“Dan hendaklah takut (kepada Allah SWT ) orang-orang yang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya.

Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar
(QS. An-Nisa’ : 9)

Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang keluar rumah untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sampai ia pulang

(HR. Tirmidzi)

AJF

AJF
"DALAM KEBERSAMAAN KITA ADA KEMUDAHAN. . . DALAM KEMUDAHAN ADA KEBERHASILAN & DALAM KEBERHASILAN AKAN LAHIR KEBAHAGIAN" " M A R I JALIN UKHUWAH. . . INDAHKAN DUNIA DENGAN KEBAIKAN. . . " SATUKAN TEKAD RAIHLAH IMPIAN KITA. . . S E L A M A - L A M A N Y A "

Kamis, 27 Oktober 2011

MA'RIFATULLOH




MENGENAL  ALLOH  TA'ALA

Di antara sesuatu yang wajib diterima oleh akal adalah bahwa setiap sesuatu yang ada pastilah ada yang mengadakan. Begitu pula dengan alam semesta ini, tentu ada yang menjadikannya (QS.52:35). Bukti-bukti eksistensi Allah dapat ditinjau berdasarkan lima dalil, yaitu :

1.     Dalil fitrah, yaitu perasaan alami yang tajam pada manusia bahwa ada dzat yang maujud, yang tidak terbatas dan tidak berkesudahan, yang mengawasi segala sesuatu, mengurus dan mengatur segala yang ada di alam semesta, yang diharapkan kasih sayang-Nya dan ditakuti kemurkaan-Nya. Hal ini digambarkan oleh Allah SWT dalam QS. 10:22.

2.     Dalil akal, yaitu dengan tafakkur dan perenungan terhadap alam semesta yang merupakan manifestasi dari eksistensi Allah SWT. Orang yang memikirkan dan merenungkan alam semesta akan menemukan empat unsur alam semesta :

a.   Ciptaan-Nya
    Bila kita perhatikan makhluk yang hidup di muka bumi, kita akan menemukan berbagai jenis dan bentuk, berbagai macam cara hidup dan cara berkembang biak (QS. 35:28). Semua itu menunjukkan adanya zat yang menciptakan, membentuk, menentukan rizki dan meniupkan ruh kehidupan (QS. 29:19,20). Bagaimanapun pintarnya manusia, tentu ia tidak akan dapat membuat makhluk yang hidup dari sesuatu yang belum ada. Allah SWT menantang manusia untuk membuat seekor lalat jika mereka mampu (QS. 22:73). Nyatalah bahwa tiada yang dapat menciptakan alam semesta ini kecuali Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Hidup.
b.   Kesempurnaan
      Kalau kita perhatikan, akan terlihat bahwa alam ini sangat tersusun rapi, diciptakan dalam kondisi yang sangat sempurna tanpa cacat.Hal ini menunjukkan adanya kehendak agung yang bersumber dari Sang Pencipta. Sebagai contoh, seandainya matahari memberikan panasnya pada bumi hanya setengah dari panasnya sekarang, pastilah manusia akan membeku kedinginan. Dan seandainya malam lebih panjang sepuluh kali lipat dari malam yang normal tentulah matahari pada musim panas akan membakar seluruh tanaman di siang hari dan di malam hari seluruh tumbuhan membeku. Firman Alloh: 
       “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS. 67:3,4)
c.   Perbandingan ukuran yang tepat dan akurat (QS. 25:2) 
      Alam ini diciptakan dalam perbandingan ukuran, susunan, timbangan dan perhitungan yang tepat dan sangat akurat. Bila tidak, maka tidak akan mungkin para ilmuwan berhasil menyusun rumus-rumus matematika, fisika, kimia bahkan biologi.
d.   Hidayah (tuntunan dan bimbingan) (QS. 20:50)
     Allah memberikan hidayah (tuntunan dan petunjuk) kepada makhluk-Nya untuk dapat menjalankan hidupnya dengan mudah, sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Pada manusia sering disebut sebagai ilham dan pada hewan disebut insting/naluri. Seorang bayi ketika dilahirkan menangis dan mencari puting susu ibunya. Siapa yang mengajarkan bayi-bayi tersebut? Seekor ayam betina membolak-balikkan telur yang tengah dieramnya, agar zat makanan yang terdapat pada telur itu merata, juga kehangatan dari induk ayam tersebut, dengan demikian telur tersebut dapat menetas. Secara ilmiah akhirnya diketahui bahwa anak-anak ayam yang sedang diproses dalam telur itu mengalami pengendapan bahan makanan pada tubuhnya di bagian bawah. Jika telur tersebut tidak digerak-gerakkan maka zat makanan tersebut tidak merata, dengan demikian ia tidak dapat menetas. Siapa yang mengajarkan ayam untuk berbuat demikian ?

Kita sering mendengar seseorang yang ditimpa musibah yang membuat hatinya hancur luluh, putus harapan, lalu ia berdoa menghadap Allah SWT. Tiba-tiba musibah itu hilang, kebahagiaan pun kembali dan datanglah kemudahan sesudah kesusahan. Siapa yang mengabulkan doa, siapa pula yang mengajarkan orang, yang kafir sekalipun, untuk berdoa/meminta pertolongan pada suatu zat di luar dirinya yang dirasakannya bersifat Maha Kuasa dan Maha Berkehendak ? Firman Allah :
“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu pun berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” (QS.17:67)

Eksistensi Allah terlihat dalam banyak sekali fenomena-fenomena kehidupan. Barangsiapa yang membaca alam yang maha luas ini dan memperhatikan penciptaan langit dan bumi serta dirinya sendiri, pasti ia akan menemukan bukti-bukti yang jelas tentang adanya Allah SWT. Firman Alloh :
      “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Quran itu adalah benar.” (QS.41:53)
1.     Dalil akhlaq
       Secara fitrah manusia memiliki moral (akhlaq). Dengan adanya moral (akhlaq) inilah, ia secar naluriah mau tunduk dan menerima kebenaran agar hidupnya lurus dan urusannya berjalan teratur dan baik. Zat yang dapat menanamkan akhlaq dalam jiwa manusia adalah Allah, sumber dari segala sumber kebaikan, cinta dan keindahan. Keberadaan ‘moral’ yang mendominasi jiwa manusia merupakan bukti eksistensi Allah. (QS. 91:7-8)
2.     Dalil wahyu
      Para rasul diutus ke berbagai umat yang berbeda pada zaman yang berbeda. Semua rasul menjalankan misi dari langit dengan perantaraan wahtu. Dengan membawa bukti yang nyata (kitab/wahyu dan mukzijat) mengajak umatnya agar beriman kepada Allah, mengesakan-Nya dan menjalin hubungan baik dengan-Nya, serta memberi peringatan akan akibat buruk dari syirik/berpaling dari-Nya (QS.6:91). Siapa yang mengutus mereka dengan tugas yang persis sama? Siapa yang memberikan kekuatan, mendukung dan mempersenjatai mereka dengan mukzijat? Tentu suatu zat yang eksis (maujud), Yang Maha Kuat dan Perkasa, yaitu Allah. Keberadaan para rasul ini merupakan bukti eksistensi Allah.
3.     Dalil sejarah
      Semua umat manusia di berbagai budaya, suku, bangsa dan zaman, percaya akan adanya Tuhan yang patut disembah dan diagungkan. Semuanya telah mengenal iman kepada Allah menurut cara masing-masing. Konsensus sejarah ini merupakan bukti yang memperkuat eksistensi Allah.  (QS.47:10; perkataan ahli sejarah Yunani kuno bernama Plutarch).

                Terdapat beberapa cara mengenal Tuhan menurut ajaran selain Islam, diantaranya yaitu dengan hanya mengandalkan panca indera dan sedikit akal, sehingga timbul prakiraan-prakiraan yang membentuk filsafat-filsafat atau pemikiran tentang ketuhanan. Filsafat dan pemikiran tersebut justru mendatangkan keguncangan dan kebingungan dalam jiwa. Sehingga hanya menanamkan keraguan dan kesangsian terhadap keberadaan Allah. (QS.34:51-54; 2:147; 22:11; 10:94)

                Jalan yang ditempuh oleh orang-orang kafir tersebut melanggar fitrah mereka. Sebab mereka mencoba mengenal Allah dengan menggunakan panca indra saja. Padahal panca indra hanya bisa mendeteksi sesuatu yang dapat diraba, diukur, disentuh. Sebaliknya untuk mengenal sesuatu selain Allah mereka menggunakan panca indra dan akal. Jalan yang ditempuh oleh orang-orang kafir ini pada akhirnya tidak pernah membawa mereka sampai mengenal siapa Sang Pencipta. Sebaliknya yang mereka dapatkan adalah ketidaktahuan akan Allah Yang Maha Mencipta.

                Adapun jalan yang ditempuh Islam untuk mengenal Allah ialah dengan menggunakan keimanan dan dilengkapi dengan akal. Kedua potensi tersebut dioptimalkan dengan proses tafakkur dan tadabbur. Tafakkur artinya memikirkan ciptaan atau tanda-tanda kebesaran Allah (ayat kauniyah). Tadabbur berarti merenungkan ayat-ayat Allah yang tertulis dalam al-Qur’an (ayat qauliyah). Sehingga timbul keyakinan di dalam hati tentang keberadaan dan kekuasaan Allah (QS.3:190-191; 12:105; 10:101)

                Jalan yang ditempuh oleh orang mukmin bersandarkan pada fitrahnya sebagai manusia, yaitu mengoptimalkan akal, pemikiran, ilmu, serta hatinya untuk mengenal Allah lewat tanda-tanda kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya), bukan zat-Nya. Baik tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam, mukzijat serta dalm Al Qur’an. Lewat jalan inilah manusia akan mengenal Allah SWT.


TERNYATA JELAS TERBUKTI... BAHWA ALLOH SWT ADALAH BENAR ADANYA



Tidak ada komentar: