MENGENAL ALLOH TA'ALA
Di antara sesuatu yang
wajib diterima oleh akal adalah bahwa setiap sesuatu yang ada pastilah ada yang
mengadakan. Begitu pula dengan alam semesta ini, tentu ada yang menjadikannya
(QS.52:35). Bukti-bukti eksistensi Allah dapat ditinjau berdasarkan lima dalil,
yaitu :
1.
Dalil fitrah, yaitu perasaan alami yang
tajam pada manusia bahwa ada dzat yang maujud, yang tidak terbatas dan
tidak berkesudahan, yang mengawasi segala sesuatu, mengurus dan mengatur segala
yang ada di alam semesta, yang diharapkan kasih sayang-Nya dan ditakuti
kemurkaan-Nya. Hal ini digambarkan oleh Allah SWT dalam QS. 10:22.
2.
Dalil akal, yaitu dengan tafakkur dan
perenungan terhadap alam semesta yang merupakan manifestasi dari eksistensi
Allah SWT. Orang yang memikirkan dan merenungkan alam semesta akan menemukan
empat unsur alam semesta :
a. Ciptaan-Nya
Bila kita perhatikan makhluk yang hidup
di muka bumi, kita akan menemukan berbagai jenis dan bentuk, berbagai macam
cara hidup dan cara berkembang biak (QS. 35:28). Semua itu menunjukkan adanya
zat yang menciptakan, membentuk, menentukan rizki dan meniupkan ruh kehidupan
(QS. 29:19,20). Bagaimanapun pintarnya manusia, tentu ia tidak akan dapat
membuat makhluk yang hidup dari sesuatu yang belum ada. Allah SWT menantang
manusia untuk membuat seekor lalat jika mereka mampu (QS. 22:73). Nyatalah
bahwa tiada yang dapat menciptakan alam semesta ini kecuali Allah Yang Maha
Tinggi dan Maha Hidup.
b. Kesempurnaan
Kalau kita perhatikan, akan terlihat
bahwa alam ini sangat tersusun rapi, diciptakan dalam kondisi yang sangat
sempurna tanpa cacat.Hal ini menunjukkan adanya kehendak agung yang bersumber
dari Sang Pencipta. Sebagai contoh, seandainya matahari memberikan panasnya
pada bumi hanya setengah dari panasnya sekarang, pastilah manusia akan membeku
kedinginan. Dan seandainya malam lebih panjang sepuluh kali lipat dari malam
yang normal tentulah matahari pada musim panas akan membakar seluruh tanaman di
siang hari dan di malam hari seluruh tumbuhan membeku. Firman Alloh:
“Yang telah menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis. Kamu sekali-kali melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah
sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya
penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS. 67:3,4)
c. Perbandingan ukuran yang tepat dan
akurat (QS. 25:2)
Alam ini diciptakan dalam perbandingan
ukuran, susunan, timbangan dan perhitungan yang tepat dan sangat akurat. Bila
tidak, maka tidak akan mungkin para ilmuwan berhasil menyusun rumus-rumus
matematika, fisika, kimia bahkan biologi.
d. Hidayah (tuntunan dan bimbingan) (QS.
20:50)
Allah memberikan hidayah (tuntunan dan
petunjuk) kepada makhluk-Nya untuk dapat menjalankan hidupnya dengan mudah,
sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Pada manusia sering disebut
sebagai ilham dan pada hewan disebut insting/naluri. Seorang bayi ketika
dilahirkan menangis dan mencari puting susu ibunya. Siapa yang mengajarkan
bayi-bayi tersebut? Seekor ayam betina membolak-balikkan telur yang tengah
dieramnya, agar zat makanan yang terdapat pada telur itu merata, juga
kehangatan dari induk ayam tersebut, dengan demikian telur tersebut dapat
menetas. Secara ilmiah akhirnya diketahui bahwa anak-anak ayam yang sedang
diproses dalam telur itu mengalami pengendapan bahan makanan pada tubuhnya di
bagian bawah. Jika telur tersebut tidak digerak-gerakkan maka zat makanan
tersebut tidak merata, dengan demikian ia tidak dapat menetas. Siapa yang
mengajarkan ayam untuk berbuat demikian ?
Kita sering mendengar
seseorang yang ditimpa musibah yang membuat hatinya hancur luluh, putus
harapan, lalu ia berdoa menghadap Allah SWT. Tiba-tiba musibah itu hilang,
kebahagiaan pun kembali dan datanglah kemudahan sesudah kesusahan. Siapa yang
mengabulkan doa, siapa pula yang mengajarkan orang, yang kafir sekalipun, untuk
berdoa/meminta pertolongan pada suatu zat di luar dirinya yang dirasakannya
bersifat Maha Kuasa dan Maha Berkehendak ? Firman Allah :
“Dan apabila kamu
ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah yang kamu seru kecuali Dia. Maka
tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu pun berpaling. Dan manusia adalah
selalu tidak berterima kasih.” (QS.17:67)
Eksistensi Allah
terlihat dalam banyak sekali fenomena-fenomena kehidupan. Barangsiapa yang
membaca alam yang maha luas ini dan memperhatikan penciptaan langit dan bumi
serta dirinya sendiri, pasti ia akan menemukan bukti-bukti yang jelas tentang
adanya Allah SWT. Firman Alloh :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa
al-Quran itu adalah benar.” (QS.41:53)
1.
Dalil akhlaq
Secara fitrah manusia memiliki moral
(akhlaq). Dengan adanya moral (akhlaq) inilah, ia secar naluriah mau tunduk dan
menerima kebenaran agar hidupnya lurus dan urusannya berjalan teratur dan baik.
Zat yang dapat menanamkan akhlaq dalam jiwa manusia adalah Allah, sumber dari
segala sumber kebaikan, cinta dan keindahan. Keberadaan ‘moral’ yang
mendominasi jiwa manusia merupakan bukti eksistensi Allah. (QS. 91:7-8)
2.
Dalil wahyu
Para rasul diutus ke berbagai umat yang
berbeda pada zaman yang berbeda. Semua rasul menjalankan misi dari langit
dengan perantaraan wahtu. Dengan membawa bukti yang nyata (kitab/wahyu dan
mukzijat) mengajak umatnya agar beriman kepada Allah, mengesakan-Nya dan
menjalin hubungan baik dengan-Nya, serta memberi peringatan akan akibat buruk
dari syirik/berpaling dari-Nya (QS.6:91). Siapa yang mengutus mereka dengan
tugas yang persis sama? Siapa yang memberikan kekuatan, mendukung dan
mempersenjatai mereka dengan mukzijat? Tentu suatu zat yang eksis (maujud),
Yang Maha Kuat dan Perkasa, yaitu Allah. Keberadaan para rasul ini merupakan
bukti eksistensi Allah.
3.
Dalil sejarah
Semua umat manusia di berbagai budaya,
suku, bangsa dan zaman, percaya akan adanya Tuhan yang patut disembah dan
diagungkan. Semuanya telah mengenal iman kepada Allah menurut cara
masing-masing. Konsensus sejarah ini merupakan bukti yang memperkuat eksistensi
Allah. (QS.47:10; perkataan ahli sejarah
Yunani kuno bernama Plutarch).
Terdapat
beberapa cara mengenal Tuhan menurut ajaran selain Islam, diantaranya yaitu
dengan hanya mengandalkan panca indera dan sedikit akal, sehingga timbul
prakiraan-prakiraan yang membentuk filsafat-filsafat atau pemikiran tentang
ketuhanan. Filsafat dan pemikiran tersebut justru mendatangkan keguncangan dan
kebingungan dalam jiwa. Sehingga hanya menanamkan keraguan dan kesangsian
terhadap keberadaan Allah. (QS.34:51-54; 2:147; 22:11; 10:94)
Jalan
yang ditempuh oleh orang-orang kafir tersebut melanggar fitrah mereka. Sebab
mereka mencoba mengenal Allah dengan menggunakan panca indra saja. Padahal
panca indra hanya bisa mendeteksi sesuatu yang dapat diraba, diukur, disentuh.
Sebaliknya untuk mengenal sesuatu selain Allah mereka menggunakan panca indra
dan akal. Jalan yang ditempuh oleh orang-orang kafir ini pada akhirnya tidak pernah
membawa mereka sampai mengenal siapa Sang Pencipta. Sebaliknya yang mereka
dapatkan adalah ketidaktahuan akan Allah Yang Maha Mencipta.
Adapun
jalan yang ditempuh Islam untuk mengenal Allah ialah dengan menggunakan
keimanan dan dilengkapi dengan akal. Kedua potensi tersebut dioptimalkan dengan
proses tafakkur dan tadabbur. Tafakkur artinya memikirkan ciptaan atau
tanda-tanda kebesaran Allah (ayat kauniyah). Tadabbur berarti merenungkan
ayat-ayat Allah yang tertulis dalam al-Qur’an (ayat qauliyah). Sehingga timbul
keyakinan di dalam hati tentang keberadaan dan kekuasaan Allah (QS.3:190-191;
12:105; 10:101)
TERNYATA JELAS TERBUKTI... BAHWA ALLOH SWT ADALAH BENAR ADANYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar