“Dan hendaklah takut (kepada Allah SWT ) orang-orang yang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya.

Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar
(QS. An-Nisa’ : 9)

Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang keluar rumah untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sampai ia pulang

(HR. Tirmidzi)

AJF

AJF
"DALAM KEBERSAMAAN KITA ADA KEMUDAHAN. . . DALAM KEMUDAHAN ADA KEBERHASILAN & DALAM KEBERHASILAN AKAN LAHIR KEBAHAGIAN" " M A R I JALIN UKHUWAH. . . INDAHKAN DUNIA DENGAN KEBAIKAN. . . " SATUKAN TEKAD RAIHLAH IMPIAN KITA. . . S E L A M A - L A M A N Y A "

Rabu, 30 September 2015

Hijrah Bersama Islam

HIJRAH

Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (At-Taubah : 20)



Esensi ayat
1). Hijrah harus dilakukan semata-mata karena Allah swt.
2). Orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad, sesungguhnya merekalah yang dimaksud mukmin sejati.
3). Hijrah dan Jihad, keduanya adalah bagian dari perjuangan yang dilakukan dengan mengorbankan harta bahkan jiwa.
4). Terkandung tiga prinsip kehidupan : Iman yang bermakna keyakinan, Hijrah yang bermakna perubahan, dan Jihad yang bermakna perjuangan.
5). Kemenangan yang hakiki dalam perjuangan adalah ketika Allah mengangkat derajat kemuliaan seseorang. Itulah beruntungan manusia yang sebenarnya.

Pengertian Hijrah
Kata Hijrah berasal dari bahasa Arab yang berarti berpisah; pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain; berjalan pada tengah hari, dll.
Raqib al-Isfahani, pakar bahasa al-qur’an, berpendapat bahwa sebagai istilah, kata hijrah biasa mengacu pada tiga pengertian, yaitu :
1). Meninggalkan negeri yang berpenduduk kafir menuju negeri yang berpenduduk muslim, sebagaimana hijrahkan Rasulullah saw dan para shahabat dari Makkah ke Madinah.
2). Meninggalkan syahwat, mengganti perbuatan buruk dan dosa-dosa dengan perbuatan baik yang diperintahkan Allah dan Rasul saw.
3). Mujahadah an-nafs, yakni menundukkan hawa nafsu untuk mencapai hakikat kemanusiaan yang hakiki.

Makna Hijrah
Secara garis besar, hijrah dibedakan menjadi dua macam yakni Hijrah Makaniyah dan Hijrah Maknawiyah.
Hijrah Makaniyah (pindah atau ganti tempat) yaitu berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain karena dalam rangka mempertahankan keimanan, gangguan kesehatan, keamanan harta dan jiwa, dll.
Hijrah Maknawiyah (berubah atau berganti keyakinan), didasari 4 kategori:
a.     Hijrah I’tiqodiyah, berpindah keyakinan dari kemusyrikan dan kekufuran menuju keimanan.
b.     Hijrah Fikriyah, meninggalkan pemikiran komunisme, sekularisme, kapitalisme, liberalism, pluralisme, sosialisme, dan isme-isme lain kepada pola dan pemikiran Islam yang murni.
c.      Hijrah Syu’uriyah, meninggalkan kesenangan, kegemaran, hobbi, maupun citarasa yang kurang atau tidak Islami kepada yang Islami.
d.     Hijrah Sulukiyah, meninggalkan kepribadian, tingkahlaku atau akhlak tercela menuju akhlaqul karimah (kepribadian yang terpuji).

Refleksi Diri
Berakhirnya tahun 1436 H dan datangnya tahun 1437 H, adalah sebuah jawaban bahwa usia kita bertambah dan jatah umur kita semakin berkurang. Maka, hendaknya kita segera menghisab diri sebelum datangnya penghisaban Allah.
-). Evaluasi diri, apakah kita lebih banyak melakukan ketaatan kepada Allah atau sebaliknya banyak melanggar aturan Allah?
-). Apakah kehidupan kita banyak disibukkan dengan ibadah atau maksiat?
-). Apakah kita sudah termasuk ahlu sholah (sudah baik shalatnya, senantiasa menjaga kualitas ) atau belum?
-). Apakah kehidupan kita sudah bermanfaat bagi orang lain atau belum?
-). Apakah harta benda kita sudah terbebas dari nilai-nilai syubhat (tidak pasti kehalalannya) dan haram?
-). Apakah lisan kita sudah baik atau malah banyak membicarakan perkara yang sia-sia bahkan dusta? Dan lain-lain.

Tanda-tanda orang yang celaka di akhirat menurut syaikh Utsman ibn Hasan ibn Ahmad As-Syakir :
1.     Terlalu gampang melupakan dosa.
Orang seperti ini akan cenderung malas bertaubat, memperbaiki kesalahan, dan bahkan ringan mengulangi perbuatan dosa.
2.     Bangga atas jasa dan amal shalih yang dilakukan.
Orang seperti ini akan mudah takabur sehingga cenderung enggan bahkan berat mengulangi perbuatan baiknya.
3.     Selalu merasa iri dalam urusan dunia.
Orang seperti ini akan selalu kagum dengan keadaan dunia yang ada pada orang lain, selalu mengejar dunia seperti mereka. Sehingga, hidupnya tidak terhiasai dengan cahaya tawadhu’.
4.     Selalu merasa cukup dalam urusan agama.
Orang seperti ini akan cepat puas diri dalam kebaikan, sebab ia selalu merasa lebih shalih daripada orang lain.
                                 
Wallahu a’lam

Tidak ada komentar: