“Dan hendaklah takut (kepada Allah SWT ) orang-orang yang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya.

Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar
(QS. An-Nisa’ : 9)

Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang keluar rumah untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sampai ia pulang

(HR. Tirmidzi)

AJF

AJF
"DALAM KEBERSAMAAN KITA ADA KEMUDAHAN. . . DALAM KEMUDAHAN ADA KEBERHASILAN & DALAM KEBERHASILAN AKAN LAHIR KEBAHAGIAN" " M A R I JALIN UKHUWAH. . . INDAHKAN DUNIA DENGAN KEBAIKAN. . . " SATUKAN TEKAD RAIHLAH IMPIAN KITA. . . S E L A M A - L A M A N Y A "

Minggu, 30 Oktober 2011

Akrab Dengan Al-Qur'an


'BERINTERAKSI DENGAN AL-QUR 'AN

'BERINTERAKSI DENGAN AL-QUR 'AN

 

a). Tilawah adalah ibadah yang sangat dicintai Allah swt. Kecintaan Allah terhadap tilawah para hamba-Nya terlihat pada perhatiannya yang besar untuk mendengarkan alunan suara hamba yang khusyuk mengeja huruf demi huruf kalam-Nya.
“Sungguh Allah SWT lebih besar perhatiannya mendengarkan seseorang yang bagus suaranya dengan membaca Al-Qur’an daripada seorang penyanyi terhadap nyanyiannya. “ (HR Ibnu Majah)
Kata bagus suaranya dalam hadits di atas tentunya tidak terbatas pada orang yang suaranya merdu, yang sudah tentu tidak dimiliki semua orang. Namun, lebih kita pahami dengan makna Jaudatul Ada’ (bagus prakteknya). Terbukti, apalah artinya suara merdu jika makhorij huruf-nya dan ahkam tajwid-nya tidak beres. Maka, hendaknya perhatian kita pada urgensi tahsin tilawah (perbaikan bacaan) harus nyata, sebagai konsekuensi iman kepada Al-Kitab. Artinya, tilawah yang bagus merupakan indikasi keimanan seseorang
“Orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan haqqo tilaawatihi (bacaan yang sebenarnya), merekalah orang-orang yang beriman kepadanya.” (Al-Baqarah : 121)
Sebagian ulama menjelaskan makna haqqo tilaawatihi dengan terfungsikannya tiga unsur dalam diri pembaca Al-qur’an. Akal mampu memahami apa yang dibaca. Lisan mampu melafadzkan bacaan dengan perenungan dan penghayatan, bukan hanya bacaan yang lewat di kerongkogan saja. Anggota badan mengimplementasi nilai-nilai qur’ani dalam setiap aktivitasnya.
b). Baiknya tilawah berarti menjaga keaslian Al-Qur’an
Al-Qur’an diwahyukan Jibril as. kepada Rasulullah saw. degan bacaan yang baik, begitu juga Rasulullah kepada para shahabat, para shahabat kepada para tabi’in, demikian seterusnya. Agar dapat dipertanggungjawabkan keaslian bacaan tersebut, para ulama mengabadikannya dengan adanya sanad yaitu runtutan para pengajar Al-Qur’an dari zaman Rasul saw. sampai sekarang, yang biasa diperoleh oleh orang yang ber-talaqqi Al-Qur;an kepada seorang qori’ (orang yang alim dalam ilmu tilawah) dari awal Al-Qur’an sampai akhirnya. Sehingga, para ulama telah menetapkan bahwa tilawah sesuai dengan tajwid, hukumnya fardhu ‘ain. Sebagaimana Imam Al-Jazari telah menjelaskan.
c). Baiknya tilawah memudahkan pembaca/pendengar men-tadabburi Al-Qur’an.
“Inilah kitab yang Kami turunkan kepadamu yang memberkahi, agar mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan dijadikan peringatan bagi orang-orang yang berakal.” (Shaad : 29)
Hampir tidak mungkin dapat memperhatikan kandungan ayat-ayat qur’an dengan baik bila bacaan qur’annya tidak baik (apalagi pembaca qur’annya juga tidak shalih), begitu juga orang yang mendengarkan bacaannya. Terlebih jika bacaan itu dilakukan dalam shalat.

Mengapa? Sebab, bacaan yang tidak baik akan mengakibatkan pembaca —kalau menyadari— dan pendengarnya terkonsentrasi penuh pada bacaannya yang belepotan. Sehingga, bubarlah konsentrasi mereka pada kandungan ayat yang sedang dibaca.
d). Baiknya tilawah memudahkan seseorang meraih pahala Allah sebanyak-banyaknya.
Rasulullah saw. mewasiatkan, hendaknya khatam Al-qur’an dalam sebulan .
” Abdullah bin ’Amr berkata bahwa Rasulullah saw. berkata kepadaku, ’Berpuasalah kamu tiga hari tiap bulan dan selesaikan Al-qur’an dalam sebulan.” (HR Abu Dawud)
Bagaimana mungkin seseorang dapat menyelesaikan tilawah 30 juz dalam sebulan dengan bacaan yang terbata-bata atau kurang lancar? Hanya dengan tilawah yang baik dan dibarengi kesabaran melaksanakan perintahlah kita mampu menunaikannya. Walau sesibuk apa pun urusan seseorang, sebab tilawah yang baik dan lancar hanya butuh waktu 30-40 menit setiap satu juz. Hal ini dapat dilakukan dalam sekali atau dua kali duduk dalam sehari —pagi dan malam masing-masing 20 menit, atau setiap usai shalat fardhu cukup 8 menit.
e). Baiknya tilawah mendukung pengajaran Al-qur’an kepada orang lain, minimal keluarganya.
Kebiasaan mengajarkan tilawah Al-Qur’an kepada orang lain hendaknya dibudayakan, baik dalam lingkup kecil maupun besar. Mengenai pengajaran tilawah yang dilakukan oleh orang yang bacaannya tidak baik –dalam kondisi tertentu masih ditolerir–, namun resikonya berarti menanamkan bacaan yang salah pada orang lain. Jadi, setiap muslim harus memiliki andil dalam proyek amal ini —minimal kepada anak atau keluarga. Sebab bila tidak, mereka pasti rugi lantaran tidak mendapatkan keberkahan qur’an. ”Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-qur’an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari)
f). Baiknya tilawah menjadikan seseorang menjadi dai yang dipercaya masyarakat.
Seorang dai adalah orang yang mengajak orang lain pada jalan Allah, maka sudah tentu ia tidak akan lepas dari sumber materi dakwah yang disampaikan, yakni Al-Qur’an. Pengucapan yang benar terhadap ayat-ayat Allah akan menambah tsiqah masyarakat kepada sang dai. Sebaliknya bacaan yang tidak benar, justru akan menjauhkan sebagian masyarakat terhadapnya. Seorang dai tentunya harus lebih peka dalam memahmi kondisi masyarakat, tidak malah bersikap tidak peduli. Masyarakat biasanya mencerca dai yang salah mengucapkan walau satu huruf saja, sebaliknya mereka bersikap biasa saja terhadap orang yang sama sekali tidak melaksanakan Al-qur’an pada diri dan keluarganya. Maka, dai harus menyadari kondisi ini dengan tekun melakukan tahsin tilawah-nya.
g). Baiknya tilawah akan dapat mengangkat kualitas seseorang
      Kedudukan orang yang baik tilawahnya, pada maqam para anbiya dan malaikat. 
      Para    ulama menjelaskan bahwa ukuran mahir, selain baik tilawahnya, juga harus hapal,  
      paham, dan mengamalkan isinya. “Orang yang mahir membaca Al-Qur’an bersama para 
      malaikat yang mulia dan taat.” (HR Muslim)

Tidak ada komentar: