Sungguh umat
Islam memiliki potensi besar yang pada umumnya tidak dimiliki oleh sistem lain
yang ada. Potensi-potensi tersebut diantaranya adalah potensi
syari’ah/peraturan yang lengkap, mencakup seluruh aspek kehidupan. Syari’ah ini
tertuang dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Rasulullah SAW bersabda :
Rasulullah SAW bersabda :
“Aku tinggalkan bagi
kalian dua perkara. Kalian tak akan pernah tersesat selama kalian berpegang
teguh kepada keduanya, (yaitu) Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.” (Al Hadits, Riwayat Malik)
Alloh Ta'ala telah menjelaskan dalam firman-Nya
bahwa al Qur’an adalah hudan (petunjuk) bagi hamba-hambanya yang
bertaqwa (QS. 2:2), bahkan untuk seluruh umat manusia (QS. 2:185). Maka Allah
pula yang menjaga kemurnian dan keaslian Al Qur’an dari waktu ke waktu. Berbeda
dengan kitab-kitab suci lain yang telah mengalami kontaminasi oleh sentuhan
tangan manusia sehingga sebagian isinya
tidak asli lagi, Al Qur’an yang kita lihat saat ini adalah sama persis dengan
ketika wahyu itu diterima oleh Rasulullah SAW. Firman Allah:
“Sesungguhnya Kami-lah
yang telah menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (QS.
15:9)
Potensi kedua yang dimiliki umat Islam
adalah karunia Allah berupa kekayaan alam yang hampir sebagian besar (65%)
berada di negeri-negeri muslim. Tugas umat Islam pulalah untuk mengoptimalkan
pemanfaatannya bagi kemaslahatan umat manusia dan alam semesta. Tentu saja hal
ini membutuhkan perangkat teknologi dan keunggulan sumber daya manusia.
Cadangan minyak bumi pun sebanyak 65% berada di negeri-negeri muslim.
Selain itu umat Islam memiliki potensi
dalam jumlah jiwanya. Sebagian besar penduduk dunia adalah muslim. Tantangan
bagi kita tentu saja umat Islam tidak hanya unggul dari segi kuantitas, namun
terlebih penting lagi adalah kualitasnya.
Umat Islam juga telah mendapatkan jaminan
kemenangan dari Allah SWT sebagaimana firman-Nya:
“Dia-lah yang mengutus
Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya
di atas segala agama, meskipun orang-orang musyrik benci.” (QS. 61:9)
Pertolongan Allah pun amat dekat bagi orang-orang
yang beriman (QS. 2:214), namun tentu saja semua itu kembali kepada kita. Allah pasti akan
memberikan kemenangan itu bila memang kita telah layak/pantas untuk
memperolehnya.
Termasuk salah satu potensi yang dimiliki
umat islam adalah sejarah islam yang penuh dengan kejayaan, yaitu sejak masa
Rasulullah bersama para sahabat, sampai berabad-abad setelahnya. Hal ini
seharusnya membangkitkan optimisme pada diri kita. Apa yang dahulu mereka
miliki, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah, masih kita miliki sampai
sekarang. Namun sudahkah kita memiliki kedalaman pemahaman yang sama dengan
mereka?
Kemunduran yang saat ini terjadi pada umat
Islam tentu ada penyebabnya. Faktor-faktor penyebab ini pada dasarnya dapat
dibedakan atas faktor internal (dari dalam tubuh umat Islam sendiri) dan faktor
eksternal (dari luar umat Islam).
Faktor internal
diantaranya adalah:
Jauhnya umat Islam
dari Al Qur’an dan As Sunnah.
Dalam QS. 25:30 Allah
berfirman:
“Berkatalah Rasul: ‘Ya
Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang tidak
diacuhkan.”
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahulloh menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang
mengacuhkan Al Qur’an ini ada 3 kemungkinan:
·
Ia tidak membaca Al Qur’an.
Seorang
muslim yang tidak membaca Al Qur’an padahal ia bisa membacanya dan jika ia
tidak bisa membaca Al Qur’an lantas ia tidak berusaha untuk menjadi bisa, maka
ia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang acuh terhadap Al Qur’an.
·
Ia membaca Al Qur’an namun tidak
mentadabburinya.
Seorang
muslim yang membaca Al Qur’an seharusnya mengalami peningkatan keimanan, yaitu
bila ia tidak asal membaca saja. Firman Allah:
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS.
8:2)
·
Ia membaca dan mentadabburi Al Qur’an
namun tidak mengamalkannya.
Seorang
muslim baru dikatakan benar keimanannya terhadap Al Qur’an bila ia membacanya
secara kontinyu, mentadabburinya sehingga bertambah pemahaman dan keyakinannya
akan kebenaran Al Qur’an dan mengamalkan dengan sekuat tenaga apa-apa yang
telah dibacanya.
Salah satu penyebab
kemunduran umat Islam adalah akibat mereka mempelajari Islam hanya karena
mereka mengikuti. Sehingga pemahaman yang adapun sekedar pemahaman ikut-ikutan
(taqlid buta), bukan pemahaman yang berlandaskan ilmu pengetahuan. Padahal
firman Allah:
“Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (QS.17:36)
Terpecah belah karena
ada perbedaan masalah furu’ seperti masalah fiqh madzhab, masalah jama’ah dan
sebagainya, sampai merusak hubungan ukhuwah islamiyah. Tentu saja umat yang
terpecah belah akan lebih mudah dikalahkan oleh musuh-musuh Islam. Sudah
saatnya bagi umat Islam untuk memperkuat kesatuan hati dan tali ukhuwah. Firman
Allah:
“dan yang mempersatukan hati
mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua(kekayaan)
yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan
tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (QS. 8:63)
Adanya perasaan rendah
diri dan tidak tsiqoh pada Islam.
Di antara umat Islam
saat ini banyak yang tidak memiliki izzah Islam, merasa enggan untuk
menunjukkan identitas keislamannya. Perasaan ini timbul karena melihat kondisi
faktual umat yang saat ini cenderung berada “di bawah”. Padahal perasaan
semacam ini tidak boleh menghinggapi seorang muslim, karena kondisi umat saat
ini justru disebabkan karena umat Islam jauh dari pemahaman Islam yamg benar.
Bila kita belajar dari sejarah, maka akan
tampak bahwa masa-masa kegemilangan umat Islam terjadi pada masa dimana mereka
benar-benar menegakkan bangunan Islam pada dirinya dan masyarakat. Ketika itu
Islam tampil sebagai peradaban, tidak ada yang menutupi cahayanya, sesuai
dengan sabda Rasulullah:
“Al-Islamu ya’lu wa
laa yu’la ‘alaihi.” (Islam itu tinggi dan tidak ada yang menandingi
ketinggiannya).
Izzah Islam harus bangkit pada diri
tiap-tiap umat Islam, karena orang yang paling derajatnya di muka bumi ini
sesungguhnya adalah orang-orang yang beriman. Firman Allah:
“Janganlah kamu
bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” (QS.3:139)
Adanya gejala taqlid
dengan semua yang datang dari barat.
Ketika seorang muslim
tak lagi memiliki izzah dengan keislamannya, maka mudah saja baginya untuk
berkiblat pada sesuatu yang lain, yang datang dari luar Islam atau orang kafir
sekalipun.
Tertinggal dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Padahal Islam merupakan
agama yang menjungjung tinggi ilmu pengetahuan. Bahkan Allah SWT mengangkat
derajat orang-orang yang berilmu dalam firman-Nya QS.58:11. Rasulullah SAW
bersabda:
“Keutamaan seorang
‘alim (ahli ilmu) atas seorang ‘abid (ahli ibadah) seperti keutamaanku atas
orang yang paling rendah derajatnya.” (HR.
At Tirmidzi)
“Barangsiapa yang
menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju
surga....” (HR. Muslim, Ibnu Hibban dan Al Hakim)
Islam telah pula
melahirkan para ilmuwan besar dalam sejarah, seperti Ibnu Sina (Avicenna), Ibnu
Rusyd (Averroes), Al Khawarizmi dan lain-lain.
Faktor
eksternal
Faktor eksternal yang menjadi sebab mundurnya umat Islam, yaitu adanya ghazwul
fikri (perang pemikiran) dan harakatul irtidad (gerakan pemurtadan)
dari musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam dan umatnya. Maha Benar Allah
dengan firman-Nya:
“Orang-orang Yahudi
dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka...” (QS.2:120)
Lalu, bagaimanakah solusinya ?
Diantaranya adalah:
¨
Umat Islam harus menerapkan syari’at
Islam dalam seluruh aspek kehidupan
¨ Mendidik generasi Islam dengan manhaj
pendidikan yang syamil (sempurna) dan mutakamil (menyeluruh)
¨
Menyiapkan kekuatan semaksimal mungkin
untuk menghadapi musuh (QS.8:60)
¨
Dengan perjuangan dan pengorbanan
total.
Maka, tidak perlu malu menunjukkan jati diri muslim, berbicaralah sesuai etika muslim, berakhlak sesuai Islam, menerapkan kebiasaan sebagaimana yang telah diajarkan dalam Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar