“Dan hendaklah takut (kepada Allah SWT ) orang-orang yang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya.

Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar
(QS. An-Nisa’ : 9)

Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang keluar rumah untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sampai ia pulang

(HR. Tirmidzi)

AJF

AJF
"DALAM KEBERSAMAAN KITA ADA KEMUDAHAN. . . DALAM KEMUDAHAN ADA KEBERHASILAN & DALAM KEBERHASILAN AKAN LAHIR KEBAHAGIAN" " M A R I JALIN UKHUWAH. . . INDAHKAN DUNIA DENGAN KEBAIKAN. . . " SATUKAN TEKAD RAIHLAH IMPIAN KITA. . . S E L A M A - L A M A N Y A "

Sabtu, 29 Oktober 2011

Al Wala' Wal Bara'


Pengertian Wala’ dan Bara’

                Secara bahasa, Wala’ berasal dari kata al-walayah yang artinya nasab, pertolongan pembebasan budak, sedangkan orangnya disebut al-Muwalat yang artinya orang yang menolong.Bara’ berarti lepas atau bebas dan jauh dari.
                Secara istilah wala’ berarti pertolongan, kecintaan, pemuliaan, penghormatan, kesamaan dengan orang-orang yang dicintai baik secara zahir maupun batin (loyalitas) [2:257].
                Penjelasan lebih jauh definisi wala’ dan bara’, seperti yang dikatakan Syaikhul-Islam, Ibnu Taimiyyah:”Al-walayah kebalikan dari al-’Adawah.Asal pengertian dari al-Walayah adalah kecintaan dan kedekatan.Sedangkan pengertian al-’Adawah adalah kebencian dan kejauhan.Al-wali artinya yang dekat”.

Pentingnya Wala’ dan Bara’

                Wala’ dan Bara’ merupakan keharusan karena merupakan bukti kecintaan seorang mukmin kepada Allah.Syekh Hafizh al-Hikamy berkata,”Tanda kecintaan hamba kepada Rabbnya ialah: mendahulukan apa yang dicintai-Nya, meskipun hawa nafsunya menentang, membenci apa yang dibenci-Nya meskipun hawa nafsunya condong kepadanya, mengangkat orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai pemimpinnya, memusuhi orang yang memusuhi-Nya, mengikuti Rasulullah, meniti jejaknya dan menerima petunjuk-Nya”.At-Thabrani meriwayatkan dalam al-Kabir, dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tali iman yang paling kuat adalah loyalitas terhadap pemimpin karena Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah pula”.Syaikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab, menjelaskan perkataan Ibnu Abbas: “Perkataan Ibnu Abbas ra.: “Loyalitas pemimpin karena Allah”, menjelaskan tentang keharusan kecintaan karena Allah yaitu loyalitas karena Allah pula.Hal ini merupakan isyarat bahwa sikap tersebut tidak hanya terbatas pada kecintaan semata, tetapi harus disertai loyalitas yang merupakan keharusan kecintaan.Loyalitas itu berupa tindakan memberi pertolongan, menghormati, memuliakan, selalu bersama orang-orang yang dicintai, zhahir dan bathin.Dan perkataannya: “Membenci karena Allah”, menjelaskan keharusan kebencian karena Allah, yaitu berupa permusuhan.Maksudnya ialah memperlihatkan permusuhan, langsung berupa tindakan, seperti jihad menghadapi musuh-musuh Allah, melepaskan diri dari mereka, menjauhi mereka zhahir dan bathin. Sikap ini tidak hanya sekadar kebencian hati tetapi harus disertai pula dengan sikap-sikap yang harus dilakukan [61:4]”.

                Wala’ dan bara’ juga merupakan pengejawantahan dari kalimat Laa ilaha illallah.Kalimat ini merupakan penolakan terhadap segala bentuk ilah yang diikuti dengan mengukuhkan Allah saja sebagai satu-satunya ilah.Jika seseorang memulai dengan menegakkan Laa ilaha dalam dirinya maka akan tumbuh al-Bara’.Al-Bara’ ditujukan kepada:
a.     Arbaba, sesuatu yang dijadikan Tuhan [9:31]
b.     Aaliha, tuhan-tuhan yang disembah selain Allah [25:3, 11:54]
c.     Andaada, tandingan-tandingan Allah [2:165]
d.     Thogut, sesuatu yang melampaui batas [2:256].

Dengan membatalkan semua bentuk ilah dan mengecualikannya untuk Allah maka akan tumbuh al-Wala’.Al-Wala’ diberikan kepada:
a.     Allah [2:257, 22:78, 66:4]
b.     Islam [3:85, 5:3]
c.     Rasul [3:31-33]
d.     Orang-orang mukmin atau sholeh [3:28, 3:3, 4:89, 5:51, 60:1, 9:71].



REFERENSI
Muhammad bin Sa’id bin Salim Al-Qahthany, Loyalitas Muslim terhadap Islam, Ramadhani
Muhammad bin Sa’id bin Salim Al-Qahthany,Muh. bin Abdul Wahhab dan Muhammad Qutb, Memurnikan Laa Ilaaha Illallah, GIP

Tidak ada komentar: