"BELAJAR
DARI WAJAH"
kala daku bercermin
kulihat sosok wajah di depanku...
wajah itu... kadang tersenyum.... kadang menangis... hik hik..
Menarik sekali jikalau kita terus menerus belajar tentang fenomena apapun yang
terjadi dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Tidak ada salahnya kalau kita buat
semacam target. Misalnya : hari ini kita belajar tentang wajah. Wajah? Ya,
wajah. Karena masalah wajah bukan hanya masalah bentuknya, tapi yang utama
adalah pancaran yang tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.
Ketika pagi menyingsing, misalnya, tekadkan dalam diri : "Saya ingin tahu
wajah yang paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yang paling
menggelisahkan itu seperti bagaimana?" karena pastilah hari ini kita akan
banyak bertemu dengan wajah orang per orang. Ya, karena setiap orang pastilah
punya wajah. Wajah irtri, suami, anak, tetangga, teman sekantor, orang di
perjalanan, dan lain sebagainya. Nah, ketika kita berjumpa dengan siapapun hari
ini, marilah kita belajar ilmu tentang wajah.
Subhanallaah, pastilah kita akan bertemu dengan beraneka macam bentuk wajah.
Dan, tiap wajah ternyata dampaknya berbeda-beda kepada kita. Ada yang
menenteramkan, ada yang menyejukkan, ada yang menggelikan, ada yang
menggelisahkan, dan ada pula yang menakutkan. Lho, kok menakutkan? Kenapa? Apa
yang menakutkan karena bentuk hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yang
hidungnya mungil tapi menenteramkan. Ada yang sorot matanya tajam menghunjam,
tapi menyejukkan. Ada yang kulitnya hitam, tapi penuh wibawa.
Pernah suatu ketika berjumpa dengan seorang ulama dari Afrika di Masjidil
Haram, subhanallaah, walaupun kulitnya tidak putih, tidak kuning, tetapi ketika
memandang wajahnya... sejuk sekali! Senyumnya begitu tulus meresap ke relung
qolbu yang paling dalam. Sungguh bagai disiram air sejuk menyegarkan di pagi
hari. Ada pula seorang ulama yang tubuhnya mungil, dan diberi karunia
kelumpuhan sejak kecil. Namanya Syekh Ahmad Yassin, pemimpin spiritual gerakan
Intifadah, Palestina. Ia tidak punya daya, duduknya saja di atas kursi roda.
Hanya kepalanya saja yang bergerak. Tapi, saat menatap wajahnya, terpancar
kesejukan yang luar biasa. Padahal, beliau jauh dari ketampanan wajah
sebagaimana yang dianggap rupawan dalam versi manusia. Tapi, ternyata dibalik
kelumpuhannya itu beliau memendam ketenteraman batin yang begitu dahsyat,
tergambar saat kita memandang sejuknya pancaran rona wajahnya.
Nah, saudaraku, kalau hari ini kita berhasil menemukan struktur wajah seseorang
yang menenteramkan, maka caru tahulah kenapa dia sampai memiliki wajah yang
menenteramkan seperti itu. Tentulah, benar-benar kita akan menaruh hormat.
Betapa senyumannya yang tulus; pancaran wajahnya, nampak ingin sekali ia
membahagiakan siapapun yang menatapnya. Dan sebaliknya, bagaimana kalau kita
menatap wajah lain dengan sifat yang berlawanan; (maaf, bukan bermaksud
meremehkan) ada pula yang wajahnya bengis, struktur katanya ketus, sorot
matanya kejam, senyumannya sinis, dan sikapnya pun tidak ramah. Begitulah,
wajah-wajah dari saudara-saudara kita yang lain, yang belum mendapat ilmu;
bengis dan ketus. Dan ini pun perlu kita pelajari.
Ambillah kelebihan dari wajah yang menenteramkan, yang menyejukkan tadi menjadi
bagian dari wajah kita, dan buang jauh-jauh raut wajah yang tidak ramah, tidak
menenteramkan, dan yang tidak menyejukkan.
pernak pernik kehidupan |
Tidak ada
salahnya jika kita evalusi diri di depan cermin. Tanyalah; raut seperti apakah
yang ada di wajah kita ini? Memang ada diantara hamba-hamba Allah yang bibirnya
di desain agak berat ke bawah. Kadang-kadang menyangkanya dia kurang senyum,
sinis, atau kurang ramah. Subhanallaah, bentuk seperti ini pun karunia Allah
yang patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapapun yang memilikinya
untuk berusaha senyum ramah lebih maksimal lagi.
Sedangkan bagi wajah yang untuk seulas senyum itu sudah ada, maka tinggal
meningkatkan lagi kualitas senyum tersebut, yaitu untuk lebih ikhlas lagi.
Karena senyum di wajah, bukan hanya persoalan menyangkut ujung bibir saja, tapi
yang utama adalah, ingin tidak kita membahagiakan orang lain? Ingin tidak kita
membuat di sekitar kita tercahayai? Nabi Muhammad SAW, memberikan perhatian
yang luar biasa kepada setiap orang yang bertemu dengan beliau sehingga orang
itu merasa puas. Kenapa puas? Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW – bila ada
orang yang menyapanya – menganggap orang tersebut adalah orang yang paling
utama di hadapan beliau. Sesuai kadar kemampuannya.
Walhasil, ketika Nabi SAW berbincang dengan siapapun, maka orang yang diajak
berbincang ini senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara
memandang, cara bersikap, ternyata menjadi atribut kemuliaan yang beliau
contohkan. Dan itu ternyata berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang
yang diajak bicara.
Adapun kemuramdurjaan, ketidakenakkan, kegelisahan itu muncul ternyata diantara
akibta kita belum menganggap orang yang ada dihadapan kita orang yang paling
utama. Makanya, terkadang kita melihat seseorang itu hanya separuh mata,
berbicara hanya separuh perhatian. Misalnya, ketika ada seseorang yang datang
menghampiri, kita sapa orang itu sambil baca koran. Padahal, kalau kita sudah
tidak mengutamakan orang lain, maka curahan kata-kata, cara memandang, cara
bersikap, itu tidak akan punya daya sentuh. Tidak punya daya pancar yang kuat.
Orang
karena itu, marilah kita berlatih diri meneliti wajah, tentu saja bukan maksud
untuk meremehkan. Tapi, mengambil tauladan wajah yang baik, menghindari yang
tidak baiknya, dan cari kuncinya kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan
dalam perilaku kita sehari-hari. Selain itu belajarlah untuk mengutamakan orang
lain!
Mudah-mudahan kita dapat mengutamakan orang lain di hadapan kita, walaupun
hanya beberapa menit, walaupun hanya beberapa detik,
subhanallaah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar