, hidup sebagai
orang mukmin, dan mati dalam keadaan beriman. Ada pula yang dilahirkan
dalam keadaan kafir, hidup sebagai orang kafir, dan matipun dalam keadaan kafir.
Juga ada yang dilahirkan sebagai orang mukmin, lalu hidup sebagai orang
mukmin, tetapi mati dalam keadaan kafir. Sebaliknya ada yang lahir dalam
keadaan kafir, dan hidup sebagai orang kafir, tetapi ia mati dalam keadaan
beriman.”
(HR. Tirmidzi dari Abu Sa`id Al-Khudri dengan sanad sahih)
Oleh karena itu, hendaknya kita
sering-seringlah membaca doa yang tercantum dalam al Qur’an dan Hadits :
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ
هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Rabbanaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz
Hadaitanaa wa Hab Lanaa Mil-Ladunka Rahmatan Innaka Antal-Wahhaab”
Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada
kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena
sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 7)
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي
عَلَى دِيْنِكَ
“Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbiy ‘Ala
Diinik”
Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan
hati, teguhkan hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ
قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Allaahumma Musharrifal Quluub, Sharrif
Quluubanaa ‘Alaa Thaa’atik”
Artinya: “Ya Allah yang mengarahkan hati,
arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim)
Semoga bermanfaat.
"MAHALNYA HIDAYAH ILAHI"
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata :
أنَّ
النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يقول : (( اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ
الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a:
“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal
‘afaf wal ghina”
( Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ;
Hidayah, takwa, kesucian diri dan kecukupan/kekayaan).”
(HR.
Muslim no. 2721)
Sahabat, tidak semua orang diberikan
hidayah oleh Allah , latar belakang
duniawi tidak dapat menjadi ukuran dan jaminan mendapatkan hidayah Allah .
Bahkan orang tua yang shalih/shalihah
pun belum tentu anak-anaknya juga pasti shalih/shalihah, orang tua yang
mendapatkan hidayah (memeluk Islam) belum tentu keturunannya semuanya juga
pasti muslim/muslimah.
Oleh karena itu mari merendahkan hati
memohon kepada Ilahi agar dikaruniai hidayah Iman Islam hingga akhir hayat
nanti.
SYARAH HADITS :
Rasulullah saw mengajarkan berbagai macam do'a kepada kita
semua, diantaranya sebagaimana tertulis di atas : “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu; Hidayah, takwa, kesucian diri dan
kecukupan/kekayaan”.
Ada 4 poin penting yang diajarkan oleh Rasulullah dalam hadits tersebut,
yaitu :
1.
Memohon
hidayah/petunjuk
Makna Hidayah, sebagaimana dikatakan para ulama ada 2 macam ;
ü
Petunjuk,
Hidayah dalam arti petunjuk artinya kita diberi pemahaman yang
benar dan lurus, tidak bengkok dan menyimpang, terkait ajaran Allah . Sehingga kita
tahu, mana yang diperintahkan-Nya, mana yang dilarang-Nya, mana yang cintai-Nya,
dan mana yang dibenci-Nya. Makna hidayah ini dalam arti pemahaman agama. Karena
itu, memohon hidayah semestinya berbanding lurus dengan upaya kita yang tak
kenal henti untuk terus belajar memahami ajaran Islam. Jika setiap hari
kita meminta petunjuk kepada Allah , melalui surat
Al-Fatihah yang kita baca saat sholat, mestinya itu berbanding lurus dengan
semangat kita memahami Islam setiap saat secara menyeluruh.
ü
Tunduk & patuh mengikuti petunjuk tersebut
Dalam hal ini hidayah merupakan bentuk ketundukan dan kepatuhan
kita kepada petunjuk Allah yang telah kita ketahui biasanya disebut taufiq. Kalau sering ditanyakan,
apa perbedaan antara hidayah dan taufiq, maka makna hidayah disini bermakna
pemahaman atas petunjuk Allah , Sedangkan taufiq adalah kesiapan diri untuk
mengikuti dan mentaati ajaran-ajaran dan petunjuk-Nya. Mengetahui wajibnya
shalat, menutup aurat, haramnya homoseksual, riba, itu hidayah dalam arti
pemahaman. Kemudian apakah kita mau mentaati perintah-Nya & menjauhi semua larangan-Nya,
itulah yang disebut sebagai taufiq.
Oleh Karena itu, saat kita memohon petunjuk kepada Allah , artinya kita
memohon diberikan pemahaman yang benar terhadap agama, dan juga kekuatan dan
kemauan untuk mentaatinya.
2. Memohon ketakwaan. Makna
takwa adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah . Takwa diambil dari kata
“wiqoyah” yang maknanya melindungi, yaitu maksudnya seseorang bisa mendapatkan
perlindungan dari siksa neraka hanya dengan menjalankan setiap perintah dan
menjauhi setiap larangan.
3. Memohon harga diri yaitu agar dijauhkan dari hal-hal yang
diharamkan semacam zina. Berarti do’a ini mencakup meminta dijauhkan dari
pandangan yang haram, dari bersentuhan yang haram, dari zina dengan kemaluan
dan segala bentuk zina lainnya. Karena yang namanya zina adalah termasuk
perbuatan keji.
4. Memohon kepada Allah al ghina (kecukupan/kekayaan) yaitu dicukupkan oleh
Allah dari apa yang ada di sisi manusia dengan tetap selalu qona’ah, selalu
merasa cukup ketika Allah memberinya harta sedikit ataupun banyak.
Namun
demikian, bukan berarti menjadi orang kaya diharamkan, justru dengan harta yang
melimpah nan halal dapat memudahkan kita semakin banyak beramal shalih, seperti
sedekah, zakat, menyantuni yatim-dhu’afa, mendirikan pesantren, membangun
masjid, dst.
Semoga dengan renungan hadits
di atas, dapat memotivasi kita agar selalu memohon kepada Allah berupa
: petunjuk, ketakwaan, sifat ‘afaf dan kecukupan/kekayaan yang halal
dan thoyyib. Sehingga dengan nikmat-nikmat tersebut dapat menjadikan kita
selalu bersemangat dalam menjaga keistiqomahan di jalan Allah .
-wallahu a’lam bishshowab-
Langganan:
Postingan (Atom)