Pengertian
Wala’ dan Bara’
Secara bahasa, Wala’ berasal
dari kata al-walayah yang artinya nasab, pertolongan pembebasan budak,
sedangkan orangnya disebut al-Muwalat yang artinya orang yang menolong.Bara’
berarti lepas atau bebas dan jauh dari.
Secara istilah wala’ berarti
pertolongan, kecintaan, pemuliaan, penghormatan, kesamaan dengan orang-orang
yang dicintai baik secara zahir maupun batin (loyalitas) [2:257].
Penjelasan lebih jauh definisi
wala’ dan bara’, seperti yang dikatakan Syaikhul-Islam, Ibnu Taimiyyah:”Al-walayah
kebalikan dari al-’Adawah.Asal pengertian dari al-Walayah adalah kecintaan dan
kedekatan.Sedangkan pengertian al-’Adawah adalah kebencian dan kejauhan.Al-wali
artinya yang dekat”.
Pentingnya
Wala’ dan Bara’
Wala’ dan Bara’ merupakan
keharusan karena merupakan bukti kecintaan seorang mukmin kepada Allah.Syekh
Hafizh al-Hikamy berkata,”Tanda kecintaan hamba kepada Rabbnya ialah:
mendahulukan apa yang dicintai-Nya, meskipun hawa nafsunya menentang, membenci
apa yang dibenci-Nya meskipun hawa nafsunya condong kepadanya, mengangkat orang
yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai pemimpinnya, memusuhi orang yang
memusuhi-Nya, mengikuti Rasulullah, meniti jejaknya dan menerima petunjuk-Nya”.At-Thabrani
meriwayatkan dalam al-Kabir, dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tali iman yang paling kuat adalah loyalitas terhadap pemimpin karena Allah,
mencintai karena Allah dan membenci karena Allah pula”.Syaikh Sulaiman bin
Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab, menjelaskan perkataan Ibnu Abbas: “Perkataan
Ibnu Abbas ra.: “Loyalitas pemimpin karena Allah”, menjelaskan tentang
keharusan kecintaan karena Allah yaitu loyalitas karena Allah pula.Hal ini
merupakan isyarat bahwa sikap tersebut tidak hanya terbatas pada kecintaan
semata, tetapi harus disertai loyalitas yang merupakan keharusan
kecintaan.Loyalitas itu berupa tindakan memberi pertolongan, menghormati,
memuliakan, selalu bersama orang-orang yang dicintai, zhahir dan bathin.Dan
perkataannya: “Membenci karena Allah”, menjelaskan keharusan kebencian karena
Allah, yaitu berupa permusuhan.Maksudnya ialah memperlihatkan permusuhan,
langsung berupa tindakan, seperti jihad menghadapi musuh-musuh Allah,
melepaskan diri dari mereka, menjauhi mereka zhahir dan bathin. Sikap ini tidak
hanya sekadar kebencian hati tetapi harus disertai pula dengan sikap-sikap yang
harus dilakukan [61:4]”.
Wala’ dan bara’ juga merupakan
pengejawantahan dari kalimat Laa ilaha illallah.Kalimat ini merupakan
penolakan terhadap segala bentuk ilah yang diikuti dengan mengukuhkan Allah
saja sebagai satu-satunya ilah.Jika seseorang memulai dengan menegakkan Laa
ilaha dalam dirinya maka akan tumbuh al-Bara’.Al-Bara’ ditujukan kepada:
a. Arbaba, sesuatu yang dijadikan Tuhan [9:31]
b. Aaliha, tuhan-tuhan yang disembah selain Allah
[25:3, 11:54]
c. Andaada, tandingan-tandingan Allah [2:165]
d. Thogut, sesuatu yang melampaui batas [2:256].
Dengan
membatalkan semua bentuk ilah dan mengecualikannya untuk Allah maka akan tumbuh
al-Wala’.Al-Wala’ diberikan kepada:
a. Allah [2:257, 22:78, 66:4]
b. Islam [3:85, 5:3]
c. Rasul [3:31-33]
d. Orang-orang mukmin atau sholeh [3:28,
3:3, 4:89, 5:51, 60:1, 9:71].
REFERENSI
Muhammad
bin Sa’id bin Salim Al-Qahthany, Loyalitas Muslim terhadap Islam, Ramadhani
Muhammad
bin Sa’id bin Salim Al-Qahthany,Muh. bin Abdul Wahhab dan Muhammad Qutb, Memurnikan
Laa Ilaaha Illallah, GIP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar