Al-Aqidah Al-Islamiyah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اْلإِيْمَانُ بِضْعٌ
وَسِتُّونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ اْلإِيْمَانِ. وَ لِمُسْلِمٍ : اْلإِيْمَانُ
بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ اْلإِيْمَانِ
"Dari Abu
Hurairah radliyallahu 'anhu (r.a.) dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Iman itu lebih dari enam
puluh cabang (antara 63-69), dan malu adalah salah satu di antara cabang-cabang iman".
Menurut riwayat
Muslim, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Iman itu
lebih dari tujuh puluh cabang (antara 73-79), atau lebih dari enam puluh cabang
(antara 63-69). Yang paling utama adalah ucapan, Laa ilaaha illallahu (tidak
ada ilah (tuhan) selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan
gangguan dari jalan, dan malu satu di antara cabang-cabang iman."
(HR. Bukhari, juz
1, hal 6, kitab al-Iman, bab 2/ Muslim, juz 1, hal 29, kitab al-Iman, bab 13/
Abu Dawud, juz 4, hal 319, kitab as-Sunnah, bab 15/ Tirmidzi, juz 10, hal 86,
kitab al-Iman, bab 6, Hadits Hasan Shahih/ Nasai, juz 8, hal 110, kitab
al-Iman, bab 16/ Ibnu Majah, juz 1, hal 29, Muqaddimah, bab 9/ Ahmad, juz 1,
hal 379, 414, dan 445)
IMAN TAK DAPAT DIJUAL BELI
IMAN TAK DAPAT DIWARISI
NAMUN
IMAN DAPAT TERKIKIS
IMAN DAPAT BERAKHIR
BILA TAK DIJAGA DAN TAK BERHATI-HATI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar