"cantiknya Islam..
"manisnya akhlak Islami..
Ada di antara kita yang salah berfikir tentang apa
yang disebut Islami.
Ketika seseorang berkunjung
ke Jepang lalu melihat di sana segalanya tampak teratur, antrian rapi, dan
hal-hal lain yang diajarkan oleh Islam, serta merta ia mengatakan orang-orang
Jepang itu Islami. Lebih Islami dari orang Islam. Dalam suatu pengajian di
perkumpulan mahasiswa muslim Indonesia di Canberra, seorang ustadz yang baru
datang dari Kalimantan dan pertamakali menginjakkan kaki di airport
Sydney lalu naik bis ke Canberra terkagum-kagum melihat jalan-jalan
tampak rapi dan bersih. Lalu lintas begitu teratur. Ia melihat
seuatu yang tak dijumpainya, baik di Banjarmasin maupun di Jakarta. Serta
merta ustadz itu, sambil mengisahkan dirinya yang kecopetan dan diperlakukan
semena-mena oleh sopir metromini di Jakarta, mengatakan bahwa ia heran tidak
menemukan Islam di Jakarta, malah menemukan Islam di Sydney.Komentar dan kesimpulan seperti itu sepintas kelihatan benar. Namun kalau ditinjau lebih dalam akan kelihatan bahwa kesimpulan seperti itu kurang tepat. Kenapa demikian? Apa yang dimaksud dengan perbuatan yang Islami? Apa kaitannya dengan sikap jiwa Islami? Tulisan ini akan menjelaskannya.
Perbuatan Islami ?
Kenapa manusia berbuat atau beraktivitas?
Ia membeli baju bagus agar penampilannya tidak memalukan. Ia naik bis dari Bogor ke Jakarta agar bisa cepat datang ke kantornya. Ia gemar membaca agar otaknya tidak "tulalit". Ia selalu mengikuti berita agar tidak kekurangan informasi dan tidak bengong dalam diskusi. Ia selalu berolah raga agar badannya tetap segar dan fit. Ia selalu bersikap tenang, penuh senyum, dan menjaga
penampilan agar tetap berwibawa. Ia berdoa tatkala resah. Ia sholat untuk mencari ketenangan. Ia pergi haji ke Mekkah untuk mensucikan jiwa.
Kenapa haus, lapar, syahwat, tidak memalukan, tetap berwibawa, ketenangan, mensucikan jiwa dan lain-lain merupakan kebutuhan manusia? Sebab di dalam diri manusia ada potensi hidup (thoqoh hayawiyah) yang berwujud pada kebutuhan jasmani (hajah udlwiyah) seperti lapar dan haus, dan kebutuhan-kebutuhan naluri (gharizah) seperti kebutuhan seksual, kebutuhan membela diri, menjaga martabat, menjaga kehormatan, dan kebutuhan beribadah. Adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut mendorong orang berbuat untuk memenuhinya. Oleh karena itu, pada hakikatnya, perbuatan manusia (suluk) adalah aktivitas manusia untuk memuaskan
kebutuhan-kebuthannya baik yang bersifat kebutuhan jasmani maupun naluri.
Perbuatan seseorang dikatakan Islami manakala aktivitas yang dilakukannya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut sesuai dengan ajaran Islam dan dia lakukan dengan kesadaran menyesuaikan diri dengan syari'at agama Islam.
Dengan demikian masalah motivasi seseorang dalam berbuat penting diperhatikan. Adakalanya suatu perbuatan sama tampak luarnya, namun motivasinya berbeda.
Suatu perbuatan dianggap baik oleh Islam, atau Islami, manakala dikerjakan sesuai dengan tata cara dan aturan Islam.
Allahu A'lam Bishshawwab
2 komentar:
di sini, ramai yang islam tetapi tidak islami...
penulisan yang bagus.. teruskan perjuangan di medan maya.
iya, terimakasih..
alhamdulillah..
Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita bahwa umat Islam di akhir zaman bagaikan buih di pantai yang banyak jumlahnya namun lemah dan terkena penyakit 'wahn'.
"semoga kita semua tetap komitmen dengan Dienul Islam.. selamanya.. hingga ruh kita berpisah dengan jasad
Posting Komentar